Hidayatullah.com— Fī kulli zamānin, yūjadu khādzilun wa khā’inun fī thawbi al-mu’minīn. (Di setiap zaman, selalu ada pecundang dan pengkhianat yang menyamar dalam pakaian orang beriman).
Yayasan Masjid Bilal telah menskors Imam Youssef Msabih dari tugasnya dan mengumumkan tindakan hukum terhadapnya setelah kunjungannya ke ‘Israel’, dengan alasan kerusakan yang ditimbulkan pada masjid dan reputasinya.
Youssef Msibih, seorang imam kelahiran Maroko di Masjid Bilal di kota Alkmaar, Belanda utara, termasuk di antara 15 pendakwah Muslim yang bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog di Yerusalem pada hari Senin.
Delegasi tersebut bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog untuk membahas koeksistensi antaragama. Herzog memuji kelompok tersebut karena berupaya “membangun jembatan, dialog, dan keimanan.”
Keputusan tersebut dibuat setelah bertemu dengan Presiden Israel saac Herzog dan menyanyikan versi terjemahan ulang lagu kebangsaan ‘Israel’ dalam bahasa Arab, dengan melodi Timur Tengah.
Masjid Bilal mengumumkan pada Selasa pagi bahwa Masbeh telah diskors “dengan efek segera.”
“Menyusul pernyataan politik baru-baru ini dari imam tersebut, dewan telah memutuskan untuk menskorsnya dengan efek segera,” kata pihak masjid dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Instagram mereka. “Sampai saat ini, pihak masjid tidak memiliki hubungan apa pun dengannya.”
Dewan juga mengimbau masyarakat untuk tetap bersatu dan damai, serta mendesak umat untuk berfokus pada rasa hormat, solidaritas, dan toleransi.
“Masjid dan jemaatnya harus dijauhkan dari masalah ini,” tambah pernyataan tersebut, memperingatkan agar tidak menekan anggota dewan, relawan, atau jamaah masjid.
Dewan juga mengimbau masyarakat untuk tetap bersatu dan damai, serta mendesak umat untuk berfokus pada rasa hormat, solidaritas, dan toleransi.
“Masjid dan jemaatnya harus dijauhkan dari masalah ini,” tambah pernyataan tersebut, memperingatkan agar tidak menekan anggota dewan, relawan, atau jamaah masjid.
Kontroversi seputar kunjungan delegasi
Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh ELNET, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mempromosikan hubungan antara Eropa dan ‘Israel’.
Delegasi imam Eropa dipimpin oleh imam Prancis Hassen Chalghoumi, yang dikenal karena penentangannya terhadap serangan Hamas terhadap ‘Israel’.
Chalghoumi, imam masjid Drancy di pinggiran kota Paris, dikenal karena hubungannya dengan kelompok-kelompok ‘Israel’ dan mengunjungi Tepi Barat yang diduduki pada tahun 2019 atas undangan para pemukim haram.
“Apa yang telah kita saksikan sejak 7 Oktober bukan sekadar konflik antara ‘Israel’ dan Hamas, atau antara ‘Israel’ dan Hizbullah—yang disebut ‘Partai Setan’,” ujar Chalghoumi kepada Herzog menyindir kelompok pejuang perlawanan ini.
Chalghoumi bukan satu-satunya tokoh kontroversial dalam delegasi tersebut. Di antara delegasi tersebut terdapat Noor Dahri, pendiri organisasi Teologi Islam Antiterorisme yang berbasis di Inggris.
Dahri adalah kontributor tetap untuk Times of ‘Israel’ dan berafiliasi dengan lembaga pemikir sayap kanan, Henry Jackson Society.
Selama kunjungan tersebut, Dahri membagikan foto-foto di platform media sosial X, yang menampilkan kunjungan delegasi ke berbagai tempat penting keagamaan dan politik, termasuk Masjid Al-Aqsa dan Tembok Barat.
Delegasi lainnya adalah Ali El-Darja, seorang warga negara Maroko-Italia yang tinggal di Turin, Italia.
El-Darja mengungkapkan makna pribadi yang mendalam terkait kunjungan tersebut. “Saya sudah menunaikan ibadah haji ke Mekah dan Madinah di Arab Saudi, dan saya sedang menunggu untuk datang ke Yerusalem,” ujarnya kepada Times of Israel.
Keputusan Moskee Bilal muncul di tengah kontroversi yang berkembang terkait kunjungan tersebut, terutama mengingat operasi militer ‘Israel’ yang sedang berlangsung di Gaza.
Penangguhan imam asal Belanda tersebut bukanlah satu-satunya tanggapan.
Syeikh Dr. Ali al-Qaradaghi, Sekretaris Jenderal Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional, mengomentari X, dengan menyatakan, “Kunjungan delegasi syekh ke entitas pendudukan tidak mengutuk para ulama itu sendiri, melainkan mengutuk mereka yang mengorganisirnya dan menunjukkan ketundukan mereka.” *