Hidayatullah.com | ALHAMDULILLAH, Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Al Qalam di Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai dibangun. Masyarakat setempat kini bergotong royong membuat batako yang akan dibuat untuk dinding.
Madrasah itu sebelumnya keadaannya sangat memprihatinkan. Saking memprihatinnya, bangunannya hanya pantas untuk kandang kambing.
Yayasan Senyum Anak Negeri (SAN) kemudian mencoba menghimpun dana dari masyarakat untuk membangun MIS. “Alhamdulillah, sudah ada dana yang masuk. Tapi sementara ini hanya cukup untuk bikin pondasi dan batako,” kata Sarjana, Ketua SAN kepada media ini, beberapa waktu lalu lewat telepon.
Karena bangunannya sedang dibongkar, belajarnya sekarang pindah rumah gurunya, Ita Purnamasari. “Karena rumahnya kecil, masuknya bergantian,” kata Ita.
MIS adalah satu-satunya sekolah yang ada di Dusun Watun Carung, Desa Haju Wangi, Kecamatan Lamba Leda Kab. Manggarai Timur. MIS pernah ditulis di media ini (Seperti Kandang Kambing, Madrasah Ini Menjadi Tumpuan di Pedalaman NTT).
Bangunan MIS selama ini berdinding bambu dan beratap seng. Di bangunan berukuran 5 x 10 meter itulah anak-anak di Watun Carung bersekolah tiap hari. Berlantai tanah, semua kelas dijadikan satu. Tidak ada sekat. Yang ada tiga papan tulis kecil, bangku dan kursinya pun seadanya.
Bukan hanya sinar dan angin yang leluasa menerobos melalui celah-celah dinding, air pun juga ikut masuk saat musim hujan. Apalagi ada bagian dinding atas yang sudah tidak ada tutupnya, air hujan pun menyerbu ke dalam.
“Kalau musim hujan, semua buku-buku terpaksa dipindah ke rumah saya,” kata Ita Purnamasari, guru di MI Al Qalam, kepada wartawan hidayatullah.com akhir September lalu.
Sangat tidak layak sebagai tempat belajar. Tapi itulah satu-satunya sekolah yang ada di Watun Carung. Letak Watun Carung, atau orang setempat menyebutnya kampung Nanga Rema di atas perbukitan dan terpencil.
Tidak ada kendaraan umum menuju ke sini. Sepeda motorlah satu-satunya kendaraan yang bisa masuk, karena harus menyeberangi sungai. Sebelum ada MIS Al Qalam, anak-anak Nanga Remah sekolah di SD Katholik di kampung sebelah, sekitar 1,5 kilometer.
Tak jauh sebenarnya, cuma harus menyeberangi sungai. Kalau musim hujan, sungainya sering banjir sehingga mereka tak bisa sekolah. Itulah yang mendorong warga Nanga Rema mendirikan madrasah darurat itu.
Berpenduduk sekitar 260 orang, semuanya Muslim. Mata pencarian mereka berladang, dengan hasil utama jagung dan pisang. Karena ruangannya terbatas, MI Al Qalam hanya menampung kelas 1, 2 dan 5. Sedang kelas 3, 4 dan 6 terpaksa bersekolah di SD Katholik di kampung sebelah.
Bukan hanya sarananya yang terbatas, gurunya pun juga amat terbatas. Ita Purnamasari adalan satu-satunya guru yang ada. Sarjana Fisika dari Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta ini mengajar semua kelas dan mata pelajaran.
Baik pelajaran umum maupun pelajaran agama Islam. “Terpaksa saya mengajar semuanya karena memang tidak ada guru lain,” kata Ita.
Semua murid dikumpulkan dalam satu ruangan, lalu dibagi menjadi tiga kelompok sesuai kelasnya. Nah, Ita mengajar secara bergantian. “Yang agak sudah diatur itu anak-anak kelas 1 dan 2,” katanya
Namun, Ita bersyukur, meski tempat belajarnya tidak layak, anak-anak semangat belajar mereka tidak kendor. Namun ia berharap, , anak-anak didiknya bisa mendapat tempat belajar yang lebih layak.
Umat Islam di Nanga Rema bermaksud memperbaiki madrasahnya. Hanya saja, melihat kondisi ekonominya, mereka sangat berat untuk melakukan itu. Karenanya, kami mengetuk hati para dermawan dan pemerintah. Bagi yang berkenan membantu bisa menghubungi kami 085292428473 atau tranfer ke rek BSM 7125522248 An. Senyum Anak Negeri. Mohon cantumkan kode 111 pada nominal digit terakhir untuk verifikasi donasi.*