Hidayatullah.com– Ramadhan menjadi berkah tersendiri bagi guru dan santri Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Ahlus Shuffah, Gunung Binjai, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Setelah menunggu bertahun-tahun, akhirnya awal Ramadhan 1438 H, pesantren yang dikelilingi ratusan hektar kebun karet itu bisa merasakan penerangan listrik atas bantuan Perusahaan Listrik Negara (PLN) area Balikpapan.
“Alhamdulillah, kami sangat bersyukur atas bantuan listrik PLN. Selama ini masih pakai bantuan mesin genset saja,” ucap Kaspan, Pengurus Yayasan Ahlus Shuffah.
Menurut Kaspan, doa dan harapan tersebut begitu cepat diijabah oleh Allah. Sebab secara logika, lokasi pesantren seluas enam hektar itu terhitung jauh dari akses jalan raya.
Apalagi lingkungan sekitar pesantren juga belum terjamah oleh listrik sama sekali.
“Jadi proyek ini butuh lebih dari 100 tiang listrik yang dipancang sepanjang tiga kilometer dari jalan raya,” jelas Kaspan.
Diapresiasi demikian, pihak PLN Balikpapan menyatakan turut bersyukur bisa membantu terwujudnya penerangan listrik tersebut.
Menurut Syaifuddin, wakil PLN Balikpapan, ini bisa terwujud semata-mata karena bantuan Allah dan kerja sama yang baik dengan berbagai pihak yang ada.
“Kami juga tidak menyangka bisa secepat ini, hanya tiga bulan pengerjaan, sejak proyek ini dimulai,” ungkap Syaifuddin, dalam sambutan di acara tasyakuran tersebut.
“Awalnya ragu bisa mengejar target Ramadhan, tapi perlahan kami yakin, sebab cahaya listrik ini untuk syiar cahaya al-Qur’an di tengah masyarakat dan bangsa,” imbuhnya lagi.
Baca: Listrik di Balikpapan Sering Padam, Ibadah Ramadhan Tetap Hidup
Berawal dari cita-cita besar di sebuah beranda masjid, kini Pesantren Tahfizh al-Qur’an Ahlus Shuffah telah memiliki lokasi seluas enam hektar di daerah Gunung Binjai.
Selain akses yang terbilang jauh dan masih terpencil di tengah hutan karet, perjalanan menuju ke lokasi mesti melewati jalan terjal berbatu. Belum lagi adangan kubangan yang tersebar di mana-mana.
“Alhamdulillah, ini semua adalah anugerah Allah. Semoga kita semua bisa mensyukurinya,” tutup Kaspan berharap.*