Hidayatullah.com–Suhu udara di Jerman selama bulan Agustus terasa menyengat. Rata-rata sekitar 30 derajat Celcius. Bisa dimaklumi karena masih berlangsung musim panas. Sementara itu Liga Jerman atau dikenal dengan Bundesliga baru saja bergulir. Pada saat yang sama Ramadhan pun datang menyapa. Tentu sebuah dilema bagi para pemain beragama Islam selama liga berlangsung. Satu sisi menjalankan perintah agama, sisi lain kondisi tubuh musti tetap fit agar tim yang dibelanya bisa bersaing di papan atas. Mendahulukan keyakinan atau kesehatan?
Ritme ramadhan
“Ritme hidup di bulan Ramadhan seperti ini sudah biasa buat aku. Tak ada masalah. Selama puasa aku selalu bangun pukul 3.30 untuk makan sahur,“ tutur Jauhar Mnari, pemain FC. Nuermberg. Mnari yang asli Tunisia ini mengaku selama Ramadhan berat badannya turun hingga tiga kilogram. Namun dia tak merasa bermasalah dengan hal itu dan bahkan dia sering terpilih masuk tim inti. Malah rekan-rekannya merasa takjub dengan Mnari. “Luar biasa daya tahan tubuhnya. Dia selama sebulan tetap puasa, shalat tak pernah tinggal,“ puji salah seorang rekan setim kagum.
Pemain lainnya yang istiqamah dengan puasa adalah Abdelaziz Ahanfouf, yang bermain di klub Bundesliga divisi dua Fortuna Düsseldorf. Pemain dengan dua kewarganegaraan ini, Maroko dan Jerman, lebih radikal lagi. Dia sangat ketat mengikuti aturan puasa. Selama latihan dan begitu juga di hari pertandingan dia tetap puasa. “Hari-hari pertama memang terasa berat, tapi ketika ritme hidup sudah teratur maka semuanya akan lancar. Aku ingin masuk syurga,” papar pemain berusia 31 tahun itu dengan mimik serius.
Problematis
Bintang Bayern Muenchen asal Perancis, Franck Ribery dikenal sebagai salah satu pemain alim di kalangannya. Namun pada hari pertandingan tidak puasa, terutama untuk pertandingan tandang di luar Muenchen.
Serdar Tasci und Sami Khedira, pemain Stuttgart dan anggota timnas Jerman, juga tetap tekun menjalankan ibadah puasa. “Tak ada yang perlu ditakutkan, saya tetap puasa ketika latihan,“ kata Tasci yang kini dipercaya sebagai bek kiri di timnas Jerman. Sami Khedira, kapten timnas U-21 yang baru saja mengantarkan Jerman sebagai juara Euro U-21 2009 mengamini pendapat Tasci.
Situasi ini tentu saja bikin pelatih sedikit pusing dan putar otak. Misalnya Werner Lorant, mantan pemain Borussia Dortmund dan melatif klub Fenerbahce Turki ini menganjurkan para pemain muslim untuk terbuka tentang puasa. “Saya sangat senang jika pemain yang puasa jauh-jauh hari memberitahukan hal itu. Jadi kita bisa atur jadwal dan macam-macam hal lainnya. Ya, kita cari jalan keluarnya,“ kata dia. Lorant termasuk moderat dalam hal puasa, mungkin karena dia pernah lama di Turki. Dia menyarankan kepada para pemainnya agar mengonsumsi makanan yang cukup dan berkualitas di waktu sahur.
Yang agak berseberangan pendapat adalah Wilfried Kindermann, mantan dokter di timnas Jerman. Dia melihat Ramadhan bagi olahragawan sebagai hal problematis. “Apa jadinya kalau seseorang kekurangan cairan dalam tubuh? Pasti ini akan mempengaruhi konsentrasi pemain yang berakibat jebloknya prestasi tim, baik ketika latihan maupun saat bertanding,“ tekan Kindermann.
Ada yang tak kuat puasa
Pola pikir Kindermann ini tampaknya diadopsi oleh sebagian pemain. Sebut saja misalnya Mesut Ozil yang berdarah Turki. Sikap pemain timnas Jerman dari klub Werder Bremen ini mungkin tak patut ditiru. Dia mengaku tak sanggup puasa penuh selama Ramadan. “Aku tidak kuat puasa kalau lagi latihan dan saat ada pertandingan. Pernah dulu sewaktu masih di tim junior coba berpuasa. Tapi cuma sanggup beberapa hari saja,“ tukas pemain berdarah Turki itu santai.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Begitu pula dengan Halil Altintop. Pemain Schalke 04 itu melihat Ramadan kali ini dengan agak skeptis. Dia tidak yakin bisa berpuasa penuh. “Puasa bagiku sungguh sangat penting. Tapi sebagai pemain bola kami musti cukup gizi dan terutama cairan dalam tubuh yang stabil. Tapi, di luar hari pertandingan aku tetap puasa,“ kata adik dari Hamit Altintop itu jujur.
Pemain Moenchengladbach asal Aljazair Karim Matmour juga tak mau ketinggalan puasa Ramadan. “Sebagai seorang muslim, aku tak mau ketinggalan dalam puasa. Aku selalu berusaha sedapat mungkin tidak tidak tinggal puasa. Kendati begitu, pada hari pertandingan, jika mengundang resiko, aku terpaksa berbuka,“ kata Karim.
Saat ini Karim sedang pulang kampung karena hari Minggu besok ikut memperkuat timnas Aljazair pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2010. Selama berada di negerinya, Karim mengaku bisa menjalankan ibadah puasa dengan tenang. Karena di sana para pemain bisa istirahat total di siang hari. Sedangkan program latihan baru diadakan malam hari selepas shalat tarawih. Begitulah. [zulkarnain jalil/hidayatullah.com]