Hidayatullah.com–Dalam beberapa tahun terakhir, lentera plastik murah dari China lebih disukai anak-anak.
Sebagian besar barang ini menggunakan batere, dapat bergerak, bersinar dan mengeluarkan suara musik.
“Semuanya dari China,” kata Um Duwai penjual lentera modern sambil menunjuk barang yang paling laku tahun ini.
“Ada yang berbentuk seperti mesjid, yang ini seperti pelatih sepak bola Mesir Hassan Shehata, dan pemain sepak bola Abu Treika.
Tradisi ratusan tahun
Lentera “fanoos” menjadi simbol bulan Ramadhan sejak 800 tahun lalu.
Pengrajin menggunakan seng dan kaca untuk membuat lentera, serta mewariskan keahliannya dari generasi ke generasi.
Menjelang Ramadhan para pengrajin terlihat bekerja keras di lorong sempit dekat Bab Zuweila di kota tua Mesir.
“Pertama-tama kami memotong lembaran seng, pekerja lain menekuk bagian samping, membuat lingkaran di sekelilingnya dan kemudian merakitnya,” kata Ahmed al-Sunni sambil mengelas seng.
Asal tidak jelas
Para pengamat khawatir produk China akan menghancurkan tradisi setempat.
“Lentera tradisional terancam lentera China,” kata Ahmed el-Dereiny wartawan yang juga mempelajari sejarah.
“Ramadan di Mesir berbeda dalam hal makanan, perayaan, doa dan sebagainya. Lentera adalah bagian dari peringatan bulan puasa. Ini adalah tradisi asli Ramadhan Mesir.
Tetapi asal lentera sebagai simbol Ramadhan tidaklah jelas.
Sebagian pihak memandang berasal dari Kalifah Fatimid, Al Muaz Liddinallah. Saat dia menjadi penguasa penduduk menyambutnya sambil membawa lentera.
Lentera biasanya juga dipakai untuk menerangi mesjid dan teras luar sebagai pemandu solat Ramadhan.[bbc/hidayatullah.com]