Hidayatullah.com–Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, Jumat, (20/8) secara resmi mengundang Perdana menteri Zionis Israel, Benyamin Netanyahu dan Pemimpin Otorita Ramallah, Mahmoud Abbas mengunjungi Washington untuk menggelar perundingan langsung pada dua September mendatang.
Wakil Komisi Segi Empat Perdamaian Timur Tengah yang terdiri dari AS, Uni Eropa, Rusia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dua hari lalu menyepakati detail undangan tersebut.
Sejumlah sumber diplomatik menjelaskan bahwa Presiden Amerika Serikat, Barack Obama disebut-sebut akan menghadiri pertemuan tersebut. Perundingan Palestina-Israel berhenti pada tahun 2009 dengan naiknya Netanyahu sebagai perdana menteri Zionis.
Selama setahun lalu, menyusul percepatan pembangunan distrik Zionis di Palestina Pendudukan, eskalasi penjarahan tanah Palestina dan kelanjutan aksi penghancuran Baitul Maqdis sejatinya menutup jalur perundingan Palestina-Israel.
Tampaknya, tekanan Obama terhadap Abbas bisa memaksa pemimpin Otorita Ramallah itu menyepakati perundingan langsung dengan Israel. Padahal, perundingan tersebut ditolak berbagai kelompok Palestina. Bahkan warga Palestina pun menentangnya. Baru-baru ini, berbagai kelompok Palestina dalam sebuah pertemuan di Damaskus mengeluarkan statemen yang menentang dan mengecam segala bentuk perundingan langsung dengan Zionis.
Kesebelas kelompok Palestina yang berkumpul dalam pertemun tersebut menyatakan bahwa perundingan langsung dengan Zionis bermakna bertekuk lutut terhadap dikte Israel-AS, sekaligus menginjak-injak bangsa Palestina dan menutupi kejahatan Zionis atas bangsa Palestina, termasuk pembangunan distrik Zionis dan judaisasi Baitul Maqdis serta kelanjutan blokade Gaza.
Jiyad al-Nakhalah, Wakil Sekjen Jihad Islam dalam statemennya menyatakan bahwa pembahasan mengenai perundingan damai Pelestina-Israel hanya omong kosong belaka. Ditegaskannya, pemenang perundingan ini hanyalah Zionis.
Seraya mengkritik kinerja komisi eksekutif proyek perdamaian Arab dan persetujuan komisi ini menyepakati perundingan langsung antara Otorita Ramallah dan Zionis, al-Nakhalah mengatakan, amat disayangkan setelah ini bangsa Palestina akan kembali menjadi korban. Segelintir orang, menurut Nakahalah, hendak menginjak-injak bangsa ini dengan menerima sesuatu yang diinginkan Zionis, namun bertentangan dengan tuntutan bangsa Palestina. Ditegaskannya, saat ini, para pejuang tidak mempunyai opsi selain muqawama.
Sejatinya, perundingan langsung Israel-Palestina hanyalah akal bulus Gedung Putih untuk melanggengkan eksistensi anak emasnya Zionis yang berada di ambang kehancuran. [irb/hidayatullah.com]