Hidayatullah.com–Hari Ahad (19/06/2016) pagi yang sangat dingin, Desa Komba sedikit berkabut, beberapa warga terlihat memakai baju kerja, pertanda mereka telah bersiap ke sawah ataupun ladang.
Dari jauh, satu warga seperti memberi komando. Ia adalah Juanait seperti mengarahkan kepada para warga untuk segera menuju Borong Tabang (nama persawahan Desa Komba). Warga yg bersiap tadi ternyata ‘Saro’ atau petani yang akan membantu memanen padi miliknya.
Segera, masyarakat menuju lokasi. Saya tidak mau tinggal. Sayapun ikut rombongan kelompok tani tersebut. Sampai di lokasi, beberapa petani yang telah tiba lebih dulu memulai aktifitas ‘massai‘ (memotong) padi.
Di Kecamatan Rongkong, Kabupaten Luwu utara, Provinsi Sulawesi selatan, Desa Komba masih menggunakan cara manual sebagai alat pemotongan padi. Mereka masih menggunakan sabit. Tidak seperti di daera-daerah lain yang sudah sedikit moderen. Meski begitu, Masyarakat tetap semangat dalam menjalankan aktifitasnya.
Waktu sudah hampir pukul 12-00 siang, para petani satu persatu meninggalkan aktifitas pertaninnya dan segera bersiap untuk melaksanakan shalat.
Selain budaya gotong royong, ternyata Desa yang semua warganya berpenduduk Islam di Kec. Rongkong ini, juga sangat menjaga budaya berjamaah setiap kalai shalat. Saya sedikit terharu melihat keadaan ini. Saya yang memimpin langsung shalat dzuhur tersebut.
Usai shalat, para petani beristirahat sejenak. ada yang menggunakan waktu rehat tersebut dengan membaca Al-Quran ada pula yang meluruskan badan berharap capeknya sedikit hilang.
Menurut Marjan, salah seorang petani mengatakan, budaya gotong royong di Desa Komba telah dilaksanakan sejak nenek moyang dulu dan Alhamdulillah sudah menjadi tradisi di Desa Komba.
“Semoga ini tetap terjaga selamanya,” harap Pak Sahwan, panggilan akrab Marjan.
Banyak cerita yang mengejutkan dalam perbincangan singkat dengannya. Salah satunya saat Pak Sahwan menceritakan bahwa hampir semua masyarakat Desa Komba pernah nyantri di Pondok Pesantren Hidayatullah.
“Sekitar 95 persen warga Desa Komba pernah mondok di Hidayatullah dan Alhamdulillah sampai sekarang masih banyak juga bertahan di sana. Bahkan ada warga sini, santri Hidayatullah yang saat ini kuliah di LIPIA, selain itu ada juga yang sudah jadi Pimpinan Hidayatullah di Daerah,” tutur Pak Sahwan.
Menurut Sahwan, meskin kebanyakan warga memilih Hidayatullah, tetap kami menghargai organisasi Islam yang lain.
Beberapa menit berbincan, suara teriak mengejutkan saya. ternyata instruksi kembali dari Junait.
“Ayo kerja” teriaknya! Pertanda pekerjaan segera dilanjutkan. Segera petani kembali memulai aktifitanya. Hingga sore pukul 17.00 tiba, semangat petani tidak pernah surut. Puasa bukan penghalang bagi mereka untuk bekerja.
Alhamdulillah berkah bulan Ramadan dirasakan pemilik padi Junait. Dengan hati gembira ia menyampaikan, bahwa gaba yang dihasilkan musim tahun ini sangat melimpa.
“Baru musim ini kami panen padi di bulan Ramadhan, tapi Alhamdulillah gaba kami lebih banyak dari musim-musim sebelumnya, “ ungkap Junaid.
Semoga persatuan dan eksistensi dalam menjalankan ibadah warga Desa Komba tetap terjaga hingga usia dunia berakhir.*/kiriman Ridhwan (Makasar)