Bismillaahirrohmaanirrohiim
TULISAN ini hanyalah merupakan hal kecil dari saya sebagai pembaca setia pada situs – situs media islam. Rasanya saya sangat sedih sekali saat kemarin selama beberapa hari situs – situs media Islam (khususnya media yang selama ini memiliki reputasi bagus) diblokir oleh penguasa Negeri ini dan saya tidak dapat mengaksesnya.
Alhamdulillah, setelah menunggu hampir dua minggu, saat ini saya sudah mengaksesnya kembali.
Saya ada adalah salah satu dari sekian banyak pembaca setia media web situs Islam. Saya merasakan sekali manfaatnya bagi diri saya dengan keberadaan situs – situs islam.
Bisa dipastikan, hampir setiap hari mengakses dan membaca artikel atau apa sajalah yang disajikan oleh media – media islam, termasuk hidayatullah.com.
Banyak kontens keislaman yang membantu saya mengenal Islam. Ada yang membahas masalah akidah, shirah Nabi, sejarah ulama, fikih, hadits dll.
Sambil bekerja pun saya bisa dapat sekaligus belajar dan membaca masalah agama melalui situs media Islam. Sejujurnya dari beberapa media Islam yang blokir pemerintah tidak semuanya bisa dikategorikan radikal. Apalagi samapai mengajarkan membuat bom atau membantai Nasrani atau Yahudi, tidak ada sama sekali.
Jujur, dulu itu saya sangat anti dengan situs media Islam. Namun media-media mainstream kala itu sering menyudutkan FPI, hati saya jadi penasaran. Akhirnya saya membuka-buka situs-situs media Islam.
Entah, sejak itu saya jatuh hati kepada media – media dan situs Islam juga perkembangan dakwah. Dan sekarang saya tidak pernah lagi mau sedikitpun membaca di media –media selain media Islam.
Saya meninggalkan media mainstream menjadi hal yang buat saya tidak terlalu layak untuk dibaca, kecuali masalah olahraga seperti sepak-bola-nya atau kulinernya. Itupun juga jarang saya baca kadang tidak terfikir ke arah sana.
Di suatu hari saya menjadi ikut terpukul dan sedih sekali saat melihat pengumuman, media – media Islam favorite saya yang setiap hari saya buka tiba – tiba diblokir begitu saja oleh penguasa dengan alasan yang tidak jelas, itu sangat menyakitkan hati. Saya geram rasanya. Apalagi mereka dituduh ini dan itu.
Karena itu, kepada masyarakat, untuk urusan informasi keislaman dan keumatan, jangan sekali-kali terlalu mempercayai media mainstrem. Sebab saya perhatikan, mereka sering tidak bisa adil.
Satu kisah, saya membaca media mainstream yang menjelek-jelekkan orang membela saudara-saudaranya di Bumi Syam (sekarang Suriah), lantas media mainstream ramai-ramai mengecap mereka yang membantu perjuangan dengan stigma ‘teroris’ dll.
Saya akhirnya eneg dengan berita tidak berimbang seperti ini. Lama –lama muak tapi saya memiliki alasan yang benar.
Logika saya, apa salahnya membela saudaranya yang dizamili? Juga apa salahnya untuk mendapatkan berita yang akurat media Islam mendatangi Bumi Syam agar bisa bertemu langsung pada para pelaku?
Sementara yang membela Ahok, sering membuat opini Islam “teroris”, garis keras, ekstrimis, radikal. Hanya karena umat Islam berjanggut, bercadar, mengikuti sunnah sunnah, dicitrakan buruk.
Terus terang, saya tidak suka saudara saya yang seiman dihina – hinakan, dihancurkan kehormatannya demi kepentingan asing.
Sementara TV-TV tidak pernah adil. Saya akhirnya jarang menontonnya lagi. Narasi mereka sering aneh dan itu yang sering saya simak. Maaf TV sekular akhirnya saya tinggalkan dan tidak masuk dalam daftar tonton keluarga saya.
Harapan saya umat Islam dapat bersatu dan dapat membuat TV Islam sendiri gabungan hasil kerjasama dari media – media Islam lainnya.
Bagi saya, media Islam ini kecil tidak sebesar media mainstream yang dananya luar biasa. Namun bagi saya, mereka sangat berarti dan bermanfaat sekali bagi kami. Saya yakin, masyarakat Islam yang sangat merindukan banyak informasi yang benar dan dakwah yang benar.
Apabila ada kata – kata saya yang salah mohon dimaafkan. Saya sedih kalau saya sebagai pembaca media Islam disebut sebagai simpatisan radikalis. Padahal bertahun – tahun saya membaca media Islam tidak ada niat sama sekali untuk menjadi teroris, apalagi membantai orang yang tidak bersalah. Wassalamu a’alaikum.*
Abdullah-Kalimantan Barat
Emai: [email protected]