Assalamu’alaikum…
Sekedar mengingatkan kepada saudara-saudara kita yang Muslim di daerah minoritas di Indonesia.
Sebentar lagi kita sambut Puasa Ramadhan…tak lama lagi setelah itu kita merayakan hari raya iful fitri.
Entah ini ini kebetulan atau tidak, ada gejala, setiap umat Muslim sedang bergembira, melakukan shalat I’edul Fitri (banyak umat Muslim terkonsentrasi atau berkumpul di mesjid-mesjid) pasti selalu saja ada kerusuhan yang berbau SARA.
Sebut saja insiden di Tolikara Papua (2015), Poso terjadi pada 1 Syawal 1434 H. Karena itulah sering disebut “Idul Fitri Berdarah”. Umat Islam yang saat itu sedang bersuka ria merayakan Idul Fitri, tiba-tiba dikejutkan dengan serangan kelompok beragama Kristen.
Namun musibah 19 Januari 1999 bukanlah satu-satunya peristiwa yang menjadi fakta penderitaan terhadap kaum Muslimin.
Jauh sebelum ini setiap hari raya Idul Fitri, selalu saja ada musibah.
Tragedi berdarah di Ambon dan sekitarnya bukanlah sesuatu yang tiba-tiba. Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI), sebelum peristiwa Iedul Fithri 1419 H berdarah.
Banyak peristiwa-peristiwa berbau kerusuhan (mohon maaf, seolah terlihat disetting tepat saat kaum Muslim sedang bergembira), merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Pada hari Ahad 3 Syawwal 1431 H bertepatan dengan 12 September 2010 M, terjadilah bentrok berdarah di Ciketing Asem – Bekasi antara ormas Islam dengan jemaat Gereja HKBP. Namun,
Namun masalahnya, setiap ada peristiwa serupa, yang dipojokkan pastilah umat Islam.
Karena itu, umat Islam jangan pernah melupakan sejarah penting ini.
Apakah ada Grand Design untuk menciptakan musibah ini?
Ada istilah menari, lebih baik mencegah daripada mengobati. Agar peristiwa-peristiwa serupa tidak terjadi, sebaiknya kaum Muslim lebih berhati-hati, agar upaya sistematis dan terencana dari pembenci agama Islam tidak terjadi.
Mari sampaikan kehati-hatian ini kepada saudara Muslim kita yang lain.
Wassalamualaikum
Irwan Muhammad | [email protected]