Sambungan artikel PERTAMA
Juru bicara Hamas, Dr. Sami Abu Zuhri, dalam sebuah pernyataan persnya sebagaimana dikutip “Arisalah Net” hari Selasa (13/10/2015) malam berkata,”Sesungguhnya ancaman-ancaman itu tidak akan menambah rakyat kami kecuali meningkatnya perlawanan dalam menghadapi tantangan.”
Aksi perlawanan rakyat Palestina meletus sejak akhir bulan September, selama tahun baru Yahudi, ditambah dengan adanya rumor bahwa Israel tengah menyusun rencana untuk mengambil alih tanah suci Al-Quds yang diberkahi. Sementara pihak Israel menyatakan bahwa rumor tersebut tak berdasar, bentrokan yang terjadi telah dengan cepat menyebar ke seantero Israel sampai ke Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Delapan orang Israel sudah tewas dalam serangkaian penikaman, penembakan dan pelemparan batu. Sementara korban rakyat Palestina melebihi 29 warga termasuk di antaranya 12 yang diidentifikasi oleh Israel sebagai pelaku penyerangan telah ditembak. Dalam pantauan terakhir, seorang pria Palestina berumur 27 tahun syahid ditembak ketika sedang melakukan protes di daerah kota Tepi Barat, Bethlehem.
Militer Israel mengatakan, ia sedang melempar bom Molotov ke arah sebuah mobil.
Bagaimanapun, serangkaian penyerangan tersebut telah menimbulkan kepanikan di seluruh Israel dan menimbulkan kekhawatiran bahwa daerah tersebut sedang berada di titik puncak babak baru kekerasan berat.
Kekerasan juga timbul tatkala kemungkinan negosiasi untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina terlihat sia-sia saja dan juga dipicu oleh rasa frustrasi yang amat mendalam yang dirasakan oleh rakyat Palestina, yang percaya bahwa semua jalan untuk mendapatkan kemerdekaan dan mengakhiri penjajahan Israel selama hapir setengah abad telah ditutup.
Pada kekerasan yang terjadi pada Selasa, sepasang pria Palestina naik bus dan menembaki dan menusuk penumpang, sementara penyerang lainnya menabrak sebuah mobil ke halte bus, kemudian keluar dari kendaraannya lalu menyerang siapa saja yang ada di dekatnya dengan pisau panjang.
Serangan yang hampir bersamaan tersebut, dengan dua penikaman yang terjadi di pusat kota Raanana, Israel, menandai pecahnya kekerasan paling serius sejak putaran kekerasan terakhir meletus.
Dalam serangan bus, polisi berkata ada seorang pria berumur 60 tahun tewas, dan seorang lainnya terluka dan akhirnya juga meninggal. Salah satu penyerang gugur ditembak dan penyerang lainnya dilumpuhkan oleh orang banyak.
Kepolisian Israel merilis rekaman yang menunjukkan penyerangan kedua, yaitu seorang pria Palestina yang menabrakkan mobilnya ke arah pejalan kaki dan menyerang mereka dengan senjata mirip golok. Satu orang terbunuh dan si penyerang ditembak.
Polisi mengatakan, si penyerang, yang bekerja untuk grup telekomunikasi terbesar Israel, Bezeq dan menggunakan mobil perusahaan dalam penyerangan, kemudian meninggal karena luka-lukanya.
Video tersebut telah memainkan peran penting dalam aksi Intifada Al-Quds. Benyamin Netanyahu berulang kali menuduh Palestina dan pemimpin Islam telah menebar kedustaan.
“Saya bilang kepada Otoritas Palestina, jangan ubah pembunuh menjadi pahlawan, “ demikian katanya.
Sementara Presiden Otoritas Palestina, Mahmud Abbas, telah menyatakan untuk menentang kekerasan, tapi ia sangat tidak popular di mata rakyatnya karena kegagalan dalam pembicaraan damai dan tidak adanya harapan untuk menemukan solusi diplomatik untuk konflik tersebut.
Di sisi lain, warga Palestina juga percaya, Abbas tidak mampu mempertahankan kesucian Masjidil Aqsha, tempat suci ke-3 umat Islam seluruh dunia.*/Karina Caffinch, Jundi Iskandar