Baitullah menjadi kiblat umat Islam di seluruh jagat raya. Ka’bah atau baytul atig dibangun oleh Nabi lbrahim dan putranya, merupakan rumah ibadah pertama kali yang dibangun di atas bumi
Hidayatullah.com | MENARIK membaca klaim-klaim sepihak yang menyatakan bahwa Ka’bah adalah peninggalan agama (umat) Hindu. Menarik sekaligus menggelitik pikiran saya sebagai umat muslim untuk menanggapin secara rasional berdasarkan data dan insyaAllah fakta.
Terlepas dari “fakta-fakta” yang terkesan sekali amat dipaksakan untuk mereka untuk memberi label pembenaran atas klaim-klaim tersebut, tidak ada salahnya saya mencoba memeriksa dan menelusuri ulang sumber-sumber yang ada.
Sebagai umat Islam tentu saja saya akan menggunakan data-data yang berasal dari kitab umat Islam (Al-Qur an dan kitab agama lainnya (Perjanjian Lama) jika ditemukan dalil yang berkaitan. Sedangkan untuk data-data lainya menggunakan informasi yang beredar secara luas di jagat maya.
Baiklah, hal pertama yang akan dibahas adalah mengenai Ka’bah sebagai rumah (ibadah) pertama manusia. Dan sumber awal mengenai Ka’bah sendiri disebutkan di dalam AL-Quran sebagaimana tersebut dibawah ini:
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِى بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَٰلَمِينَ
Artinya: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS: Ali Imran [3]: 96)
Dari ayat ini diterangkan bahwa rumah (ibadah yang mula-mula dibangun untuk (oleh) manusia beribadah adalah Baitullah (Ka’bah). Meskipun data ini tentunya akan dengan mudah dipertanyakan oleh orang-orang yang tidak beriman yang meminta bukti lebih, akan tetapi akan saya sampaikan bukti-buktinya berdasarkan data dan fakta arkeologi (pra-sejarah yang diketahui oleh umum.
Ajaran Islam meyakini bahwa Ka’bah adalah bangunan peribadatan yang pertama kali dibangun oleh manusia pertama, yaitu Adam as, sebagaimana yang tersebut dalam ayat diatas. Meskipun ayat itu tidak menyebut Nabi Adam sebagai pelakunya, namun secara tersirat mengarah ke dam amun, klaim ayat Al-Qur’an ini, meskipun bagi umat slam diyakini kebenarannya dari Allah, namun bagi orang-orang kafir tentu akan meminta bukti-bukti.
Zaman Neolithicum sebagai Awal Peradaban Manusia
Secara keilmuan bidang arkeologi membagi masa atau zaman kehidupan (makhluk) manusia dalam beberapa periode, sebagaimana digambarkan berikut ini:
Dari masing-masing periode zaman, memiliki karakteristik sendiri dari tiap-tiap peradaban dimasanya. Adapun karakteristik peradaban untuk masing-masing periode zaman adalah sebagai berikut;
Berdasarkan pengelompokan periode zaman tersebut maka para ilmuan mengangap ahwa peradaban manusia yang sesungguhnya dimulai ada periode zaman neolithicum atau zaman batu muda. Hal itu didasarkan atas temuan-temuan artefak dan situs-situs peninggalan yang ada.
Bahwa di zaman neolithicum masyarakat sudah mengenal kehidupan agraria seperti pertanian dan peternakan juga menjadi kesimpulan bahwa masyarakat di zaman neolothicum sudah mengenal peradaban yang jauh lebih maju dari periode-periode zaman sebelumnya.
Ka’bah adalah Bentuk Peradaban Manusia
Ka’bah diklaim sebagai rumah pertama yang dibuat oleh manusia (Adam) bukan hanya sekedar omong kosong. Berdasarkan bukti-bukti arkeologis ditemukan bahwa pada masa neolithicum, manusia dijamannya telah mengenal bentuk arsitektur bangunan awal yang modern namun sederhana.
Modern karena memang sudah menggunakan teknologi arsitektur, sederhana karena memang masih dalam bentuk sederhana sederhana.
Berdasarkan bukti-bukti arkeologis yang pernah ditemukan pada saat ini, diketahui bahwa teknologi bangun (arsitektur) manusia juga mengalami perkembangan sesuai dan seiring sejalan dengan periode arkeologis. Seperti yang sudah saya tampilkan pada tabel-2 mengenai karakteristik peradaban tiap-tiap periode, diketahui berdasarkan penemuan-penemuan situs purbakala, bahwa manusia mengenai rancang bangun (arsitektur) baru ketika memasuki periode neolithicum.
Dimana pada periode ini manusia di zamannya sudah mengenal teknologi yang cukup tinggi untuk menunjang kehidupan mereka pada masa itu. Jika kita memperhatikan bentuk-bentuk arsitektur di zaman neolithicum, maka akan kita temukan persamaan dan perkembangannya.
Pada awal mulanya di zaman ini, bentuk-bentuk bangunan menggunakan pola kubus. Hal itu bisa dilihat dari temuan pada situs-situs purbakala yang ada.
Pada masanya, bentuk bangunan kubus adalah perwujudan teknologi tertinggi terkait kehidupan manusia pada masa itu. Terutama fungsinya yang semakin meningkat dari sekedar tempat berteduh tapi ulai membentuk pola tata kemasyarakatan.
Ka’bah, sebagaimana di sebutkan pada ayat diatas, memiliki pola bentuk bangunan kubus. Yang berarti menunjukkan bahwa bangunan Ka’bah pertama kali dibangun pada masa periode neolithicum.
Dan berarati BENAR berita yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ atas firman Allah, selain argumentasi terhadap klaim-klaim sepihak dari kaum Yahudi pada masa Rasulullah, adalah juga memberikan informasi kepada manusia saat ini hingga masa mendatang, bahwa Ka’bah adalah sungguh-sungguh dan sebenar-benarnya RUMAH yang pertama kali dibuat oleh manusia, sesuai dengan ayat tersebut yang menyebutkan kata “Bayt” yang berarti Rumah.
Ka’bah tidak terpengaruh dengan peradaban indus atau Yedic. Jika melihat berdasarkan fakta-fakta otentik yang ada yang dicocokkan dengan temuan-temuan arkeologis yang ada, maka sudah jelas bahwa bangunan Ka’bah sama sekali tidak ada hubungannya dengan peradaban Sungai Indus maupun Yedic.
Hal ini dikarenakan bukan hanya rentang waktu yang ada sangat jauh antara kemunculan peradaban Sungai Indus dan Yedic terhadap periode zaman ketika Ka’bah dibangun. Akan tetapi juga dikarenakan berdasarkan penyebaran kedua peradaban itu yang berbeda.
Jadi jelaslah sudah bahwa berita-berita megenai Ka’bah yang diklaim dipengaruhi budaya Hindu (peradaban Sungai Indus dan Yedic) adalah hoaks dan sama sekali tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Ka’bah Tempat Ibadah Pertama di Muka Bumi
Menurut beberapa riwayat, Ka’bah telah dibangun sejak zaman Nabi Adam alaihissalam, namun sebelumnya dibangun oleh para malaikat. Umat Islam di seluruh dunia pasti mengenal Ka’bah, rumah Allah (Baitullah) yang menjadi kiblat umat Islam di seluruh jagat raya ini Ka’bah atau baytul atig dibangun oleh Nabi lbrahim As dan putranya, Nabi Ismail as dan Baitullah ini ibadah yang pertama kali dibangun di atas dunia.
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِى بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَٰلَمِينَ
فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” (QS: Ali-Imran [31]: 96-97).
Menurut Al-Qurthubi, seorang ahli tafsir, mengatakan bahwa orang yang pertama kali membangun Baitullah adalah Nabi Adam As. Ali bin Abi Thalib menyatakan, Allah SWT memerintahkan para malaikat-Nya untuk membangun Baitullah di muka bumi dan melaksanakan Thawaf di sana.
Peristiwa tersebut terjadi sebelum Adam diturunkan ke bumi. Setelah turun Adam menyempurnakan bangunannya dan berthawaf disana dan juga para nabi setelahnya.
Kemudian, pembangunan Baitullah tersebut dilaksanakan kembali dan disempurnakan oleh Nabi Ibrahim As bersama putranya, Ismail. Penjelasan ini berdasarkan keterangan surat A-Baqarah [2] ayat 127 dan surah Al-Haj 22] ayat 26.
وَاِذۡ يَرۡفَعُ اِبۡرٰهٖمُ الۡقَوَاعِدَ مِنَ الۡبَيۡتِ وَاِسۡمٰعِيۡلُؕ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّا ؕ اِنَّكَ اَنۡتَ السَّمِيۡعُ الۡعَلِيۡمُ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 127).
Dari keterangan ini, jelaslah bahwa vang pertama kali membangun Ka’bah adalah Nabi Adam As. Dan, yang menyempurnakan pembangunan Ka’bah dengan memasang atau meninggikan pondasinya adalah Nabi lbrahim Alaihissalam dan Nabi Ismail as.
Para ulama salaf mengatakan bahwa di setiap tingkat langit terdapat sebuah rumah penduduk langit tersebut beribadah kepada Allah di rumah tersebut. Oleh karena itulah Allah memerintahkan Nabi Ibrahim As membuat bangunan seperti itu di muka bumi.
Disebutkan dalam kitab Ara’is al-Majilis karya Al-Tsa’ibi, Allah mewahyukan kepada Adam: “Aku memiliki tanah haram (terhormat) dalam posisi sejajar dengan singgsana-Ku (Arasy). Karena itu datanglah ke sana dan berkelilinglah (Thawaf) sebagaimana dikelilinginya singgasana-Ku. Shalatlah di sana sebagaimana shalat di singgasana-Ku. Disanalah Aku memperkenalkan doamu.”
Keterangan ini menunjukkan bahwa Adam adalah pembangun Ka’bah pertama, lalu disempurnakan pembangunannya oleh Nabi Tbrahim dan Ismail. Posisinya sama seperti yang ada hingga saat ini.
Mengenai pembangunan Ka bah, ada pendapat yang menyatakan bahwa Ibrahim as diperintahkan untuk membangun kembali Ka’bah di posisi yang ada saat ini, sebab, sebelumnya lokasi tersebut sering terjadi banjir besar. Karena itu, Ibrahim diperintahkan untuk nmeninggikan fondasinya.
Allah Perintahkan Nabi lbrahim Membangun Kembali Ka’bah
Sebagaimana dikatakan Al-Azraqi dalam Tarikh Mekkah, “Setelah peristiwa banjir besar, lokasi Ka’bah dulu telah hilang. Lokasi tersebut berbentuk bukit kecil berwarna merah yang tidak terjangkau aliran air. Saat itu, manusia hanya tahu bahwa di sana ada tempat yang sangat bernilai tanpa mengetahui lokasinya secara pasti. Dari seluruh penjuru dunia, mereka yang dizhalimi, menderita, dan butuh perlindungan datang ke tempat ini untuk berdoa. Doa merekapun dikabulkan. Manusiapun mengunjunginya hingga Allah memerintahkan Nabi lbrahim untuk membangun kembali Ka’bah. Sejak Nabi Adam As diturunkan ke bumi, Baitullah selalu menjadi tempat yang dimuliakan dan diperbaiki terus-menerus oleh setiap agama dan umat dari satu generasi ke generasi lainnya. Tempat ini juga senantiasa dikunjungi malaikat sebelum Adam turun ke bumi.”
Pembangunan itu dilakukan oleh Ibrahim dan Ismail as. Ismail yang mengangkat batunya dan Ibrahim yang memasangnya. Semakin lama semakin tinggi hingga Nabi Ibrahim As tidak mampu lagi menjangkau tempat tertinggi untuk memasang batu-batu tersebut.
Kemudian Ismail membawakan sebuah batu untuk pijakan bagi Nabi Ibrahim Batu inilah yang akhirnya disebut sebagai Makam Ibrahim. Mereka terus bekerja sembari berdoa: “Wahai Rabb kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya, Engkaulalah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Setelah selesai, Allah kemudian memerintahkan Ibrahim untuk berseru kepada seluruh umat nmanusia agar mengerjakan haji ke Baitullah, sebagaimana yang terkandung dalam QS. Al-Haji [22] 27-29.
وَاَذِّنۡ فِى النَّاسِ بِالۡحَجِّ يَاۡتُوۡكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّاۡتِيۡنَ مِنۡ كُلِّ فَجٍّ عَمِيۡقٍ
يَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَ ۖ
ثُمَّ لۡيَـقۡضُوۡا تَفَثَهُمۡ وَلۡيُوۡفُوۡا نُذُوۡرَهُمۡ وَلۡيَطَّوَّفُوۡا بِالۡبَيۡتِ الۡعَتِيۡقِ
“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.
Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mere-ka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.
Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada di badan) mereka, menyempurnakan nazar-nazar mereka dan melakukan tawaf sekeliling rumah tua (Baitullah).”*/dari buku 13 Misteri di Kota Makkah