Ada pendapat peristiwa hijrah terjadi pada bulan Rabiul Awwal, bahkan ada yang menganggap bertepatan 1 Muharram
Hidayatullah.com | 1 MUHARRAM ditetapkan dan disepakati oleh kaum muslimin pada masa Khalifah Umar bin Khattab, atas inisiatif Khalifah sendiri. Penetapan tersebut berawal dari surat Abu Musa pada Khalifah Umar, bahwa surat-surat Khalifah tidak tercantum “tanggal” di dalamnya, sehingga berbagai peristiwa tidak diketahui, maka muncullah inisiatif dari Khalifah untuk membuat kalender dalam Islam.
Peristiwa hijrah terjadi tidak bertepatan dengan 1 Muharram, tetapi pada bulan Shafar. Ada pula pendapat bahwa peristiwa hijrah terjadi pada bulan Rabiul Awwal.
Mengapa menggunakan hijriah? Karena kalendernya adalah Hijriyah yang berdasarkan hitungan bulan.
Dengan visi membawa semangat hijriyah yaitu meninggalkan kebatilan menuju yang hak, demikian pendapat Khalifah Umar.
Sama seperti Tahun Baru Masehi sebagai penanda nama tahun, dan Masehi adalah era kalender yang dihitung sejak kelahiran Isa Al-Masih. Tetapi, Isa Al-Masih tidak lahir pada 1 Januari, tetapi tanggal 25 Desember sebagai tanda kelahiran Isa Al-Masih dalam kalender Masehi.
Sama halnya dengan tahun Hijriah yang kemudian dinisbatkan pada peristiwa hijrahnya Nabi, tetapi 1 Muharram bukanlah hari/tanggal ketika peristiwa hijrah itu terjadi.
Dalam hitungan kalender Hijriah (Sebelum Hijriyah, SH), peristiwa hijrahnya Nabi terjadi pada bulan Shafar dan bulan Rabiul Awwal, yaitu bertepatan dengan bulan Juni dan Juli pada tahun 622 M). Bulan shafar (akhir bulan) ketika Nabi berangkat dari Makkah, dan tiba di Madinah pada awal bulan Rabiul Awwal.
Berbeda dengan kalender Masehi, penandanya adalah Kelahiran Isa Al-Masih yang disebut dengan Kalender Georgia, sedangkan penanda Tahun Hijriyah adalah peritiwa Hijrahnya Nabi yang dinamakan Tahun Hijriyah, sekali lagi dimulainya Hijriyah bukan hari atau tanggal dimana Nabi melakukan hijrah, tapi Sanah (tahun) Hijriyah. Kalender Hijriyah dibuat setelah 17 Tahun peristiwa Hijrah.
Nama-Nama bulan sebelum Islam adalah Al-Mu’tamar (Muharram), Najir (safar), Khawwan (Rabiul Awwal), Busshan (Rabiul Akhir), Alhanin (Jumadil Ula), Rabbi/Rabbah (Jumadil Alkhirah), Al-Asham (Rajab) dan Ghadzil (Sya’ban), Nathiq (Ramadhan), Wa’il (Syawwal), Warnah (Dzulqa’dah), Bark (Dzulhijjah).
أوضحت الدارة أسماء الشهور الهجرية وما يقابله من اسم الذي كان يطلقه عليه العرب قبل الإسلام، مثلا: المحرم كان اسمه عندهم “المؤتمر”، أما صفر فيسموه “ناجر”، وربيع الأول “خوّان”، وربيع الآخر “وبصان”، وجمادى الأولى “الحنين”، وجمادى الآخرة “ربّى”أو”ربّة”، ورجب “الأصمّ”، وشعبان “عاذل”.أما شهر رمضان فكانوا يسمونه بـ”ناتق”، فيما يسمون شهر شوال بـ”وعل”، وذو القعدة بـ”ورنة”، وذو الحجة “برك”.
Mudahnya, semangat hijrah adalah nama yang dipilih untuk nama tahun dalam kalender Islam. Apakah salah bila peringatan tahun Hijriah dikaitkan dengan hijrahnya Nabi?
Tidak menyalahkan. Karena dalam pergantian tahun yang dibawa adalah semangat perubahan sebagaimana mana ashab hijrah dari kemusyrikan menuju ketauhidan, dan dari dunia kelam (batil) menuju dununia yang derang (hak) sebagaimana alasan Khalifah Umar dalam memilihnya.
Semangat hijriyahlah yang dijadikan nama kelander, sedangkan peristiwanya bukan pada bulan Muharram.*/Dr Halimm Zuhdy