Hidayatullah.com—Sebuah pengadilan Mesir telah meminta pihak berwenang untuk mengizinkan eksekusi seorang pemuda, yang dijatuhi hukuman mati karena membunuh teman sekelas perempuannya, untuk ditayangkan di televisi sebagai bentuk pencegahan, demikian dilaporkan Gulf News.
Daily Mail melaporkan, Mohamed Adel, 21, dinyatakan terbuktik bersalah membunuh Naira Ashraf teman kuliahnya di Universitas Mansoura. Pelaku terbukti menikam temanya itu hingga tewas setelah menolak lamaranya.
Pengadilan kemudian menjatuhkan hukuman mati kepada Mohamed Adel pada 6 Juli. Dalam sebuah surat kepada Parlemen, pengadilan menyerukan agar eksekusi pria itu disiarkan secara langsung untuk mencegah kejahatan serupa terjadi di masa depan.
“Siaran langsung dapat mencapai target pencegahan yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan, hanya dengan menyiarkan eksekusi itu sendiri,” jelas pengadilan dalam surat itu.
Rekaman mengerikan menunjukkan Mohamed Adel menyerang Naira di luar kampus Universitas Mansoura dekat Delta Nil pada 20 Juni. Berdasarkan laporan media lokal, serangan itu terjadi setelah Naira mengikuti ujian akhir.
Video itu juga menunjukkan Naira tewas di tempat dan orang-orang segara menangkap Mohamed Adel saat dia masih memegang pisau sambil berdiri di dekat tubuh korban. “Korban ditikam beberapa kali, termasuk di leher dan dada,” jelas laporan media.
Pada persidangan, pengadilan diberitahu bahwa pria itu menguntit Naira dan memutuskan untuk membunuhnya setelah dia menolak lamaran pernikahannya. Pengadilan Mansoura menetapkan hukuman mati pada 28 Juni dan mengukuhkan hukuman itu seminggu kemudian.
Tetapi siaran langsung eksekusi membutuhkan undang-undang baru dari parlemen Mesir dan persetujuan dari kepala negara, kata para ahli hukum. Di bawah hukum Mesir, eksekusi dilakukan di dalam penjara di hadapan seorang wakil jaksa agung, kepala penjara, seorang dokter dan perwakilan dari otoritas agama berdasarkan afiliasi agama narapidana. Namun eksekusi dilarang pada acara-acara keagamaan atau resmi. Pembunuhan mahasiswi sosiologi ini telah memicu kemarahan publik dan menarik perhatian media secara besar-besaran di Mesir dan sekitarnya.*