Kedzaliman mencerminkan kebutaan hati dan mata batin. Dalam Al-Qur’an, dzalim disebutkan sebanyak 289 kali
Hidayatullah.com | KEDZALIMAN itu kapan pun dan dimana pun selalu ada. Dzalim satu akar kata dengan dzulmah (kegelapan), dzulm (aniaya), midzallah (payung), adzlal (bayangan), zhulm (kezaliman), dan zhulmah (kegelapan pekat) yang memiliki makna dasar “hitam pekat.”
Jika kegelapan secara kiasan dapat menyebabkan kebutaan fisik karena menghalangi pandangan dan penglihatan, maka zhulm (kezaliman) mencerminkan kebutaan hati dan mata batin pelakunya.
والظلم والظلام والظلمة ذات مصدر لغوي واحد، ومعنى هذا المصدر السواد الداكن، وإذا كان الظلام يسبب عمى البصر مجازاً؛ لأنه يمنع الرؤية والإبصار، فإن (الظلم) يعكس عمى القلب والبصيرة عند فاعله.
Kata dzalim itu sangat sederhana, tapi ia sangat berat akibatnya. Mari, kita tilik arti kata “dzalim” dalam bahasa Arab.
الظُّلمُ: الجَورُ ومُجاوزةُ الحَدِّ والمَيلُ عن القَصدِ، وأخذُ حَقِّ الغَيرِ، يُقالُ: ظَلمه يَظلِمُه ظَلْمًا وظُلمًا، ومَظلَمةً، فالظَّلمُ مَصدَرٌ حَقيقيٌّ، والظُّلمُ الاسمُ، وهو ظالمٌ وظَلومٌ. وأصلُ الظُّلمِ: وَضعُ الشَّيءِ في غَيرِ مَوضِعِه، وأخذُ المَرءِ ما ليس له
Kedzaliman dalam bahasa Arab memiliki makna sebagai tindakan ketidakadilan, melampaui batas, menyimpang dari tujuan yang benar, atau mengambil hak orang lain tanpa izin.
Secara esensial, kezaliman berarti meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya atau mengambil sesuatu yang bukan haknya, seperti merampas hak orang lain atau melanggar batas yang telah ditentukan.
Kembali pada akar kata dzaliman, kegelapan. Bahwa orang yang berbuat dzalim adalah mereka yang gelap, yang tertutup, tidak menemukan jalan, tidak ada cahaya yang menyinarinya.
Maka, gelap (sawad) itu tidak hanya berdampak pada kegelapan dirinya, tapi ia akan menggelapkan orang lain, atau mencelakakan orang lain. Dan makna lainnya, orang dzalim adalah mereka yang meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, ini contohnya sangat banyak sekali.
Memberikan amanah (kepemimpinan) pada orang yang tidak layak. Guru memberi nilai baik pada muridnya yang tidak memenuhi standar. Meluluskan seseorang yang tidak masuk kualifikasi, karena ada hubungan teman atau kerabat.
Memberikan penghargaan kepada yang tidak berhak menerimanya. Dalam agama, misalnya berbuat maksiat dan lainnya.
Dalam Al-Qur’an, dzalim disebutkan sebanyak 289 kali. Allah SWT melarang umat-Nya untuk berbuat dzalim, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali manusia tidak menyadari bahwa setiap perbuatan, baik ataupun buruk, akan tercatat dengan rapi.
Di Hari Kiamat nanti, catatan amal ini akan menjadi saksi yang tak terbantahkan. Salah satu catatan penting yang akan diperiksa adalah tentang kedzaliman, atau ketidakadilan yang dilakukan manusia.
Ada tiga jenis kedzaliman yang akan dipertanggungjawabkan kelak, masing-masing memiliki hukumnya sendiri di sisi Allah.
Kedzaliman pertama dan paling besar adalah syirik, yakni menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Syirik tidak hanya melukai iman seorang hamba, tetapi juga merupakan penghinaan terbesar terhadap keesaan Allah.
Dosa ini begitu besar hingga Allah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa Dia tidak akan mengampuni syirik jika pelakunya tidak bertaubat.
Jenis kezaliman kedua adalah dosa-dosa pribadi yang dilakukan seseorang terhadap dirinya sendiri, seperti meninggalkan kewajiban agama atau melakukan perbuatan maksiat.
Namun, Allah yang Maha Pengasih meletakkan dosa ini di bawah kehendak-Nya. Jika Dia berkehendak, dosa tersebut dapat diampuni, asalkan hamba-Nya bertaubat dengan sungguh-sungguh.
Dalam firman-Nya, Allah berjanji: “Dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki.” Ini adalah bentuk kasih sayang Allah, memberikan harapan bagi mereka yang berusaha memperbaiki diri.
Kedzaliman terakhir adalah yang paling berat untuk diselesaikan, yaitu kedzaliman terhadap orang lain. Dalam hal ini, Allah tidak akan membiarkannya begitu saja. Hak-hak orang yang dizalimi akan dikembalikan di Hari Kiamat.
Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa setiap hak akan ditunaikan, hingga orang yang tertindas mendapatkan keadilannya. Tak ada jalan lain bagi pelaku kedzaliman selain meminta maaf dan memperbaiki kesalahan kepada orang yang ia dzalimi selama masih di dunia.
Kedzaliman, dalam bentuk apapun, adalah beban yang harus kita hindari. Syirik kepada Allah merusak hubungan kita dengan Sang Pencipta. Dosa kepada diri sendiri menodai jiwa kita, sementara kedzaliman terhadap sesama melukai hubungan sosial yang harusnya dijaga.
Dzalim suatu sisi dianggap berat, tapi sisi yang lain sadar bahwa ia telah berbuat dzalim.
Kajian-kajian Al-Qur’an, Mukjizat Al-Quran, Balaghah, Sastra Arab, Turast Islamiyah, Keagamaan, Kajian Bahasa dan asal Muasal Bahasa, dan lainnya.*/ Dr Halimi Zuhdy