Hidayatullah.com–Malika El Aroud atau dikenal sebagai Ummu Ubaidah – sebuah inspirasi umat Muslim bahwa jihad bukanlah hanya dengan bom dan senjata di tangan– tapi dari dalam hati meyakini bahwa membela agama merupakan sebuah jalan hidup satu-satunya yang akan membawanya ke kehidupan kekal, Surga.
Dirinya bahkan bisa melebihi seorang pejuang yang terlatih secara militer, begitu dalam menancap iman dan ghirahnya sebagai mujahidah walau hanya dengan kata-kata dan seperangkat komputer di meja rumahnya.
Bukan berarti kita sebagai umat Muslim diwajibkan bergerak angkat senjata, adapun Ummu Ubaidah malah memberikan pandangan yang sangat tajam bahwa saat ini tidak perlu semua itu. Hanya perlu keyakinan dan semangat perjuangan membela agama dan Tuhan untuk berjihad, maka senjata dan bom tidaklah penting. Apalagi bagi orang-orang awam yang tidak pernah terdaftar militer. Terlebih lagi saat ini kita juga tidak sedang berada di medan perang dengan peluru dan bom. Namun, jelas kita berada di medan perang pemikiran.
Serangkai kata yang membangkitkan bisa menjadi percikan api untuk mengerahkan semangat orang-orang dan membentuk pasukan. Disinilah Ummu Ubaidah berpikir strategis, ia sadar bahwa masih banyak saudara-saudara Muslim yang tidak peduli dengan agamanya bahkan tidak mengerti apa arti jihad.
Ummu Ubaidah bukanlah ‘teroris’ bersenjata yang siap meledakkan targetnya, justru ia pejuang yang dibutuhkan umat Muslim saat ini, untuk bisa lebih semangat membela agama demi Allah Taa’ala, walaupun di dalam diri yang terdalam Ummu Ubaidah tidak akan menolak menjadi martir jika memang sudah saatnya.
Ummu Ubaidah bersuara untuk menunjukkan siapa dirinya dan keyakinannya dengan sangat berani dan lantang.
Mujahidah Internet Paling Ditakuti di Eropa
Di luar rumah, Malika El Aroud adalah seorang tidak dikenal yang menggunakan pakaian hitam dengan jilbab yang menutup seluruh tubuhnya kecuali matanya.
Di dalam ruang tamunya, El Aroud, wanita Belgia berumur 48 tahun, memakai pakaian sederhana selayak umurnya; kaos polos hitam dan celana. Hiasan yang ada hanya sepasang sandal berwarna biru dengan huruf berwarna emas bertuliskan seksi.
Tetapi di dunia maya El Aroud membuat dirinya sangat berbeda. Menulis dalam bahasa Prancis dengan nama alias “Oum Obeyda,” (Ibunya Ubaidah) ia merubah dirinya menjadi salah satu mujahid internet wanita yang paling ditakuti di Eropa.
Ia menyebut dirinya seorang pejuang suci wanita untuk Al-Qaeda (Al -Qaidah]. Ia menyatakan dirinya tidak menyebarkan instruksi untuk membuat bom dan tidak ada intensi atau niat untuk mengangkat senjata. Namun, ia intimidasi para pria Muslim untuk pergi berperang dan menggalang para wanita untuk bergabung dalam jihad.
“Saya tidak pada posisi untuk meledakan bom – itu konyol,” ia mengatakannya dalam sebuah interview dengan laman The New York Time bulan Mei 2008.
“Saya memiliki senjata. Yaitu menulis. Untuk bersuara. Itulah jihad saya. Kalian bisa melakukan apa saja dengan kata-kata. Menulis juga merupakan sebuah bom.”
El Aroud tidak hanya membuat namanya terkenal di kalangan pengikut forum radikal dimana ia mempublikasikan pesan-pesan kebencian terhadap Barat. Dia juga terkenal di dalam badan-badan intelijen di seluruh Eropa dengan sebutan Malika — Islamis yang berada di garis depan pergerakan wanita untuk mengambil posisi yang lebih besar di dalam jihad global yang didominasi pria.
Baca: Kisah ‘Cyber Jihad’ Hacktivis pro-Palestina dalam #OpIsrael
Pemerintah Barat telah mencatat kenaikan tingkat bom bunuh diri yang dilakukan oleh para wanita. Laporan militer Amerika telah mencatat ada 18 wanita yang melakukan misi bunuh diri di Iraq dalam tahun 2008. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berjumlah 8 – namun mereka mengatakan ada juga pasukan wanita perencana yang tidak banyak melakukan kekerasan tetapi berpotensi lebih rahasia, para pendakwah (da’i), penerjemah dan penggalang dana, baik bergabung bersama suaminya di dalam peperangan atau masuk ke dalam lubang yang sama seperti pria yang dipenjara atau dibunuh.
“Para wanita dari segala umur datang untuk berjihad dan masuk ke dunia yang pernah hanya dikuasai pria,” ujar Claude Moniquet mantan Kepala Badan Intelijen Strategis dan Pusat Keamanan Eropa (European Strategic Intelligence and Security Center) yang berpusat di Brussel kepada The New York Time suatu hari.
“Malika adalah panutan, sebuah ikon yang cukup berani untuk mengakui dirinya. Dia memainkan peran strategis yang sangat penting sebagai sumber inspirasi. Dia sangat cerdas – dan sangat berbahaya.”
El Aroud mulai menampakan keulungannya dikarenakan pria dalam hidupnya. Dua hari sebelum serangan 11 September 2001, suaminya meledakan bom di Afganistan yang menewaskan pemimpin perlawanan anti-Taliban, Ahmed Shah Massoud atas perintah Osama bin Ladin. Suaminya terbunuh dan ia menyibukkan dirinya dengan internet sebagai janda seorang martir.
Dia menikah lagi, dan di 2007 dia dan suami barunya dihukum di Swiss karena telah mengoperasikan situs pro al-Qaeda. Saat ini, berdasarkan pemerintah Belgia, dia adalah tersangka atas apa yang pihak berwenang katakan mereka yakin tentang rencana penyerangan di Belgia.
“Vietnam tidak bisa dibandingkan dengan apa yang menanti anda di tanah kami,” ia menulis kepada khalayak Barat pada bulan Maret tentang perang di Iraq dan Afghanistan. “Tanyakan ibu Anda, istri Anda untuk memesan peti mati Anda.”
Untuk para pengikutnya ia menambahkan, “Kemenangan tampak di cakrawala, saudara-saudaraku. Mari kita terus intensifkan doa-doa kita.”*/Ummu Qudsy dari berbagai sumber
(bersambung)