DALAM sejarah keilmuan Islam, Negeri Syam dikenal melahirkan ulama-ulama kenamaan. Tak heran para ahlis sejara mengatakan, Negeri Syam adalah negeri seribu ulama. Salah satunya ahli hadis dari Kota Halab yang kini disebut Aleppo.
Di Kota Alepo, yang kini hancur oleh serangan rezim keji dan milisi Syiah adalah kota tua yang menyimpan puluhan kisah yang telah berdiri beberapa tahun sebelum masehi.
Di kota ini dahulu lahir ulama hadis kenamaan bernama Yusuf bin al-Zaki al-Mizzi. Atau lebih dikenal dengan al-hafidz al-Mizzi. Salah satu kitabnya, menjadi rujukan primer para sarjana hadis kontemporer.
Di antara kitaab-kitab sejarah yang menerangkan tentang profil perawi hadis, Kitab Tahdzibul Kamal fi Asma’I Rijal karya al-Hafidz al-Mizzi dianggap di antara yang paling bagus. Imam Tajuddin al-Subki memujinya sebagai seorang di antara empat imam ahli hadis yang paling bagus hafalan hadisnya.
Para ulama dan penghkaji hadis setelahnya, semuanya menjadikan Kitab Tahdzibul Kamal fi Asma’I Rijal sebagai referensi utamanya. Ia adalah guru hadis Imam Ibnu Kastir.
Al-Mizzi pertama kali belajar pada tahun 675 H, ia belajar hadis pertama kali pada Zainudin Abi al-Abbas Ahmad bin Abi al-Khair Salamah bin Ibrahim al-Dimasyqi al-Haddad al-Hambali (589-678H). Lalu belajar dan mendalami hadis, seperti Kutubbut Tis’ah, Musnad al-Imam Ahmad, al-Mu’jam al-Kabir karya al-Thabarani serta banyak kitab yang lainnya.
Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-Asqalani, ulama yang mensyarah Shahih Al-Bukhari, yang keluar meninggalkan Mesir dan menetap di Halab (Aleppo),dan menikahi salah satu wanitanya dan beliau takjub kepadanya, disaat Beliau meninggalkannya, hatinya dirundung kerinduan, sampai beliau menulis kitab “Jalabu Halab” Karena kerinduan Beliau kepada para penduduknya dan karena kerinduan Beliau untuk kembali tinggal bersama mereka.
Rusia Dinilai Lakukan Serangan 304 Kejahatan Perang di Aleppo, termasuk Iran
Di Halab pernah tinggal Yakut Al-Hamawi, Imam ahli sejarah yang juga dikenal sebagai penulis kitab “Mu’jamu Al-Buldan” dan kitab “Mu’jamu Al-Udaba.” Di sana pula juga pernah tinggal Al-‘Imad Al-Ashfahani, Ibnu An-Naqib, Ash-Shafadi, Ibnu Nashiruddin, dan Abdu Al-Halim Ibnu Taimiyah.
Di Halab pula para ulama menimba sari pati ilmu dari Syeikh Al-Alamah Muhammad Jamaluddin ibnu Abdillah Ibnu Malik al-Thay atau dikenal Ibnu Malik. Karya beliau yang sangat terkenal dan digunakan di seluruh dunia terutama di dunia pesantren di Indonesia adalah kitab Al-Fiyyah Ibnu Malik berisi pokok-pokok dan ilmu Nahwu dan Sharaf.
“Kota Syiah”
Bom, meriam, mortir dan serangan udara bertubi-tubi telah diarahkan ke Aleppo dalam perang hampir enam tahun. Hal ini menyebabkan Aleppo, kota terbesar di Suriah sebelum perang dengan lebih tiga juta penduduknya, kini hanya tinggal reruntuhan.
Terletak di persimpangan rute perdagangan kuno, Aleppo yang pernah menjadi nadi industri Suriah dengan pabrik tekstil, plastik dan farmasi serta keindahan bangunan bersejarah di Kota, kini tinggal kenangan saja.
Aleppo yang dulu indah dan tempat para ulama menimba ilmu, hari ini bagaikan ‘Kota Hantu’, seperti kota yang hancur pada saat Perang Dunia Kedua.
Sebelum dibom Rusia dan serangan tentara Bashar dan bantuan sekutunya milisi Syiah, kota itu memiliki 550.000 rumah kini hancur total, tidak termasuk kerusakan lain seperti pabrik dan infrastruktur.
Antara 70 sampai 80 persen kerusakan itu terjadi di timur, wilayah dikuasai kelompok oposisi dan pembebasan yang diserang dengan bom-bom yang dikirim pesawat Rusia setiap hari sejak lebih dari setahun lalu.
Kota Lama Aleppo yang padat penduduk, diakui sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO tahun 1986. Ia memiliki gereja abad ke-13 dan Masjid Agung Abad Kedelapan yang keduanya sudah rusak parah.
Lebih 150 bangunan di kota itu hancur termasuk setengah ‘pasar lama’ yang menjadi fokus wisatawan serta nadi ekonomi penduduknya.
Sebelum perang, Masjid Agung juga dikenal sebagai Masjid Umayya yang berisi makam Nabi Zakaria, menjadi keunggulan Aleppo. Menara masjid tersebut hancur akibat bedilan pada 2012.
Bagaimanapun, milisi Syiah yang dikirim Iran dan Hizbullah (Lebanon) telah memainkan peran menentukan jatuhnya Kota Aleppo. Para milisi yang dibangkitkan oleh Korps Pengawal Revolusi (IRGC), milisi Syiah dari berbagai Negara dinilai lebih efektif daripada unit militer Suriah sendiri.
Sebagaimana diketahui, jumlah kekuatan mereka telah dibangun di sekitar Aleppo timur sejak awal tahun lalu diperkirakan mencapai 6.000-8000 tentara.
Iran Ancam Bahrain, Yaman dengan ‘Penaklukan’ seperti Aleppo
Laman thequardian.com menulis, Mayor Jenderal Qassem Suleimani yang bertugas lebih dari satu dekade ditunjuk pemimpin Syiah Ayatollah Khamenei, ‘untuk mengekspor nilai-nilai revolusi Islam (maksudnya ideologi Syiah) ke dalam dunia Arab’.
Qassem Suleimani, menurut media itu, adalah sebuah satuan super elite di Korp Pengawal Revolusi yang memiliki Pasukan Quds, salah satu unit elit kebanyakan para penjaga, menarik kader-kader ideologis yang sangat percaya supremasi Syiah. Di bawah kendali Suleimani beberapa unit milisi Iraq, Asa’ib ahl al-Haq, Abu al-Fadhil al-Abbas dan Nujaba berafiliasi dengan milisi Kata’ib Hizbullah. Semua kekuatan ini memainkan peran yang sama di Beirut dan Lebanon Selatan yang terjalin dengan baik dengan aparat keamanan dan politik.
Tidak lupa, peran penting milisi Syiah Hizbullah (Lebanon) dibawah kendali Hasan Nasrullah, yang pertama dari proxy Iran untuk bergabung dengan perang bersama membantu Rezim Keji Bashar Assad, dan telah membayar harga mahal, sedikitnya 1.600 milisi mereka sudah tewas di Suriah sebelum penaklukan Kota Aleppo timur.
Sebelumnya, makan di Najaf telah diisi ribuan petempur Syiah Iraq yang tewas sia-sia di Suriah. Kebanyakan korban adalah pengungsi Afghanistan, yang direkrut dengan janji keluarga mereka akan memperoleh hak untuk bisa tinggal di Iran.
Seorang pejabat Iran mengatakan baru-baru ini bahwa sebanyak 1000 orang Iran telah meninggal di Suriah sejak konflik dimulai. Darah dan harta yang dikeluarkan oleh Iran telah difokuskan pada Kota Aleppo dan pinggiran Damaskus, yang diyakini Makam Zainab, tempat ziarah bagi kaum Syiah, tulis The Guardian.
Beberapa hari setelah Aleppo jatuh, Akram al-Kaabi, pemimpin milisi Syiah Irakq dari Harakat al-Nujaba telah sesumbar bahwa Aleppo akan menjadi Kota Syiah. Hal itu dikatakannya dalam sebuah video saat mengunjungi anggotanya di Aleppo.
“Aleppo adalah Syiah, dan itulah seruang bagi orang-orang di dalamnya,” katanya seperti dikutip Zaman el-Wasl, Senin (26/09/2016).
Saat tiba di Aleppo, al-Kaabi disambut dengan pujian dan senandung Syiah oleh milisi yang mengklaim sebagai tentara Al-Mahdi. Ia mengatakan bahwa kunjungannya ke Kota Aleppo yang telah hancur untuk berpartisipasi dalam perang yang dikobarkan Rezim keji Bashar al Asaad. Tidak salah keterlibatan Iran dan Syiah campur tangan di negeri Sunni untuk kepentingan memperluas ideologi Syiah mereka.*/AB Ziad