Sambungan artikel PERTAMA
Framing dan Penculikan
Tidak cukup sampai di situ, para ahli meyakini Rusia sedang mencoba untuk mencapai beberapa tujuan dalam penganiayaan politik pada Tatar Krimea, salah satunya adalah perang informasi.
“Citra musuh harus dibentuk dan dipelihara secara berkala di televisi Rusia. Selama tujuh tahun sekarang, apa yang disebut mata-mata dan penyabot Ukraina telah digambarkan di sana , menggambarkan Tatar Krimea sebagai teroris dan ekstremis, kata Oleksandra Matviychuk, Ketua Dewan Pusat Kebebasan Sipil, kutip media Ukraina, Zmina, Juni 2021.
Olga Skrypnyk mengajar sejarah di Universitas Humaniora Krimea di Yalta juga mengakui hal ini. Dia menekankan bahwa dengan tindakan seperti itu Rusia terus akan mengintimidasi penduduk Krimea dengan tindakan teroris.
“Kasus seperti itu selalu memiliki komponen propaganda. Itu juga dapat mencapai beberapa tujuan sekaligus. Misalnya, untuk mengintimidasi G20 dengan menunjukkan bahwa ada penyabot Ukraina di Krimea, atau penduduk Krimea dengan mengirimkan pesan: “Bandera yang mengerikan” akan datang dan melakukan aksi teroris di pasar. Namun pada kenyataannya, Rusia sedang bermain dengan kehidupan orang-orang yang tidak berdaya. Lagi pula, mereka kehilangan kesempatan untuk membela diri di bidang hukum, ”katanya.
Aktivis HAM itu mengingatkan sejumlah aktivis yang diculik dan ditemukan tewas sejak awal agresi Rusia. Hal ini seperti dialami Reshat Ametov di Krimea dan anggota parlemen Gorlovka Volodymyr Rybak.
Sebelum keputusan serangan hari Kamis, laporan intelijen AS pada 2019 telah memperingatkan Federasi Rusia telah mengerahkan pasukan, pesawat, dan senjata di wilayah yang disengketakan. Citra satelit memungkinkan Defense One, sebuah publikasi AS, untuk mengidentifikasi lima baterai S-400, lima sistem pertahanan udara S-300 dan jet tempur di empat lokasi berbeda.
Seorang pejabat intelijen AS yang dikutip oleh Defense One mengatakan bahwa Federasi Rusia sedang merancang “peningkatan kekuatan yang disengaja dan sistematis” di semenanjung itu. Kontrol perbatasan Rusia juga menolak akses ke pengamat PBB ke wilayah Krimea, menurut posting Facebook baru-baru ini dari Misi Pemantauan Hak Asasi Manusia PBB di Ukraina.
Federasi Rusia bermaksud untuk memiliterisasi semenanjung itu, oleh karena itu perlu mengisi daerah itu dengan loyalis, kata Dzhemilov kepada Arab News.
Hubungan Tatar Krimea dan Khilafah Ustmani
Suku bangsa Tatar Krimea menguasai Kekhanan Krimea dari tahun 1441 hingga 1783. Sebagian besar penduduk Krimea memakai bahasa yang tergolong ke dalam rumpun bahasa Turki mulai memeluk agama Islam setelah Ozbeg Khan dari Gerombolan Emas memeluk Islam.
Gerombolan Emas atau Orda Emas adalah sebuah kekhanan Mongol-Turki dalam abad pertengahan yang wilayahnya membentang dari Eropa Timur hingga Siberia Barat. Didirikan Sekitar tahun 1236 oleh suku nomaden Turki dan Mongol oleh Batu Khan yang memerintah 1236-1255.
Beberapa suku Tatar dan Mongol pada abad ke-13 bersama dengan pemimpin mereka Berke Khan dan Nogai Khan telah memeluk Islam. Pada abad ke-14 di bawah pimpinan Sultan Uzbeg, antara tahun 1312-1341 terjadi Islamisasi secara menyeluruh yang menstabilkan Gerombolan Emas, karena penetapan Islam sebagai agama negara juga dikombinasikan dengan perombakan pemerintah.
Kekhanan Krimea sendiri adalah negara penerus Gerombolan Emas yang paling bertahan lama. Mereka sering terlibat dalam konflik melawan Moskwa dari tahun 1468 sampai abad ke-17, dan orang Tatar Krimea hampir setiap tahun menyerang wilayah-wilayah Slavia dan menangkapi banyak orang untuk diperbudak.
Setelah Krimea dianeksasi oleh Kekaisaran Rusia pada tahun 1783, mereka sangat menolak kekuasaan Rusia. Maka dari itu, orang-orang Tatar mulai meninggalkan Krimea.
Antara tahun 1784 hingga 1790, dari jumlah penduduk sekitar satu juta, sekitar 300.000 orang Tatar Krimea pindah ke Kesultanan Utsmaniyah. Perang Krimea yang dimulai pada tahun 1853 kembali mengakibatkan keluaran massal orang Tatar.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Antara tahun 1855 hingga 1866, sekitar 500.000 Muslim (atau mungkin bisa mencapai 900.000) meninggalkan Kekaisaran Rusia dan pindah ke Kesultanan Utsmaniyah. Dari angka tersebut, sekitar sepertiganya berasal dari Krimea, sementara sisanya berasal dari Kaukasus.
Para emigran tersebut mencakup 15–23% jumlah penduduk Krimea. Maka dari itu, orang Tatar Krimea menjadi kelompok minoritas di Krimea; pada tahun 1783, jumlah mereka mencakup 98% populasi, namun pada tahun 1897, persentasenya turun menjadi 34,1%.
Kekaisaran Rusia sendiri memanfaatkan perpindahan ini untuk menggalakkan proses Rusifikasi di Semenanjung Krimea dan mengisinya dengan orang Rusia, Ukraina, dan kelompok etnis Slavia lainnya; proses Rusifikasi juga terus berlanjut pada masa Soviet. Seusai Revolusi Oktober 1917, Krimea diberi status otonomi di Uni Soviet pada tanggal 18 Oktober 1921, tetapi program kolektivisasi pada era 1920-an berujung pada bencana kelaparan yang merenggut lebih dari 100.000 nyawa orang Krimea karena hasil panen mereka dibawa ke kawasan-kawasan yang “lebih penting” di Uni Soviet.
Menurut salah satu perkiraan, tiga per empat korban bencana kelaparan tersebut adalah orang Tatar Krimea. Status mereka semakin memburuk setelah Josef Stalin menjadi pemimpin Soviet dan mulai melakukan penindasan-penindasan.
Setelah sekian dalam penindasan dan hidup di pengasingan, hari ini Rusia kembali menggempur nya dengan senjata-senjata caninggih, akankah nasib mereka kembali menderita sebagaimana di era Joseph Stalin?*