Surau Bambu di Chandan Puteri, Mukim Bendang Panjang Malaysia dibangun menggunakan 100 persen bambu yang khusus didatangkan dari Yogyakarta
Hidayatullah.com | BAMBU merupakan sumber daya alam yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di kawasan Asia, termasuk Malaysia dan Indonesia.
Tanaman ini memiliki berbagai kegunaan, termasuk; alat musik, bahan bangunan, barang dekoratif, dan peralatan dapur.
Surau Buluh yang terletak di Kampung Banggol, Tiang Kulat, Malaysia, yang menjadikan bambu menjadi daya tarik bagi pengunjung luar kota, terutama menjelang bulan Ramadhan.
Surau berkonsep ‘Bumbung Lima Perak’ ini dibangun dengan menggunakan sekitar 4.000 batang bambu yaitu bambu betong asal Indonesia dan bambu wulung sebagai tiang penyangga surau.
Sedangkan bambu apus digunakan sebagai atap surau yang dirancang tanpa dinding.
Menurut Kepala Divisi Pengembangan Industri MTIB Abdul Rafa Tan, surau yang mulai dibangun pada tahun 2021 ini merupakan surau pertama di Asia yang terbuat dari bahan dasar bambu.
Bagi pendiri ‘Islamic Green Village’ Jamaluddin Ahmad, 55, ia menggunakan bambu 100 persen untuk membangun musala di Chandan Puteri, Mukim Bendang Panjang di sini.
Ia mengatakan, musala bambu yang dibangun dengan biaya RM600.000 ( setara dengan Rp 2 miliar) dan diharapkan selesai seluruhnya pada Oktober ini.
“Ide membangun musala dari bambu muncul ketika saya berkunjung ke Yogyakarta, “ kata Jamaluddin, yang mengaku sangat kaguma terhadap konstruksi berbasis bambu di Indonesia.
Atas kekaguman itu mendorongnya mendatangkan teknologi dari negara tetangga tersebut ke Malaysia agar masyarakat bisa menghargai sumber daya alam tersebut.
“Sifat bambu ini selain tidak menimbulkan polusi, juga tidak panas dan memberikan kenyamanan,” imbuhnya.
Dikatakannya untuk itu pengembangan Islamic Green Village memiliki unsur penghijauan, memanfaatkan sumber daya alam untuk dijadikan bahan bangunan.
“Bahkan beberapa gubuk sekolah di sini juga akan dibangun dari bambu,” ujarnya.
Jamaluddin mengatakan dia memilih untuk membangun surau yang mampu menampung sekitar 400 hingga 500 jamaah sekaligus di kawasan itu, untuk digunakan masyarakat setempat.
Dikatakannya sekaligus dimulainya pembangunan pondok pesantren khusus lansia untuk belajar Islam di dekat kawasan tersebut.
Sementara itu, Mazlan Othman, 59, arsitek perancang surau mengatakan, bambu sudah tidak asing lagi dalam arsitektur rumah Melayu sejak zaman dahulu, namun pemanfaatannya untuk membangun surau merupakan sesuatu yang unik.
“Kami ingin menjadikan bambu sebagai bahan bangunan unggulan di Malaysia karena seperti kita ketahui bambu sudah mulai terlupakan sehingga perlu dipromosikan kembali dan dijadikan ikon.
“Untuk penyusunan surau ini, saya menggunakan 10 orang pekerja yang terdiri dari warga lokal dan Indonesia yang berdedikasi dalam penyusunan konsep surau,” ujarnya.
Bisa 70 Tahun
Mazlan mengatakan, pemilihan bambu betong untuk tiang utama karena bambu tersebut mampu bertahan antara 60 hingga 70 tahun dan didatangkan dari Yogyakarta karena bahannya sulit ditemukan di Malaysia, selain harganya yang mahal dibandingkan tempat lain.
Ia mengatakan, buluh betong akan diwarnai terlebih dahulu dengan asam borat agar tahan lama, sedangkan buluh lainnya tidak perlu dioles secara kimia melainkan cukup dicuci.

“Bambu betong yang dijadikan tiang harus berumur lima tahun,” ujarnya.
Arsitek lain asal Bali, Indonesia, Nugro Widhi Nugrohos, 36, mengatakan keistimewaan desain surau adalah menyediakan ruang dengan sirkulasi udara dan pencahayaan yang sangat baik.
“Konsep yang dipilih diubah agar desainnya terlihat lebih modern meski menggunakan bambu sebagai bahan bangunan utama,” ujarnya.
Proyek Penelitian
Sementara Menteri Perindustrian, Hortikultura dan Komoditas Datuk Dr Mohd Khairuddin Aman Razali mengatakan pembangunan surau tersebut akan menjadi pusat penelitian dan penelitian terkait bambu pertama di negara tersebut.
“Bambu seluas 3.000 meter persegi ini akan dijadikan contoh penelitian di bidang bambu yang konstruksinya akan dijadikan pedoman.. Dari awal kita akan membangun musala yang akan dijadikan bahan penelitian. Ruang shalat akan dijadikan model konstruksi berbahan dasar bambu oleh siapa saja.
Mohd Khairuddin berkata kementerian akan membangunkan projek Model Penanaman Hutan Bambu di kawasan 15 hektar di Pusat Latihan Industri Kayu Terengganu (TTITC) di Kuala Berang, yang melibatkan peruntukan RM5 juta tahun depan.
Pelaksanaan proyek tersebut, kata dia, diharapkan dapat menjadi panduan bagi pelaku industri untuk terjun ke perkebunan dan berkontribusi pada bahan baku pembuatan produk berbasis bambu.
Kementerian, kata Khairuddin, ingin bambu ditanam secara besar-besaran di negara itu.
“Kami memberikan alokasi pembiayaan berbasis syariah untuk pinjaman sederhana. Untuk satu hektar kami menyediakan 10.000 ringgit yang baru dibayarkan pada tahun ketujuh, sedangkan bambunya sudah bisa dipanen pada tahun keempat tanam,” ujarnya.*