Hidayatullah.com — Siapakah Syeikh Abdul Hakim Mahsum? Beliau adalah seorang ustadz, mentor dan ulama yang menghabiskan hidupnya untuk melayani Allah SWT dan perjuangan pembebasan Turkistan Timur. Ia lahir pada tahun 1925 dan wafat pada tahun 1993 di Kashgar, di Turkistan Timur yang diduduki.
Dia tumbuh besar di tahun 1930 hingga 1940an – sebuah masa ketika konsep Islam politik, perlawanan terhadap penjajahan, dan harapan untuk kemerdekaan berkembang pesat.
Syeikh Mahsum lahir dalam keluarga yang dikelilingi ilmu karena ayahnya, Syeikh Abdul Jalil, merupakan lulusan Universitas Al-Azhar Mesir yang bergengsi. Pada usia 11 tahun, ia melakukan perjalanan ke Makkah bersama keluarganya untuk menunaikan ibadah haji.
Menceritakan kisahnya dalam perjalanan haji, beliau mengatakan, “Ayah saya membawa saya ke pintu Ka’bah dan berkata, ‘Mintalah kepada Allah untuk memberimu pengetahuan, karena ini adalah tempat di mana doa diijabah. Mintalah kepada Allah untuk memberimu pengetahuan Abu Hanifah.'”
Sepulangnya dari ibadah haji, sang ayah, Syeikh Abdul Jalil, ditangkap dan dipenjara oleh penguasa China yang kejam, Sheng Shicai, yang pernah memerintahkan pembunuhan 250.000 lawannya. Syeikh Abdul Jalil bersama banyak ulama lainnya kemudian dibunuh di bawah perintah Sheng Shicai.
Syeikh Abdul Hakim dikenal aktif dalam dakwah dan politik Islamnya; dia termasuk di antara mereka yang bergabung dengan revolusi pada 1944 dan berhasil menggulingkan Sheng Shicai dan mendirikan Republik Islam Turkistan Timur.
Namun, Republik Islam hanya bertahan lima tahun, karena infiltrasi mata-mata Soviet dan kolusi dengan China. Syeikh Mahsum akhirnya ditangkap dan menghabiskan sebagian besar sisa hidupnya keluar masuk penjara. Pada tahun 1959, ia dijatuhi hukuman penjara 20 tahun.
Terlepas dari upaya terus menerus pemerintah Komunis China untuk menekan dia dan dakwahnya, ketika dia dibebaskan dari penjara, dia membuka sekolah bawah tanah di kota Karghilik. Di sini, ia dilaporkan telah mengajar lebih dari 7.000 siswa antara periode 1979-1990.
Sebagian besar informasi tentang beliau hari ini berasal dari murid-muridnya yang tersebar di seluruh dunia di tempat-tempat seperti Australia, Belanda, Swedia, Turki, Pakistan, Afghanistan, Kanada, dan di tempat lain. Pakar Uighur Sean Roberts mewawancarai salah satu murid Syeikh Abdul Hakim Makhsum yang pernah di penjara bersama pada akhir 1970-an.
Murid itu menggambarkan Syeikh Abdul Hakim Mahsum pribadi yang mendukung pendidikan yang luas bagi muridnya, termasuk studi Al-Qur’an, literatur Islam, selain sastra klasik lokal Turkistan Timur dan seluruh dunia.
Dia digambarkan sebagai tokoh pendukung perjuangan kemerdekaan Uighur dari China. Syeikh Mahsum tidak hanya mengandalkan teks-teks Arab, ia juga mempelajari tradisi pendidikan modern sejarah dan sastra. Seperti banyak tokoh Uighur lain, ia juga mempromosikan gagasan tentang ‘kebangkitan nasional anti-kolonial di kalangan Uighur’.
Pada tahun 1990, pemberontakan lain melawan rezim komunis terjadi setelah pemerintah mulai menerapkan kebijakan keluarga berencana yang membuat banyak wanita Uyghur melakukan aborsi paksa dan membunuh bayi mereka. Banyak murid Syeikh Mahsum ditangkap dan dibunuh selama protes ini.
Pada tanggal 19 Juni 1993, setelah melakukan wudhu untuk shalat Maghrib, Syeikh Abdul Hakim Mahsum meninggal dunia. Warisannya, semangatnya yang tak tergoyahkan, dan ajarannya terus hidup di antara komunitas Uyghur.