Masih banyak orang bingung apa Fatah dan apa Hamas, mengapa Hamas dimusuhi dan Fatah jadi duta besar mewakili Palestina di berbagai belahan dunia
Hidayatullah.com | NAMA Harakah al-Muqāwamah al-Islāmiyyah atau diterjemahkan Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) kembali menjadi trend di media sosial ketika ‘Israel’ menghancurkan Jalur Gaza Palestina selama 26 hari ini tanpa henti.
Namun hingga saat ini, sebagian warga masyarakat masih bingung apa beda Hamas dengan Fatah, yang kini mendominasi PLO, yang memiliki banyak kantor kedutaan besar dan menisbatkan diri sebagai “wakil Palestina” di seluruh dunia?
Mengapa Hamas dimusuhi dan dicap “teroris” sedangkan Fatah dan PLO tidak? Ini penjelasanya agar kita semua paham.
Perbedaan antara Hamas dan Al-Taḥrīr al-Waṭanī L-filasṭīnī (Fatah) adalah masalah akar sejarah panjang. Saya mencoba meringkasnya dengan cara sederhana.
Pendiri dan Filsafat Perjuangan:
Hamas. Didirikan oleh ulama Palestina, Syeikh Ahmad Yasin tahun 1987, yang dihubungkan oleh Dr Abdul Aziz al Rantisi, keduanya dibunuh penjajah ‘Israel’ melalui helikopter AH-64 Apache. Hamas beridiologi Islam, memiliki pemimpin senior yang terkenal, namanya Khalid Misy’al (orang Barat menulisnya Khaled Mashaal).
Khalid terus menjadi sasaran pembunuhan intelijen Zionis. Saa ini dia tinggal di Qatar dan mengepalai kantor Hamas Diaspora. Selain Khalid, ada juga pemimpin Hamas lain, Ismail Haniyah (orang Barat tidak bisa bahasa Arab, menulisnya Haniyeh).
Dia merupakan perdana menteri Palestina tahun 2006 tetapi kemudian digulingkan Amerika Serikat dan sekutunya. Masih ada banyak pemimpin Hamas lainnya.
Mereka awalnya berbasis dari gerakan Islam Ikhwan dan bertujuan membebaskan Palestina dan Masjidil Aqsha dari penjajahan. Gaza dan Asqalan (sekarang dicaplok penjajah ‘Israel’ menyebutnya Askelon), tempat asal Imam Syafi’i dan Imam Hajar al-Asqolani.
Hampir mayoritas warga Gaza dan Hamas berakidah Ahlus Sunnah dan Bermazab Syafi’iyah, tidak ada Syiah di Gaza. Dan ini yang jarang diketahui, masyoritas rakyat Gaza malu anaknya tidak hafal Al-Quran, dan salah satu syarat masuk Al-Qassam, sayap militer Hamas, harusnya penghafal Al-Quruan.
Fatah: Fatah didirikan oleh Yasser Arafat dan rekan -rekannya pada tahun 1965, beridiologi sekuler. Di antara mereka adalah mendiang presiden Otoritas Palestina – Yasser Arafat, ajudan Khalil al-Wazir dan Salah Khalaf, dan Mahmoud Abbas— yang merupakan presiden Otoritas Palestina saat ini.
Ada juga nama lain, Mohammad Dahlan yang dibuang dan tinggal di Uni Emirat Arab (UEA). Fatah didirikan di Kuwait akhir tahun 1950-an oleh orang Palestina diaspora setelah Nakba 1948.
Gerakan ini didasarkan pada perjuangan bersenjata melawan ‘Israel’ untuk membebaskan Palestina dari penjajahan militer. Fatah punya sayap militer bernama al-Asifah (Badai). Milisi Al-Asifah berbasis di beberapa negara Arab serta di Tepi Barat dan Gaza.
Di bawah Yasser Arafat, dan setelah Perang Arab-Israel 1967, Fatah menjadi partai dominan di Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang berisi banyak anggota partai politik Palestina. PLO dibentuk tahun 1964 dengan tujuan untuk membebaskan Palestina, dan saat ini mengklaim sebagai “wakil rakyat Palestina” di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Setelah diusir dari Yordania dan Lebanon pada 1970-an dan 1980-an, gerakan tersebut mengalami perubahan mendasar. Fatah dan PLO lebih bernegosiasi dengan penjajah ‘Israel’, sesuatu yang tidak dikehendaki rakyat Palestina sendiri.
Pada 1990-an, PLO yang dipimpin Fatah resmi menanggalkan senjata dan mendukung Resolusi 242 Dewan Keamanan PBB, yang menyerukan untuk membangun negara Palestina di perbatasan 1967 (Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza), berdampingan dengan ‘negara’ palsu ‘Israel’.
Justru sejak inilah banyak tanah-tanah warga Palestina berpindah dan dicaplok pihak penjajah.
PLO kemudian menandatangani Kesepakatan Oslo, yang mengarah pada pembentukan Otoritas Nasional Palestina, atau dikenal Otoritas Palestina saat ini. Tahun 2007, Fatah ikut sepakat “Solusi Dua Negara” yang hingga saat ini rakyat Palestina sendiri tidak menerimanya.
Hubungan dengan Penjajah ‘Israel’
Hamas: Mengambil pendekatan tidak mengakui negara palsu bernama ‘Israel’ yang didirikan dengan merampas tanah Palestina. Ketika mereka menyebut kemerdekaan Palestina, berarti bahwa orang Yahudi impor yang didatangkan Zionis harus kembali ke negara asal masing -masing di Eropa dan lainnya.
Hamas memilih mengangkat senjata melawan ‘Israel’ akan bisa mengembalikan tanah dan kehormatan Masjid Al-Aqsha. Karenanya banyak tokoh-tokohnya dibunuh dan beri cap ‘Teroris” oleh Israel dan Barat.
Sama seperti pejuang kemerdekaan kita dulu, karena tidak mau bekerja sama dengan Pemerintah Kolonial Belanda, Pangeran Diponegoro, Imam Bondjol, Teuku Umar dicap “ekstremis”. Anehnya, tuduhan-tuduhan ‘Teroris” buatan ‘Israel’ dan AS ini yang justru diadopsi para pemimpin dunia Islam.
Fatah: Mengambil pendekatan mengakui ‘Solusi Dua Negara’ , “perdamaian” atau “negosiasi” dengan pihak penjajah. Jika mereka menyebut “kemerdekaan Palestina”, itu maksudnya Gaza dan Tepi Barat untuk orang -orang Arab (asli), sedang wilayah lain diboleh untuk orang -orang Yahudi pandatang, yang statusnya adalah penjajah.
Lokasi
Hamas terkosentrasi di Jalur Gaza, yang selalu menjadi sasaran pemboman besar-besaran penjajah. Sedang Fatah terkosentrasi di Ramallah dan Tepi Barat (lebih dekat dengan Masjid Al-Aqsha).
Pemerintah Pejabat Palestina
Hamas berhasil dipercaya semua masyrakat dengan memenangkan suara mayoritas Pemilu menjadi pemerintahan pada tahun 2006. Namun ‘Israel’, AS dan Barat tidak mengakui. Hamas tetep memerintah meskipun dunia tidak mengakui.
Sebalikknya, dunia –khususnya Israel dan AS– lebh memilih Fatah karena lebih menguntungkan ‘Israel’ dan Barat dan diakui perwakilanya di dunia. Jadi mayoritas duta besar Palestina berasal dari Fatah, yang tidak pernah berperang atau melawan ‘Israel’.
Kekuatan
Hamas: Tekanan ‘Israel’ lebih dari 75 tahun (ada yang mengatakan lebih dari 100 tahun) berdampak keberhasilan membangun kekuatan di berbagai sudut. Banyak warga Gaza memiliki prestasi dan keahlian akademik di berbagai bidang, termasuk pembangunan militer (dari rekrutmen lebih dari 30.000 anggota militer terlatih).
Meski sengaja dikucilkan ‘dunia’ karena tidak mau tunduk pada penjajah, hingga saat ini mampu memiliki hubungan diplomatik dengan negara -negara asing. Berhasil mengembangkan tim manajemen kemanusiaan yang sistematis di berbagai lapisan, berhasil bekerja pada penerimaan kelompok lain di Palestina terhadap mereka sehingga dapat membangun kekuatan baru melawan ‘Israel’dan lainnya.
Fatah: Kekuatan tampaknya menurun dari hari ke hari. Dari gerakan jihadis beralih ke gerakan perdamaian dengan ‘‘Israel’’. Lebih ditolak oleh banyak kelompok di Palestina itu sendiri. Hubungan luar negeri dengan negara -negara asing tidak menonjol meskipun mereka memiliki banyak duta besar di seluruh dunia.
Ada banyak krisis internal di kalangan mereka. Bahkan kematian Yasser Arafat sendiri dikatakan terkait dengan krisis internal yang sedang berlangsung hingga hari ini.
Secara umum, para pemimpin Fatah masih dengan gaya mereka seperti yang ditulis di atas. Tetapi para anggota biasa Fatah, mulai banyak mendukung Hamas.*/Muhammad
Baca juga: Mengenal Hamas dan Fatah, Dua Partai Berpengaruh Palestina