BAGI kaum pria, memelihara janggut adalah sunnah yang sayangnya tidak terlalu marak diikuti. Banyak pria memilih bercukur hingga dagu mereka licin. Namun tahukah anda bahwa janggut yang terpelihara dapat membantu anda memerangi penyakit?
Sebuah team dari University College London yang dipimpin oleh Dr. Adam Rogers mengemukakan bahwa memelihara jenggot dengan seksama adalah kunci untuk menemukan antibiotik baru. Saat ini, dunia sedang menghadapi banyak kasus drug resistance (tahan terhadap jenis obat tertentu, termasuk antibiotik), dimana seseorang tidak mengalami perkembangan dalam menghadapi sebuah penyakit karena tubuhnya tidak bereaksi terhadap obat yang diberikan.
Setiap tahunnya, lebih dari 2 juta penduduk Amerika Serikat mengalami drug resistance, dan lebih dari 23 ribu diantaranya meninggal. Pada tahun 2014, WHO mengumumkan bahwa kini dunia menghadapi “pasca-antibiotik” dimana infeksi biasa yang dapat ditanggulangi dengan antibiotik telah berevolusi menjadi penyakit yang mengancam nyawa.
Begitu lambatnya perkembangan antibiotik dunia, sampai-sampai dari 89 obat baru yang disetujui oleh WHO pada 2002, tidak ada satupun yang tergolong antibiotik. Kurangnya antibiotik baru berarti selama bertahun-tahun kita memerangi infeksi yang disebabkan oleh bakteri dengan obat yang sama, dan hal ini memberikan waktu bagi bakteri untuk berevolusi dan tahan terhadap obat yang kita miliki.
Nah, rupanya para pria yang memelihara janggutnya lebih tahan terhadap penyakit karena adanya facial hair tersebut. Sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of Hospital Infection pada 2014 menyebutkan bahwa dari 408 orang pekerja medis pria yang menjadi subyek penelitian, mereka yang berjanggut cenderung tidak terhinggapi oleh Methicilin-resistant staph aureus (MRSA), sebuah spesies bakteri yang tahan terhadap sebagian besar antibiotik dan salah satu penyebab utama infeksi-infeksi yang umum terjadi.
Dr. Roberts melakukan penelitiannya sebagai bagian dari acara TV BBC berjudul Trust Me, I’m a Doctor (Percayalah, Saya Dokternya). Bersama timnya, Dr. Roberts meneliti 20 pria berjanggut di jalanan kota London. Dari sample tersebut, para peneliti ini berhasil mengkulturkan 100 rangkaian bakteri selama 4 minggu, dan sebagian besar adalah spesies yang tumbuh di kulit wajah.
Tim yang sama juga menguji bakteri-bakteri di jenggot ini dengan serangkaian bakteri indikator yang tahan terhadap obat. Hasilnya mengejutkan, karena ternyata seperempat dari bakteri yang tumbuh di janggut dapat membunuh bakteri yang tahan terhadap obat, menunjukan bahwa janggut memiliki semacam antibiotiknya sendiri.
Detilnya, tim tersebut menemukan bahwa bacterium yang tumbuh dari sample janggut bernama Staphylococcus epidermis secara efektif menyerang dan membunuh sebuah bentuk E.coli yang tahan terhadap obat. Para peneliti menyimpulkan, bahwa jika sebagian bakteri berevolusi menjadi tahan terhadap obat, maka bakteri yang lain berevolusi untuk menghasilkan racun yang dapat membunuh spesies yang tahan terhadap obat.
Penemuan ini tentunya memberikan ketentraman bagi para pria berjanggut akan masalah higienis tidaknya wajahnya. Namun, sepertinya masih akan lama sebelum para dokter memberikan resep dengan obat yang berasal dari janggut, karena menghasilkan dan mengetes antibiotik baru amatlah kompleks, mahal, serta membutuhkan waktu yang lama. Menurut Dr. Brad Spellburg, asisten professor kedokteran di UCLA dikutip laman medicalnewstoday.com menyebutkan bahwa hal tersebut tidak menarik secara ekonomis bagi perusahaan farmasi.
“Antibiotik adalah obat untuk jangka pendek, dan perusahaan farmasi tahu bahwa mereka menghasilkan lebih banyak uang dengan menghasilkan obat yang harus anda minum setiap hari sampai akhir hayat anda,” ujar Dr. Spellberg dalam sebuah newsletter yang diterbitkan oleh Alliance for the Prudent Use of Antibiotiks (APUA).
Sebelum ini, Islam sudah memerintahkan umatnya merawat jenggot. Hal ini sebagaimana anjuran Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam.
Dari Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Ada sepuluh macam fitroh, yaitu memendekkan kumis, memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung,-pen), memotong kuku, membasuh persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja’ (cebok) dengan air.” (HR. Muslim).*/Tika Af’idah