Hidayatullah.com–Hati-hati, kalau Anda mau mengadakan acara keislaman perlu pikir-pikir dulu. Apalagi, kalau acara itu ada hubungannya dengan olah kesehatan yang berbau militer. Bisa jadi Anda dianggap ‘teroris’. Kejadian tidak mengenakkan, kemarin tengah melanda Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) yang digelar Laskar Mujahid Majelis Mujahidin Indonesia (LMMMI) yang diselenggarakan remaja masjid dari Generasi Islam Pencinta Alam Yogyakarta. Kemah ruhani yang menyertakan latihan fisik mirip militer ternyata berbuntut pengusiran warga dan pihak kepolisian Tawangmangu. Kejadian bermula ketika ratusan warga Kalisoro, Tawangmangu Karanganyar, Jawa Tengah bersama aparat setempat pada dini hari membubarkan kegiatan perkemahan sekelompok pemuda muslim itu di bumi perkemahan Sekipan Blok 8, Kalisoro, Tawangmangu. Mereka melakukan pembubaran paksa pada aktifis masjid itu karena kegiatannya dianggap menyerupai latihan militer. Entahlah, tidak jelas kenapa warga mengaku merasa resah dengan para remaja masjid ini. Dengan dikomando Camat Tawangmangu, Drajad Mahendratama, warga pada Minggu malam bergerak ke lokasi perkemahan yang terletak di puncak perbukitan yang terpencil. Saat warga membnubarkan 35 peserta itu, puluhan anggota polisi dari Polda Jateng, Polda DI Yogyakarta, Polwil Solo, dan Polres Karanganyar mengamati dari jauh. Para aparat bahkan menuduh bahwa kelompok pemuda yang sedang menggembleng fisik ala militer itu bukan sekadar berkemah, dan berasal dari organisasi kelompok radikal. Ketua MMI Pusat Irfan S. Awwas. Saat ditemui wartawan di Mabes Polri kemarin membenarkan ada acara pelatihan LDK itu. Tapi dia heran pada polisi yang mengatakan kegiatan itu tidak resmi. Irfan mengatakan, kegiatan tersebut resmi dan merupakan program kaderisasi MMI yang bersifat legal. “Saya heran dengan polisi. Padahal, kita sudah mengirimkan surat pemberitahuan untuk mengadakan pelatihan tersebut,” kata Irfan . Mengenai alasan masyarakat setempat tidak setuju, menurut Irfan, sangat tidak logis. “Kok bisa begitu, saya sendiri heran. Padahal, selama ini masyarakat setempat mengetahui latihan itu. Kita tidak sembunyi-sembunyi sebab latihan itu legal dan sudah ada pemberitahuan ke petugas setempat,” ujarnya dikutip Jawa Pos. Sebagaimana kegiatan kaderisasi di kemahasiswaan atau organisasi lain, Irfan mengakui tentang kegiatan MMI yang diadakan tiap taun. Isinya, seputar pengenalan MMI, misi mujahidin, dan penugasan untuk mengader orang lain. Selain ad akajian, kegiatan itu juga ada program latihan bela diri tangan kosong. Program ini diikuti 35 orang angkatan I dari perwakilan MMI di 45 cabang berbagai provinsi. Semenjak kampanye melawan terorisme, aparat begitu sensitif terhadap berbagai kegiatan keagamaan, apalagi bila didalamnya ada program latihan fisik atau militer. Meski kegiatan seperti ini kerap terjadi di berbagai organisasi, tapi bila yang mengadakan kalangan Islam, latihan seperti ini bisa dicap latihan ‘teroris’. (jp/mi/cha)