Hidayatullah.com—Pemerintah harus menjelaskan apa yang dimaksud Titik Nol Pusat Peradaban Islam Nusantara, yang baru diresmikan ada di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Demikian disampaikan pakar sejarah Dr. Tiar Anwar Bachtiar menanggapi peresmian Tugu Titik Nol Pusat Peradaban Islam Nusantara di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), pada Jum’at (24/03/2017).
“Saya kira tergantung bagaimana kita melihat apa tujuan dari penandatanganan prasasti tersebut,” ujar Tiar kepada hidayatullah.com, Sabtu (25/03/2017) kemarin.
Namun sejauh ini masyarakat masih tidak paham apa yang dimaksud.
“Nah, ini yang harus dijelaskan (apa tujuan dari kegiatan itu). Selama ini kan belum ada penjelasan. Maksud Barus sebagai titik nol ini apakah sebagai awal masuknya Islam di sana, atau bagaimana?” lanjut peneliti dari (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) ini.
Baca: Soal Barus Titik Nol Islam di Nusantara, Ini Penjelasan Sejarawan
Menurut Tiar, jika seandainya Barus dijadikan sebagai titik awal masuknya Islam ke Indonesia, saya kira memang ada pendapat seperti itu. Dan juga tak bisa disebut salah, meskipun masih diperdebatkan kalangan sejarawan.
“Ini semacam suport sebagai upaya menunjukkan dari mana mulainya Islam datang ke Nusantara,” kata Tiar.
Selain itu, masih kata Tiar, kegiatan peresmian ini mungkin juga ada kaitannya dengan dukungan Jokowi terhadap Nahdhatul Ulama (NU), seperti peresmian hari Santri Nasional atau usaha NU untuk menkonkritkan Islam Nusantara, misalnya.
“Ini mungkin alasan kenapa Jokowi sampai menandatangani prasasti ini,” kata Tiar mengira-ngira.
Baca: Bersila di Negeri Kāfūr: Kehadiran Pedagang Muslim di Nusantara sebelum Abad ke-10 Masehi [1]
Menurutnya, penandatanganan tugu atau prasasti di makam Mahligai Barus sebagai upaya pelaksanaan riset untuk Islam Nusantara, termasuk riset masuknya Islam ke Nusantara.
“Ini mungkin long project (proyek jangka panjang) agenda itu,” katanya.
“Tapi, kalau tujuan intinya apa wawallahu a’lam, saya kurang paham. Itu harus ada penjelasan yang lebih rinci mengenai tujuan kegiatan tersebut, khususnya dari panitia penyelenggaranya,” tutupnya menambahkan.*