Hidayatullah.com—Pihak berwenang Iraq menahan lebih dari 1.400 orang yang terdiri dari istri dan anak-anak tersangka militan ISIS, setelah pasukan pemerintah dan pendukungnya menggempur pertahanan kelompok bersenjata itu belum lama ini, kata para pejabat keamanan.
Kebanyakan wanita asing itu berasal dari Turki. Sejumlah lainnya berasal dari negara pecahan Uni Soviet seperti Tajikistan, Azerbaijan dan Rusia. Beberapa lainnya orang Asia, dan segelintir orang Prancis dan Jerman. Demikian dikatakan pejabat militar dan intelijen Iraq, lapor Reuters hari Ahad (10/9/2017).
Istri-istri dan anak-anak dari militan ISIS itu ditahan di sebuah kamp Iraq di selatan Mosul. Kebanyakan tiba di sana setelah 30 Agustus, ketika pasukan Iraq memukul pasukan ISIS keluar Mosul.
Seorang pejabat intelijen mengatakan orang-orang itu masih sedang diverifikasi status kewarganegaraannya dengan masing-masing negara asal mereka, sebab kebanyakan dari para wanita itu sudah tidak lagi memegang dokumen asli yang menunjukkan identitasnya..
“Kami menahan keluarga-keluarga Daesh dalam penjagaan keamanan ketat dan menunggu instruksi dari pemerintah tentang bagaimana cara menangani mereka,” kata Kolonel AD Ahmed Al-Taie dari Komando Operasi Nineveh di Mosul.
“Kami memperlakukan mereka dengan baik. Mereka adalah keluarga dari para penjahat keji yang membunuh orang-orang tak berdosa dengan darah dingin, tetapi ketika kami menginterogasi mereka kami mendapati bahwa hampir semua disesatkan oleh propaganda licik Daesh,” imbuhnya.
Para reporter Reuters melihat ratusan wanita dan anak-anak duduk di kasur-kasus yang dirayapi kutu di tenda-tenda tanpa berpendingin udara di tempat yang disebut para pekerja kemanusiaan sebagai “situs militer”. Bahasa Turki, Prancis dan Rusia terdengar dipergunakan dalam percakapan mereka.
“Saya ingin pulang (ke Prancis) tapi tidak tahu bagaimana caranya,” kata seorang wanita berkerudung asal Chechnya yang mengaku sebelumnya tinggal di Paris. Dia mengaku tidak tahu apa yang terjadi dengan suaminya, yang membawanya ke Iraq ketika bergabung dengan ISIS.
Seorang petugas keamanan mengatakan bahwa para wanita dan anak-anak itu kebanyakan menyerahkan diri kepada pasukan Kurdi Peshmerga di Tal Afar, bersama dengan suami-suami mereka. Pasukan Kurdi kemudian menyerahkan para wanita dan anak-anak itu ke pasukan Iraq, tetapi menahan para prianya –yang diduga adalah militan ISIS.
Keluarga-keluarga militan ISIS terpaksa pergi ke Tal Afar setelah pasukan Iraq mengusir Daesh keluar Mosul.
Pasukan Iraq kemudian mengambil alih Tal Afar, kota yang didominasi etnis Turkmen dan menghasilkan sejumlah komandan senior ISIS, bulan lalu.
Seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri mengatakan bahwa Iraq ingin bernegosiasi dengan kedutaan-kedutaan asing untuk memulangkan para wanita dan anak-anak itu ke negeri asalnya. “Kami tidak bisa menampung tahanan dalam jumlah sebanyak ini untuk waktu lama,” ujarnya.
Menurut Letkol AD Salah Kareem, petugas sudah menghitung sejauh ini mereka berasal dari sedikitnya 13 negara.*