Hidayatullah.com—Seorang pria berusia 21 tahun asal Oxford, Inggris, dijerat dakwaan sebagai anggota kelompok bersenjata yang menamakan dirinya Negara Islam, alias ISIS/ISIL aliash Daesh, kata pejabat dari wilayah Kurdi di Suriah.
Jack Letts, yang dijuluki sebagai “Jihadi Jack”, pergi ke Suriah pada tahun 2014 dan kemudian ditangkap oleh pasukan Kurdi YPG –kelompok militan Kurdi Suriah yang memerangi ISIS– ketika dia meninggalkan wilayah pendudukan ISIS.
Pejabat Kurdi Suriah mengatakan kepada wartawan BBC bahwa Jack Letts ditangkap pada bulan Mei 2017.
Letts sebelumnya pernah mengatakan menentang ISIS, lapor BBC Sabtu (28/10/2017).
Sebuah pernyataan yang diberikan kepada BBC dari Democratic Federation of Northeren Syria (DFNS), kawasan otonomi yang dideklarasikan sendiri oleh kelompok Kurdi Suriah, mengatakan Letts telah dibawa ke penjara di Qamishli, Rojava, bagian utara Suriah.
DFNS mengatakan kasusnya masih dalam penyelidikan oleh kepolisian lokal DFNS yang dikenal sebagai Asayish.
Kabar ini menandai untuk pertama kalinya pasukan Kurdi mengkonfirmasi penangkapan Letts sebagai tahanan perang.
Jack Letts pindah agama memeluk Islam saat masih menjadi pelajar di Sherwell, Oxford.
Dia bepergian ke Yordania pada 2014, ketika berusia 18 tahun, setelah mencampakkan begitu saja statusnya sebagai pelajar level A (pelajar yang mengejar nilai akademik terbaik agar mudah masuk perguruan tinggi). Pada musim gugur tahun yang sama, dia sudah berada di wilayah yang dikuasai ISIS di Suriah.
Letts kemudian menikah di Iraq dan kini memiliki seorang anak.
Orangtuanya membantah bahwa Letts pergi ke Suriah untuk bertempur bersama pasukan ISIS. Mereka membuat petisi yang menyebutkan bahwa putranya itu “menghilang di sebuah lokasi hitam seperti Guantanamo” di kawasan yang dikuasai pasukan Kurdi.
Sally Lane dan John Letts mengatakan bahwa sejak bulan Juli mereka tidak mendapatkan konfirmasi bahwa putranya masih hidup.
Mereka melakukan mogok makan selama seminggu sebagai protes, menuding pemerintah Inggris tidak berbuat cukup untuk membantu putranya tersebut.
Namun, Sinam Mohammad, perwakilan Eropa dari DFNS, membantah keras klaim orangtua Letts itu.
Dia mengatakan kepada BBC bahwa lembaga peradilan DFNS menghormati hukum HAM internasional dan memperlakukan Letts sesuai dengan Konvensi Jenewa dan standar HAM internasional.
“Kami membantah keras semua tuduhan tidak berdasar ini,” kata wanita itu.
Dalam pernyataannya Sinam Mohammad mengatakan, “Kebijakan Democratic Federation of Northern Syria terkait tahanan perang jelas dan adil.”
“ISIS mendatangkan kengerian teror yang sulit untuk digambarkan kepada rakyat di Suriah bagian Utara/Rojava… Meskipun faktanya demikian, DFNS tidak kurang komitmenya di banding negara-negara Eropa dalam memperlakukan pelaga-pelaga dari kelompok teror ini sesuai dengan standar HAM internasional,” tegasnya.
Pejabat-pejabat Kurdi Suriah mengatakan bahwa orangtua Jack Letts sebelumnya mengirim surat kepada pimpinan Asayish perihal kemungkinan penyerahan Jack ke pihak berwenang Kanada.
Jack Letts, yang ayahnya orang Kanada, juga memiliki paspor Kanada.
Pejabat Kurdi Suriah mengatakan, dalam surat tersebut orangtua Letts menulis, “Kami memahami bahwa Asayish harus menahan dan menanyai siapa saja yang mereka yakini kemungkinan terlibat dalam kekerasan atau aktivitas ekstrimis… Kami juga menerima jika Jack perlu dipindahkan ke tahanan Kanada untuk ditanyai dan mungkin juga akan ditahan setibanya di Kanada. Jika dia telah melakukan kejahatan apapun, kami yakin dia harus menghadapi pengadilan dan menjelaskan tindakan-tindakan yang telah dilakukannya.”
Lebih lanjut surat itu mengatakan, “Kami bersedia bekerja sama dengan Asayish dan pihak Kanada untuk membantu menyelesaikan masalah ini dengan tenang dan sesegera mungkin.”
Pernyataan dari DFNS itu untuk pertama kalinya menjelaskan situasi terkait kemungkinan penyerahan Jack Letts kepada pihak berwenang Inggris atau Kanada.
“Jack Letts sekarang sedang dalam penyelidikan oleh unit anti-teror lokal dan global… Begitu penyelidikannya rampung, hasilnya akan dikomunikasikan kepada orangtua Jack dan perwakilan hukumnya dan kepada para pejabat pemerintah terkait,” tulis pernyataan dari pihak Kurdi Suriah.
“Oleh karena itu, kami meminta orangtua Jack Letts dan perwakilan hukumnya untuk meminta kepada pemerintah Inggris dan Kanada agar secara resmi membuat permohonan ke pejabat DFNS perihal penyerahan Jack Letts sehingga penyerahannya akan ditindaklanjuti secara resmi.”
“Akan tetapi, sejauh ini belum ada permintaan resmi baik dari pemerintah Kanada ataupun Inggris,” imbuh pernyataan itu.
Awal pekan ini, Rory Stewart, menteri Inggris untuk urusan pembangunan internasional, mengatakan bahwa orang-orang “yang menimbulkan bahaya serius terhadap bangsa kita” dalam kebanyakan kasus solusinya adalah membunuh mereka.
Akan tetapi, Menteri Keamanan Ben Wallace sebelumnya kepada BBC mengatakan bahwa pemerintah Inggris lebih memilih para tersangka anggota ISIS/ISIL aliash Daesh dipulangkan ke Inggris untuk menghadapi sidang peradilan.
“Kami sudah memiliki rencana dan siap menghadapi resiko yang dibawa oleh orang-orang Inggris yang pulang setelah Daesh ditaklukkan,” kata Wallace.
“Tujuan kami adalah mengadili mereka, tetapi hal itu tidak langsung bisa dilakukan begitu aja,” imbuhnya.
Kedua orangtua Jack Letts sudah menyatakan dirinya tidak bersalah dalam dakwaan pendanaan terorisme yang dikenai atas mereka. Keduanya didakwa mengirimkan uang kepada putranya yang bergabung dengan kelompok teror.
Pengacara mereka menolak untuk memberikan komentar, lapor BBC.
Sementara itu Kementerian Luar Negeri mengatakan, “Pemerintah tidak dapat memberikan dukungan untuk warga Inggris yang berada di Suriah, sebab pemerintah Inggris tidak memiliki perwakilan konsuler di sana.”*