Hidayatullah.com– Kepedulian rakyat Indonesia termasuk di Aceh terhadap saudaranya di Suriah tak diragukan lagi. Mulai dari pejabat sampai masyarakat biasa peduli Suriah, termasuk tukang becak yang satu ini.
Pada Ahad sore (15/4/2018), ribuan masyarakat Aceh berbondong-bondong menghadiri acara tabligh akbar di Masjid Baiturrahman, Banda Aceh. Selain datang untuk mendengar untaian nasihat dari para ulama, mereka juga akan melepas keberangkatan 1.000 ton beras dari tanah Aceh menuju Suriah.
Tim pengiriman bantuan dari masyarakat Indonesia melalui lembaga kemanusiaan itu, terang Kepala Cabang ACT Aceh Husaini Ismail, menempuh jalur darat menuju kota Medan, Sumatera Utara, sebelum diberangkatkan ke tujuan, yakni transit di Turki lalu menuju Suriah. Sebanyak 1.000 ton beras itu terdiri dari 40 kontainer.
Husaini menyaksikan, meskipun terbentang jarak ribuan kilometer antara Aceh dengan Suriah, namun, masyarakat Aceh di kota yang dijuluki Serambi Makkah itu seperti memiliki keterikatan dengan penduduk Syam (nama lain Suriah).
Ikatan emosional itu yang menurutnya membuat masyarakat hingga pengayuh becak antusias membantu penduduk Suriah dengan apa yang mereka miliki.
“Tadi pagi ada ibu-ibu bawa enam karung (beras). Lalu ada tukang becak datang, ‘boleh ga saya menyumbang ala kadarnya (untuk Suriah)?’, saya katakan boleh berapa saja kita terima,” tutur Husaini.
Cerita kemanusiaan itu juga dituturkan oleh Senior Staff Marketing cabang Aceh lembaga itu, Lisdayanti. Selama beberapa hari, Lisda berupaya menggalang bantuan dari para orangtua murid ke sekolah-sekolah.
Dari penggalangan itu, Lisda berhasil memperoleh bantuan berupa uang sebesar 17 juta rupiah yang dia sebutkan akan digunakan untuk operasional dapur rakyat di Suriah. Namun, Ahad itu, dia kembali menyaksikan bagaimana rasa kepedulian begitu mudah ditemui pada rakyat Aceh.
“Alhamdulillah, direncanakan hari ini menyerahkan Rp 27 juta. Tapi setelah saya sosialisasikan lagi, jadi bertambah Rp 19 juta. Penggalangan tadi jadi total Rp 46 juta,” tutur Lisda.
“Mereka itu teringat terhadap anak-anak mereka sendiri (ketika melihat anak-anak Suriah). Jadi mereka bersedekah sebagai tanda syukur bisa menikmati berbagai macam nikmat pada hari ini,” tutup Lisda.
Tabligh akbar ini dihadiri oleh dai asal Arab Saudi Syeikh Ali Jaber dan Ustadz Herwibowo. Hadir pula para tokoh agama dari Aceh dan Papua, di antaranya Ustadz Fadlan Garamatan, Tengku HM Yusuf AW, Tengku H Zamhuri Ramli, dan Tengku H Nuruzzahri.
Kesan Ulama
Dalam rangkaian acara itu, Syeikh Ali Jaber mengungkapkan pesan dan kesannya mengenai kepedulian bangsa Indonesia secara umum, dan warga Aceh secara khusus.
Menurutnya, meski pernah didera cobaan yang teramat berat dengan Tsunami pada tahun 2004, penduduk Aceh mampu bangkit. Namun kini, warga Tanah Rencong itu justru mampu menyediakan 1.000 ton beras untuk membantu saudara-saudara mereka di Suriah.
“Rasa kepedulian masyarakat Indonesia kepada yang lain sangat luar biasa. Jiwanya mudah tergugah, apalagi Aceh. Ujian warga Aceh dari Tsunami. Butuh puluhan tahun untuk memulihkan jiwa dan mental mereka, belum lagi kotanya,” kata Syaikh dalam pernyataannya yang diterima Islamic News Agency (INA), kantor berita yang diinisiasi JITU pada Senin (16/04/2018), di Banda Aceh.
Pesan kuat juga disampaikan Ustadz Fadlan Garamatan. Dari yang dia pahami, Aceh menjadi jalur awal masuknya agama Islam ke wilayah Nusantara.
Baca: Aliansi Merah Putih Peduli Suriah Kutuk Serangan Gas Beracun di Idlib
Berbicara dalam tabligh akbar, Fadlan memuji warga Aceh yang menurutnya telah mewakili bangsa Indonesia dalam urusan kepedulian terhadap sesama.
“Banda Aceh menjadi tempat awal masuknya peradaban Islam. Semangat tidak pernah hilang, walaupun ditinggal saudara, rumah mereka hancur, tanah, dan negeri mereka berantakan. Hari ini Aceh mempersatukan Indonesia melalui kepedulian,” ucapnya.
“Suriah kelaparan akibat perang, tapi Aceh mengatakan ‘wahai saudara di Suriah, akulah saudaramu dari Indonesia’. Aceh telah mewakili Indonesia, melalui agenda kemanusiaan,” ujarnya.
1.000 ton beras tersebut dikumpulkan dari para petani Aceh yang tahun ini telah swasembada.* Syahrain F