“KAPAN lagi punya riwayat hidup pernah jadi khatib Idul Fitri,” penggalan pesan broadcast yang beredar di grup WhatsApp jelang Hari Raya Idul Fitri kemarin.
Pernyataan bernada pertanyaan ini ditujukan pada Idul Fitri tahun 1441H/2020M ini.
Ya! Lebaran kali ini, banyak Muslim yang melaksanakan shalat id tahun ini di dalam rumah bersama keluarga masing-masing. Alhasil, menjamur khatib id “dadakan” di rumah-rumah.
Seperti dilakukan Syaefullah Hamid yang berdomisili di wilayah dekat perbatasan Jakarta-Depok.
Sebagai kepala rumah tangga, pria yang berprofesi sebagai pengacara ini bertindak menjadi khatib dan imam shalat id.
“Alhamdulillah selesai laksanakan tugas mengimami dan khatib Sholat Ied bersama istri, anak2 dan ponakan, semoga Covid-19 segera berlalu. Aaamiiin, ” tuturnya melalui Instagram @syaefullahhamid, Ahad pantauan hidayatullah.com.
Dzul Amal tak menyangka jika tahun ini ia harus berlebaran dalam suasana berbeda.
Warga Kalimantan Timur ini, sebagaimana umat Islam pada umumnya, menjalani Hari Raya Idul Fitri 1441H/2020M dalam suasana sangat berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Apalagi kalau bukan karena pandemi Covid-19 yang juga berdampak terhadap pelaksanaan ibadah umat beragama.
Di Kota Balikpapan, Kaltim, misalnya, pada salah satu wilayah di Kelurahan Teritip, warga menunaikan shalat Idul Fitri di berbagai tempat masing-masing.
Ada yang di rumah, ada yang di teras, ada yang di halaman, ada yang di jalanan. Ada pula sebagian yang melaksanakan shalat id di dalam masjid tapi jamaahnya sangat dibatasi untuk sedikit orang dengan kriteria tertentu saja.
“Di setiap sudut lorong, di setiap sudut kampung, bahkan di teras-teras rumah, kita saksikan terdapat kelompok-kelompok kecil yang sedang melaksanakan shalat Idul Fitri,” ujar Dzul Amal di Balikpapan melaporkan lewat channel Youtube-nya, Mari Balik, Ahad (24/05/2020).
Padahal, tahun-tahun biasa, shalat id selalu digelar pada satu ruang terbuka khusus yang dihadiri ribuan warga.
“Kita shalat di halaman rumah, ayahnya khatib dan imam,” tutur Zakiyah, warga Balikpapan, kepada hidayatullah.com.

Begitu pula yang dilakukan Hamka di Palopo, Sulawesi Selatan, menunaikan shalat id bersama keluarga di dalam rumah.
Sementara di Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, menurut salah seorang warga setempat, ada warga yang terpaksa melakukan “gerakan tutup pintu” demi mencegah penyebaran Covid-19.
Di kawasan perbatasan Kota Depok – Cibinong, Kabupaten Bogor, sebagian umat Islam melaksanakan shalat id di rumah masing-masing. Ada pula yang tetap shalat di lapangan terbuka, namun hanya khusus bagi warga sebuah kompleks perumahan yang melakukan “lockdown” lokal sejak terjadinya pandemi.
Pada sebuah kompleks perumahan lain, di Cibinong, diterapkan aturan bahwa warga dilarang shalat id di luar kompleks. Bagi yang kedapatan melanggar aturan itu, maka sepulang dari shalat id harus menjalani karantina selama 14 hari.
“Tapi yang ke pasar, ke mall, gak apa-apa (gak dikarantina),” ujar seorang warga sekitar perumahan itu kepada hidayatullah.com, Senin (25/05/2020) saat berbincang ringan.
“Beda lebaran tahun ini, biasanya ada silaturahmi ke sana ke mari,” tutur Ummu Fayyad di Depok, Senin secara terpisah.
Bahagia yang Tak Sirna
Meskipun demikian, pandemi tak menggerogoti kebahagiaan umat Islam dalam berhari raya.
Untuk mengekspresikan kebahagiaan sekaligus bentuk kepedulian, Abu Afiq, warga di Cilodong, berbagi THR kepada anak-anak tetangganya pasca shalat id di kompleks kontrakan.
Menariknya, ia juga mengadakan kuis mendadak buat anak-anak dengan hadiah sejumlah uang tunai. Anak-anak tampak ceria mengikutinya.
“Alhamdulillah ini lagi makan Buras habis shalat id,” tutur sang anak saat “mudik” secara virtual dengan ibu kandungnya, Ahad siang, melalui WhatsApp video call. Sang ibu tampak menyeka air mata mendengar penuturan buah hatinya.
Kristal bening juga mengalir di pelupuk mata Ahmad, warga Kabupaten Kutai Timur, Kaltim, saat melaksanakan shalat id di rumah saja bertiga dengan istri dan anaknya. Ini adalah peristiwa bersejarah dalam perjalanan hidupnya. Baru kali ini masjid dekat rumahnya tidak menggelar shalat Idul Fitri.
“Pas shalat (id), menetes air mataku ingat anak-anak di Depok,” tutur Ahmad kepada melalui sambungan telepon hidayatullah.com, melalui sambungan telepon, Ahad pagi, 1 Syawal 1441H.
“Jangan keluar-keluar dulu, di rumah saja (selama pandemi),” pesannya yang sering diulang saat berbicara dengan anak dan sang menantu.
Suatu kebahagiaan karena keluarganya di Pulau Jawa –yang merupakan wilayah episentrum wabah virus corona– masih sehat wal afiat, diharapkan betul-betul terhindar dari Covid-19.
“Kita rayakan Idul Fitri dengan penuh kebahagiaan dan kebanggaan karena kita sudah melewati ujian dan latihan di bulan Ramadhan.
Dengan penuh keterbatasan saat pandemi Covid-19, jangan surutkan kebahagiaan dan kesenangan karena kita telah melewati bulan Ramadhan dan kembali pada kefitrahan kita,” kata Juru Bicara Satgas Covid-19 MUI ini, Jumat (22/05/2020) melalui keterangan tertulis.
Di Hari Raya yang masih tersisa ini, seka air mata, mari tetap bersuka cita sesuai porsinya. “Jangan lupa bahagia!” pesan orang-orang.*