Hidayatullah.com — Meningkatnya insiden anti-Muslim atau Islamofobia yang terjadi di Amerika Serikat dan Kanada selama tujuh bulan pertama 2021 meresahkan Muslim.
Hal ini diungkapkan Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) dalam laporannya pada pekan lalu (08/08/2021). Dokumen online setebal 21 halaman itu berjudul “CAIR’s 2021 Mid-Year Snapshot Summary Report of Anti-Muslim Bias Incidents”.
Lembaga Islam tersebut biasanya mengeluarkan laporan tahunan, tetapi karena lonjakan serangan Islamofobia baru-baru ini mendorong mereka merilis laporan sementara. Laporan tersebut merinci insiden intimidasi, diskriminasi, bias anti-Muslim, kejahatan rasial, dan vandalisme masjid.
Di bawah ini penemuan penting dalam laporan tersebut yang dilansir IslamChannel:
-Ada lonjakan kejahatan kebencian anti-Muslim selama serangan di Gaza pada bulan Mei. Ini termasuk peningkatan mendadak dalam insiden anti-masjid pada bulan Mei dan Juni yang melibatkan kasus vandalisme. Serta percobaan penusukan, dan beberapa serangan fisik yang menargetkan wanita berhijab.
-Perudungan terhadap siswa Muslim terus terjadi dan terus meningkat yang melibatkan ujaran kebencian dan serangan fisik.
-Pejabat publik sering menggunakan ujaran kebencian anti-Muslim melalui media sosial untuk meminggirkan Muslim Amerika.
-CAIR mencatat peningkatan kejahatan kebencian anti-Muslim di Kanada setelah pembunuhan yang menewaskan tiga generasi keluarga Muslim pada bulan Juni.
Ancaman Islamofobia
Laporan itu juga merinci insiden anti-masjid, seperti email ancaman yang dikirim ke Islamic Center of Charlotte di North Carolina. Email itu mengatakan: “Setiap masjid dari sini hingga Bahrain akan menjadi debu,” setelah memulai dengan “Anda tidak memiliki hak Islam di negara ini, anak-anak dan wanita kalian adalah milik kami.” Itu juga menyatakan, “Tidak ada walikota, tidak ada kota, kabupaten, polisi negara bagian, FBI, cia, atau militer yang dapat menghentikan saya.”
Ada juga insiden intimidasi di sekolah-sekolah di seluruh AS. Termasuk seorang siswa Muslim di La Guardia High School di New York yang diduga disebut “teroris” oleh gurunya.
Muslim juga mengalami berbagai diskriminasi: seorang penumpang diprofilkan secara rasial di Bandara Internasional Louis Lambert di St. Louis, Missouri, karena nama tengahnya adalah Mohammad. Ketika dia meminta penjelasan atas apa yang terjadi, dia diberitahu bahwa itu karena nama tengahnya, “Mohammad”, ditandai. Ketika penumpang tersebut terus mencari informasi tentang kejadian itu, staf menelepon polisi.
“Laporan ini berfungsi sebagai pengingat sifat kejam Islamofobia dan apa yang perlu dilakukan untuk memeranginya di Amerika Serikat dan di seluruh dunia,” Huzaifa Shahbaz, koordinator penelitian dan advokasi nasional CAIR.
“Sudah waktunya bagi pejabat terpilih kami untuk berbicara dan menentang bias anti-Muslim di AS. serta fenomena global Islamofobia yang mengancam Muslim tidak hanya di AS tetapi di seluruh dunia,” kata McCaw.
Rekomendasi CAIR
-Penegakan hukum federal harus secara agresif menuntut tindakan melanggar hukum kejahatan kebencian anti-Muslim ketika penegak hukum setempat gagal bertindak.
-Presiden Biden dan anggota Kongres harus secara aktif mengutuk insiden bias anti-Muslim dan kejahatan kebencian ketika itu terjadi dan menegaskan bahwa Islamofobia bukanlah nilai Amerika.
-Kongres harus mengadopsi undang-undang yang membuat pendanaan federal untuk lembaga penegak hukum lokal bergantung pada lembaga-lembaga yang mendokumentasikan dan melaporkan kejahatan rasial ke database nasional FBI.
-Menanggapi meningkatnya ancaman kekerasan anti-Muslim di Amerika Serikat, Kanada, dan di seluruh dunia, CAIR meminta Administrasi Biden untuk menunjuk Utusan Khusus untuk Memantau dan Memerangi Islamofobia di Departemen Luar Negeri. Islamofobia membahayakan Muslim di Austria, Cina, Burma, Prancis, India, Israel, Kashmir, dan banyak negara lain di seluruh dunia.