Hidayatullah.com–Enam orang tewas akibat bentrokan Selasa (23/07/2013) pagi di Kairo, antara pendukung dan lawan presiden terguling Mohammad Mursy.
Keluarga presiden terguling Mohammad Mursy akan segera mengajukan gugatan hokum kepada pihak militer Mesir terkait dugaan “penculikan” oleh mantan presiden Mesir yang digulingkan tersebut.
Sebelumnya, keluarga presiden Mursy yang digulingkan hari Senin (22/7/2013) telah menggelar konferensi pers di kantor Persatuan Insinyur Mesir di Kairo. Pihak keluarga menuding militer telah melakukan penahanan ilegal dan penculikan atas Muhammad Mursy.
Mursy, presiden sipil pertama Mesir yang terpilih lewat pemilu demokratis tahun 2012, digulingkan oleh militer melalui kudeta pada tanggal 3 Juli 2013. Mursy ditahan militer sejak sebelum angkatan bersenjata mengumumkan pelengserannya dan hingga kini politisi asal Al-Ikhwan itu dikurung dilokasi yang tidak diungkapkan militer.
Konferensi pers tersebut dihadiri oleh Shaimaa putri Mursy, Usama putra Mursy dan anak bungsu Musy, Abdallah, lapor Al-Ahram.
Gugatan lokal dan internasional
Shaimaa Mohammad Mursy, anak perempuan Mursy, dalam konferensi pers mengatakan bahwa pihak keluarga berencana mengambil langkah hukum baik di Mesir maupun luar negeri.
“Kami sedang mengambil langkah-langkah hukum di tingkat lokal maupun internasional melawan Abdul Fattah al-Sisi, pemimpin kudeta militer berdarah, dan kelompok kudetanya,” kata dia tentang komandan militer itu dikutip DW DE.
Dia menyuarakan kekecewaan atas “bungkamnya organisasi-organisasi hak asasi manusia dan kelompok masyarakat atas kejahatan penculikan atas presiden yang terpilih secara sah,” yang proses pemilihannya pada Juni tahun lalu diakui secara luas sebagai pemilu bebas pertama di Mesir.
Shaimaa juga menyatakan akan melakukan gugatan di pengadilan internasional.
Seperti diketahui, Mohammad Mursy telah ditahan militer di lokasi yang tidak diketahui sejak kejatuhannya.
Anak Mursy bernama Usama mengatakan, semenjak digulingkan, sejak saat itu pihak keluarga tidak mendengar apapun dari Mursy.
”Tak ada dari kami yang berhubungan dengan ayah kami sejak kudeta siang pada 3 Juli lalu,” kata dia kepada para wartawan.
Desak pembebasan
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) dan Jerman telah memimpin seruan internasional bagi pembebasan Mursy. Pada Senin lalu, Uni Eropa menegaskan kembali seruan itu, mendesak “pembebasan semua tahanan politik, termasuk Mohammad Mursy,“ tapi pihak otoritas sementara menolak seruan itu sambil mengatakan bahwa ia kini ditahan di tempat “yang aman“.
Para pendukung Mursy, yang digulingkan setelah satu tahun berkuasa, telah melakukan demonstrasi, menggelar pawai dan protes di seluruh negeri. Beberapa di antaranya berujung bentrokan berdarah.
Para anggota parlemen yang telah dibubarkan, yang didominasi kalangan Muslim pendukung Mursy, menantang dengan menggelar pertemuan di masjid Rabia al-Adawiya di Kairo.
Mereka meneriakkan “Sisi pembunuh,“ sambil menyampikan berbagai slogan anti polisi, para demonstran juga menggantung foto presiden terguling di pintu gerbang kantor kejaksaan.
Dalam pidato televisi, presiden sementara Adly Mansour menyerukan kepada warga Mesir untuk membangun sebuah negeri “tanpa dendam”.
“Kami ingin membuka halaman baru di buku sejarah bangsa ini tanpa dendam, kebencian atau konfrontasi,” kata dia.
Pasca konferensi pers keluarga Mursy, terjadi bentrok antara para pendukung dan lawan Mohammad Mursy. Selain demonstran, kasus ini menyebabkan beberapa korban tewas termasuk seorang petugas polisi. Pertumpahan darah di Mesir ini terus terjadi pasca kudeta awal Juli lalu.*