Hidayatullah.com–Janji Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk memberikan dana bantuan senilai US$ 60 miliar (sekitar Rp 880 triliun) kepada negara-negara Afrika memicu tudingan negatif.
Mencermati kebijakan Tiongkok, para ekonom dan beberapa lembaga keuangan internasional khawatir bahwa pinjaman Tiongkok mengubur beberapa negara Afrika ke dalam utang besar.
Saat ini, hampir tidak ada negara mana pun di Afrika yang belum tersentuh pengaruh Tiongkok. Di sisi lain, Tiongkok juga menolak klaim “diplomasi jebakan utang”.
Dilaporkan Aljazeera, Senin (03/09/2019), data dari China-Africa Research Initiative di Sekolah Tinggi Ilmu Pengetahuan Internasional Universitas Johns Hopkins menunjukkan pemerintah Beijing meminjamkan sekitar US$ 125 miliar (sekitar Rp 1.833 triliun) ke benua Afrika dari tahun 2000 hingga 2016.
Sebelum FOCAC, Presiden Rwanda Paul Kagame, saat ini ketua Uni Afrika, juga menepis kekhawatiran itu. Kepada kantor berita resmi Xinhua, dia mengatakan isu “perangkap utang” adalah upaya untuk mencegah interaksi Tiongkok-Afrika.
Namun, Aly-Khan Satchu, seorang analis ekonomi yang berbasis di Nairobi, ibu kota Kenya, mengatakan ada kekhawatiran nyata tentang diplomasi jebakan utang di benua Afrika.
“Ada kekhawatiran bahwa harga infrastruktur ini telah meningkat, dan bahwa sangat tidak mungkin untuk melakukan pengembalian investasi yang diperlukan bagi negara-negara ini untuk membayar utang. Masa depan hubungan Tiongkok-Afrika akan bergantung sepenuhnya pada bagaimana Tiongkok mengelola situasi utang ini, yang sekarang tidak terkendali,” tambahnya.
Sebelumnya, Xi pernah mengatakan investasi Tiongkok di benua Afrika “tidak memiliki ikatan politik”. Dana Tiongkok bukan untuk “proyek batil” di Afrika tetapi untuk membangun infrastruktur yang dapat menghilangkan kemacetan pembangunan.
“Tiongkok tidak ikut campur dalam urusan internal Afrika dan tidak memaksakan kehendaknya sendiri di Afrika,” kata Xi kepada rekan-rekan Afrika dan pemimpin bisnisnya di satu forum sebelum FOCAC.
Tanpa memberikan rincian, Xi berjanji Tiongkok akan mengatur dana perdamaian dan keamanan dan forum terkait, sambil terus memberikan bantuan militer gratis kepada Uni Afrika.
“Kerja sama Tiongkok-Afrika harus memberi orang-orang Tiongkok dan Afrika manfaat nyata dan keberhasilan yang dapat dilihat, yang dapat dirasakan,” imbuhnya.residen Tiongkok Xi Jinping menjanjikan US$ 60 miliar (sekitar Rp 880 triliun) dana bantuan keuangan kepada negara-negara Afrika. Dia juga berjanji untuk menghapus utang bagi negara-negara Afrika yang miskin.
Berbicara pada pembukaan pertemuan puncak utama dengan para pemimpin Afrika di Beijing pada Senin (03/09), Xi mengatakan jumlah bantuan itu termasuk US$ 15 miliar (sekitar Rp 220 triliun) dalam bentuk hibah, pinjaman bebas bunga dan pinjaman lunak, batas kredit US$ 20 miliar (sekitar Rp 293 triliun), US$ 10 miliar (Rp 146 triliun) untuk “pembiayaan pembangunan” dan US$ 5 miliar (sekitar Rp73 triliun) untuk membeli barang impor dari Afrika.*