Hidayatullah.com — Mantan Perdana Menteri Malaysia Dr Mahathir Mohamad mengatakan bahwa negara-negara Barat ketagihan perang dan membunuh orang, dengan perang terbaru di Ukraina menjadi upaya sengaja untuk memprovokasi Rusia agar melakukan pembalasan.
oleh Mahathir Mohamad
Saya tidak suka menggeneralisasi, tetapi dalam hal ini saya tidak punya pilihan selain menggeneralisasi. Karena pada umumnya memang demikian.
Saya meyakini bahwa negara-negara Eropa benar-benar ketagihan perang, membunuh orang. Selama ribuan tahun tidak pernah ada setahun pun di mana tidak ada perang diantara negara-negara Eropa.
Mereka memuliakan peperangan. Mereka merayakan pembantaian. Mereka menjadikan para pembunuh sebagai pahlawan; mendekorasi mereka, mendirikan patung dan merancang perayaan yang rumit dalam memori mereka.
Mereka mempersiapkan perang dengan latihan dan permainan perang. Mereka terus-menerus menciptakan senjata baru yang lebih efisien dalam membunuh orang. Mereka mengatakan bahwa untuk memiliki perdamaian, negara harus bersiap untuk perang.
Tetapi setelah bersiap untuk peperangan, setelah menemukan dan melengkapi militer mereka dengan cara-cara baru untuk membunuh orang, mereka merasa perlu untuk mencoba dan menguji senjata baru mereka. Mereka memicu perang antar negara. Dan seringkali mereka akan pergi berperang sendiri.
Selama Perang Dunia II mereka, negara-negara Barat, menerima Rusia sebagai sekutu. Jutaan orang Rusia tewas dan jutaan lainnya terluka. Seluruh kota dan pedesaan hancur.
Dengan Rusia mendorong dari Timur dan negara-negara Eropa Barat bersama-sama dengan Amerika menyerang dari Barat, mereka mengalahkan Jerman.
Segera setelah perang, sekutu Barat mengidentifikasi mitra mereka, Rusia, sebagai musuh baru. Mereka mendirikan NATO dan Rusia menanggapinya dengan mendirikan Pakta Warsawa. Perang Dingin pun terjadi selama beberapa dekade.
Akhirnya Rusia menyerah dan mereka membubarkan Pakta Warsawa dan membebaskan negara-negara yang terlibat.
Tetapi alih-alih membubarkan NATO, kekuatan Barat malah membujuk mantan anggota Pakta Warsawa untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa. Rusia tidak diundang; itu tetap menjadi musuh potensial.
Karena semakin banyak mantan anggota Pakta Warsawa bergabung dengan Uni Eropa dan NATO, Rusia menemukan musuh baru di perbatasan baratnya.
Latihan perang dimainkan dengan melibatkan negara-negara di perbatasan barat Rusia. Idenya adalah untuk memprovokasi Rusia. Ukraina akan bergabung dengan NATO mengetahui sepenuhnya bahwa Rusia akan merasa terancam karena Ukraina adalah tetangga sebelah.
Jadi negara-negara NATO tidak mengakui Ukraina sebagai anggota NATO, tetapi mereka terus memprovokasi Rusia dengan memberitahukan bahwa mereka pada akhirnya akan menerima keanggotaan Ukraina di NATO.
Provokasi berhasil dan Rusia menyerang Ukraina. Seruan Zelensky agar NATO bergabung dalam membela negaranya diabaikan tetapi dukungannya hanya berupa uang dan perbekalan.
Jadi Ukraina dibiarkan membela diri. Jutaan orang bermigrasi, ribuan warga sipil dan tentara tewas dan negara hancur.
Tidak ada satu pun tentara NATO yang tewas, juga tidak ada negara-negara NATO yang dirugikan. Ini adalah strategi terbaik Eropa – melawan apa yang disebut dengan perang proksi.
Sementara itu provokasi telah bergeser ke Timur Jauh.*
Artikel ini ditulis berdasarkan thread Twitter yang Dr Mahathir Mohamed