Hidayatullah.com | KEMAJUAN dalam bidang sains dan teknologi (saintek) semakin hari semakin berkembang pesat. Hal itu ditandai dengan masifnya eskalasi dalam bidang ilmu kedokteran, pertanian, arsitektur, alat-alat elektronik dan kecanggihan moda transportasi. Selain itu perkembangan infrastruktur pun melesat kencang ditengarai dengan tegaknya gedung-gedung pencakar langit yang megah dan terbentangnya jalan tol ribuan kilo.
Jika kita flash back satu abad ke belakang orang-orang yang ingin bersafar ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji misalnya, mereka harus rela menghabiskan waktu berbulan-bulan. Namun dengan keberadaan transportasi udara jarak yang jauh dapat ditempuh dalam hitungan jam; dahulu mengirim surat butuh waktu berminggu-minggu, namun sekarang dalam hitungan detik isi pesan pun bisa sampai dengan cepat.
Agama Islam tidak menampik kemajuan dalam bidang apapun termasuk saintek. Bahkan sebaliknya Islam sangat mengapresiasi segala bentuk inovasi. Al-Quran jauh hari telah berbicara banyak tentang ilmu pengetahuan untuk mendorong manusia agar mengembangkan sains dan teknologi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَا لْاِ نْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَا رِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ فَا نْفُذُوْا ۗ لَا تَنْفُذُوْنَ اِلَّا بِسُلْطٰنٍ
“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).” (QS. Ar-Rahman 55: Ayat 33)
Fakhruddin ar-Razi (606 H) dalam Mafatih berkata: menembus langit tidak dapat dicapai melainkan dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan mana yang beliau maksud? Tentu yang dimaksud adalah ilmu sains dan teknologi. Karena hanya dengan moda transportasi yang super canggih manusia mampu menembus langit.
Jika pertumbuhan saintek ditilik dari kacamata Islam maka ia mendapatkan perhatian khusus. Atensi ini bukan karena sains dapat mengubah akselerasi kehidupan manusia secara spontan, akan tetapi perubahan-perubahan itu mengisyaratkan pada fenomena tertentu yaitu fenomena akhir zaman.
Rasulullah ﷺ Bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ فَتَكُونَ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ وَيَكُونَ الشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ وَتَكُونَ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ وَيَكُونَ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ وَتَكُونَ السَّاعَةُ كَاحْتِرَاقِ السَّعَفَةِ الْخُوصَةُ.
“Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah ﷺ bersabda: Kiamat tidak akan datang hingga waktu saling mendekat, setahun seakan sebulan, sebulan seakan sepekan, sepekan seakan sehari, sehari seakan satu jam, dan sejam seakan selembar daun kurma yang dilalap api. HR. Ahmad.
Al-Khattabi (388 H) dalam Ma’alimu as-Sunan berkata: waktu terasa pendek itu disebabkan berkurangnya keberkahan pada waktu itu. Ibnu Hajar (852 H) dalam al-Fath berkata: waktu saling mendekat yang dimaksud ialah kualitas waktu di siang hari dan malam hari terasa pendek. As-Sayuthi (911 H)) dalam Qūtu al-Mughtadzī berkata: waktu saling mendekat bermakna hari-hari yang penuh bahagia dan kesejahteraan semakin sulit dirasakan.
Bila hadits ini ditelaah dari sudut pandang ulama kontemporer maka pemahamannya sedikit berbeda. Ibnu Bazz berkata: maksud dari satu tahun bagaikan satu bulan ialah kalau dahulu dari satu negara ke negara lain ditempuh dalam waktu yang lama, maka sekarang perjalanan antar negara pulang-pergi dapat ditempuh satu hari. At-Tuwaijiri dalam Ithāful Jamā’ah berkata: perjalanan yang semestinya ditempuh dalam satu tahun bisa dicapai satu bulan, perjalanan satu bulan tembus satu minggu dan perjalanan satu minggu dapat dicapai satu hari berkat kemajuan sains dan teknologi sehingga waktu yang digunakan relatif singkat.
Maka interpretasi hadits mengenai waktu terasa pendek dengan wujud iptek oleh ulama kontemporer lebih mendekati makna yang diinginkan, tentu tanpa menegasikan pendapat ulama klasik. Karena bisa jadi zaman mereka minimnya sains dan teknologi.
Selain itu, perkembangan sains dan teknologi juga mendekatkan pasar. Dahulu kalau orang ingin membeli sesuatu sebutlah kitab-kitab berbasa arab maka butuh waktu berbulan-bulan bahkan setahun untuk mendapatkannya, namun sekarang cukup memiliki gadget maka segala jenis buku bisa didapatkan dengan mudah.
Mengenai hal tersebut, Rasulullah ﷺ telah mengabarkan bahwa suatu saat pasar saling mendekat.
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَظْهَرَ الْفِتَنُ وَيَكْثُرَ الْكَذِبُ وَيَتَقَارَبَ الْأَسْوَاقُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ قِيلَ وَمَا الْهَرْجُ قَالَ الْقَتْلُ
“Dari Abu Hurairah, dia berkata; ﷺ bersabda: Tidak akan terjadi hari kiamat hingga muncul banyak fitnah, kedustaan merajalela, pasar-pasar saling berdekatan, waktu semakin pendek dan banyak bermunculan Al haraj. maka ditanyakanlah kepada beliau; Apa itu Al haraj? beliau menjawab: Pembunuhan. H.R. Ahmad
Syekh Hamūd at-Tuwaijiri dalam Ithāf berkata: maksud pasar-pasar saling berdekatan ialah dengan bermodalkan alat elektornik (seperti smartphone) maka segala jenis barang bisa didapat sesuai keinginan dan mudah. Bahkan harga-harga barang satu negara dengan negara lain dapat diketahui dengan cepat.
Keadaan ini tentu tidak dirasakan kecuali oleh orang-orang yang hidup dimana iptek berkembang luas.
Jadi, sebenarnya kemajuan sains dan teknologi ini memiliki dua sisi satu mengembirakan kita sebab segara urusan dipermudah, sisi lain mengkhawatirkan kita karena ia pertanda akhir zaman kian dekat.*/Wandi Bustami, Lc. M.A, Penulis alumni Al Azhar, Mesir dan Asatidz Tafaqquh Study Club