Hidayatullah.com—Sebanyak 13 masjid dirusak dan buku-buku agama dibakar selama kekerasan yang menyasar kelompok Muslim di Mewat di India baru-baru ini. Menurut delegasi Jamiat Ulama-i-Hind yang melakukan mengunjungi daerah yang terkena dampak juga menyatakan anggota Jamaah Tabligh (JT) juga ikut diserang.
Jamiat mengatakan pihaknya telah memulai misi proaktif untuk memberikan bantuan, melakukan survei, dan melakukan upaya hukum serta akan merenovasi masjid dan mendampingi masyarakat yang terkena dampak, dan menegakkan keadilan, demikian dikutip MuslimMirror.
Temuan delegasi mengungkap rincian yang menyedihkan, menyoroti penargetan tempat ibadah Muslim yang disengaja oleh kekuatan komunal. Masjid-masjid dirusak, kitab-kitab keagamaan dibakar, dan anggota Jamaah Tabligh diserang.
Hingga saat ini, delegasi tersebut telah mengunjungi 13 masjid yang terkena dampak, termasuk enam di Palwal, tiga di Hodal, tiga di Sohna, dan satu di Gurugram, tempat terjadinya meninggalnya seorang wakil imam.
Namun, respons terhadap peristiwa-peristiwa menyedihkan ini berubah menjadi mengkhawatirkan, karena pemerintah dan administrasi negara bagian terlibat dalam pembongkaran ilegal tempat tinggal dan toko-toko Muslim.
Tindakan ini, yang digambarkan oleh Pengadilan Tinggi sebagai bentuk genosida komunitas, dapat dibatasi karena intervensi pengadilan yang tepat waktu.
Yang mengejutkan, mereka yang bertanggung jawab atas tindakan kekerasan terhadap rumah, tempat ibadah, penodaan Al-Quran, dan penyerangan terhadap imam masjid dan anggota Jamaah Tabligh belum menghadapi konsekuensi hukum. Situasi mengkhawatirkan ini disoroti dalam laporan yang disampaikan oleh delegasi Jamiat Ulama-i-Hind.
Di bawah kepemimpinan Maulana Hakimuddin Qasmi, Sekretaris Jenderal Jamiat Ulama-i-Hind, dan didukung oleh penyelenggara terkemuka termasuk Maulana Ghayur Ahmed Qasmi, Maulana Qari Naushad Adil, Qari Aslam Budedvi, dan Maulana Sajid Rajopur, delegasi ini secara aktif berupaya untuk mengatasi permasalahan umat Islam di wilayah itu.
Dalam kunjungannya ke Masjid Bazarwali dan Masjid Eidgahwali di Hodal, delegasi menunjukkan keberanian yang luar biasa. Dampak dari kerusuhan ini terlihat jelas, dimana pusat-pusat komunitas yang tadinya berkembang pesat kini terkena dampak ketegangan sektarian.
Kehadiran delegasi tersebut memberikan penghiburan bagi masyarakat yang terkena dampak dan menyoroti kebutuhan mendesak akan upaya kolektif untuk membangun kembali dan melakukan pemulihan.
Kekerasan juga telah mengorbankan seorang imam di Masjid Gurugram. Imam yang bernama Maulana Saad (19), terbunuh usai gerombolan Hindu membakar masjid. Maulana Saad, yang imam sholat di masjid Jami Anjuman, terletak di Sektor 57 di Gurugram, sebuah kota berpenduduk 1,2 juta jiwa.
Di bawah ini daftar masjid yang terkena dampak:
(1) Masjid Anjuman Islam Gurugram (2) Maulvi Jameel Wali Masjid Sohna (3) Shahi Jami Masjid Bara Khamba Sohna (4) Lakkadshah Masjid Sohna (5) Bazaar Wali Masjid Hodal (6) Eidgah Masjid Hodal (7) Masjid Jama Koloni Punjabi Hodal (8) Madrasa Wali masji Palwal (9) Rekan Gali wali Masjid Palwal (10) Guptaganj Wali Masjid Palwal (11) Kali Masjid Palwal (12) Halte Bus Masjid Haji Nizam Wali Pulwal (13) Masjid Rasulpur Gaon Wali Palwal.
Mayoritas Muslim
Mewat atau Nuh, adalah wilayah bersejarah negara bagian Haryana dan Rajasthan di barat laut India dan beberapa bagian barat Uttar Pradesh. Nuh, kurang dari 100 kilometer dari Delhi, terkenal sebagai salah satu kota paling terbelakang dan paling miskin dalam hal jumlah penduduk di India.
Kota ini kembali menjadi berita setelah kekerasan komunal terjadi selama unjuk rasa Vishva Hindu Parishad (VHP) pada hari Senin, yang menyebabkan sedikitnya lima kematian, termasuk tiga petugas polisi. Usai aksi kekerasan, tiga kelompok perwakilan –dari umat Hindu, Muslim, dan Sikh– berpartisipasi dalam pertemuan dan mengeluarkan resolusi damai.
eorang pemimpin petani dari Jind, bahkan mengeluarkan resolusi yang melarang kelompok radikal Hindu yang kerap memprovokasi kekerasan kepada Muslim India. “Kami telah mengeluarkan resolusi untuk melarang RSS (Rashtriya Swayamsevak Sangh), Bajrang Dal, dan Paroki Hindu Vishwa atas upaya mereka memprovokasi masyarakat. Perpecahan dan kekuasaan tidak akan dibiarkan berhasil,” ujar pemimpin petani Jind, Azad Palwa, sebagaimana dikutip Indianexpress.
Menurut Sensus 2011, sekitar 79,2% dari total populasi Mewat atau Nuh berjumlah sekitar 11 lakh (sebanyak 300 ribu adalah Muslim), sedangkan Hindu mencakup 20,4% dari populasi tersebut.
Distrik Nuh dulunya bernama Mewat. Hhingga tahun 2016 pemerintah Haryana memutuskan untuk mengganti nama dengan menyatakan bahwa Mewat bukanlah sebuah kota melainkan sebuah unit geografis.
Ketua Menteri Haryana Manohar Lal Khattar menyetujui proposal untuk mengubah nama Mewat menjadi Nuh pada April 2016. CM Khattar mengatakan alasan di balik perubahan nama tersebut adalah untuk membatasi wilayah di negara bagian tersebut dengan wilayah di Rajasthan dan Uttar Pradesh.*