Hidayatullah.com—Presiden Afghanistan Ashraf Ghani berjanji akan “mengubur” ISIS, yang pendukungnya di Afghanistan sudah terlibat pertempuran dengan pasukan pemerintah dan Taliban.
Dalam wawancara dengan BBC (24/1/2016), Ghani mengatakan Daesh alias ISIS “bukan fenomena Afghanistan” dan bencana yang ditimbulkannya telah menyusahkan banyak orang.
“Rakyat Afghanistan sekarang termotivasi dengan balas dendam,” kata Ghani. “Mereka (ISIS, red) berhadapan dengan orang yang salah.”
“Tak ada yang menyangkal bahwa kita sedang menghadapi bahaya yang sangat nyata,” kata Ghani, di sela-sela kunjungannya di Davos, Swiss, guna menghadiri World Economic Forum.
“Banyak diplomasi saya yang dilakukan untuk mencapai konsensus regional. Sebuah kawasan yang mewarisi dendam kebencian dan tindakan ceroboh masa lalu adalah sesuatu yang membutuhkan upaya lebih dan perhatian penuh,” kata Ghani.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya telah menyatakan kelompok pendukung ISIS di Afghanistan sebagai organisasi teroris.
Menurut Deplu AS kelompok itu dibentuk bulan Januari 2015 dan terdiri dari bekas anggota Taliban Afghanistan dan Taliban Pakistan.
Sementara itu, Taliban Afghanistan mengatakan telah membentuk pasukan khusus berkekuatan 1.000 orang untuk menghancurkan ISIS.
Dalam wawancara dengan BBC itu Ghani juga mengatakan jika perundingan damai dengan Taliban tidak segera dimulai sebelum bulan April, maka konflik akan meningkat dan berdampak buruk bagi kawasan.
“Waktu bukan teman,” kata Ghani. “Kita semua memahami bahwa bulan Februari dan Maret krusial.”
Presiden Afghanistan itu juga mengatakan para pengamat seharusnya mengerti bahwa perang yang terjadi di negaranya “hanya satu komponen” dari perang yang lebih besar yang juga berpusat di Pakistan.
“Masalahnya … saling berkaitan [dan] tidak bisa diselesaikan dengan menggunakan kekuatan satu negara saja,” kata Ghani, seraya menegaskan Pakistan juga harus bertindak menghadapi kelompok Taliban yang tidak mau duduk di meja perundingan.
“Kita perlu melihat bahwa kita memiliki kepentingan yang sama dan kita perlu bertindak bersama guna mempertahankan sistem negara dan mengkonsolidasikannya,” kata Ghani.
Ketika ditanya apakah ada pesan untuk para migran Afghanistan yang pergi ke Eropa, Ghani berkata, “Apa yang ingin saya katakan kepada mereka adalah kalian tidak punya masa depan di Eropa. Eropa menutup pintu-pintu perbatasannya.”
“Anda sudah punya wawancara dengan Perdana Menteri Prancis (yang mendesak Uni Eropa menutup pintu perbatasan terluarnya, red) yang tayang ditujukan kepada mereka (migran, red). Masa depan ada di Afghanistan,” kata Ghani kepada wartawan BBC yang mewawancarainya.*