Hidayatullah.com— Global Ikhwan Services & Business Holdings (GISBH) membantah telah mengelola panti asuhan yang disebut sebagai korban penelantaran hingga pelecehan seksual sebagaimana telah dituduhkan.
Dalam sebuah pernyataan yang muat Free Malaysia Today (FMT) hari Jumat, perusahaan itu memberikan klarifikasi dan pernyataan usai polisi melakukan penggerebekan 20 panti asuhan anak di Selangor dan Negeri Sembilan.
GISBH mengatakan bahwa tuduhan yang dibuat oleh polisi itu hal serius dan jahat. “Kami membantah tuduhan ini karena panti asuhan ini jelas tidak dioperasikan oleh GISBH,” kata perusahaan itu dikutip FMT.
“Kami akan mengajukan laporan polisi untuk mendorong penyelidikan dan mereka yang terlibat akan dibawa ke pengadilan,” katanya dalam pernyataan tersebut.
GISBH juga menuduh “pihak tertentu” memiliki agenda tersembunyi yang bertujuan mencoreng reputasinya.
Perusahaan tersebut menyatakan tidak akan ragu untuk mengambil tindakan hukum terhadap mereka yang bertanggung jawab menyebarkan informasi palsu.
GISBH, yang mengoperasikan banyak bisnis di Malaysia dan luar negeri, mengatakan pihaknya telah meninggalkan hubungan masa lalunya dengan grup Al-Arqam, dan memposisikan dirinya sebagai perusahaan multinasional.
“Bukan kebijakan kami untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Islam dan hukum,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
GISB telah lama menjadi kontroversi karena hubungannya dengan kelompok Al-Arqam. Al-Arqam dilarang pihak berwenang pada tahun 1994 karena dianggap menyimpang, sementara anggota GISB pada tahun 2011 mendirikan “Klub Istri Taat”.
Menurut situs webnya, GISB menjalankan bisnis mulai dari supermarket hingga restoran, dan beroperasi di beberapa negara termasuk Indonesia, Prancis, dan Inggris.
Sebelumnya, Kepolisian Diraja Malaysia (PDRM) menuduh ratusan anak mengalami penelantaran, penganiayaan, hingga pelecehan seksual di panti asuhan anak. Polisi meyakini anak-anak di bawah umur semuanya adalah anak-anak anggota GISB.
“Kami yakin bahwa ke-402 anak tersebut adalah anak dari anggota GISB. Itulah dugaan kami saat ini,” kata inspektur jenderal polisi Razarudin Husain kepada AFP pada hari Kamis.
“Kami merasa perlu mengambil sampel DNA.”
Otoritas agama Islam di negara bagian Selangor, Malaysia, mengatakan minggu ini bahwa mereka memantau dengan ketat aktivitas GISB.
“(Kami) tetap waspada terhadap fakta-fakta apa pun yang mengarah pada penyimpangan dari ajaran Islam yang benar,” kata mereka.
Perdana Menteri Anwar Ibrahim mendesak otoritas terkait untuk “menyelidiki secara menyeluruh” tanpa penundaan jika memang ditemukan pelanggaran.
“Ini menyangkut keimanan masyarakat. Ini masalah penting dan serius, menyangkut penyalahgunaan kekuasaan, penyalahgunaan agama,” katanya kepada wartawan seusai melaksanakan shalat Jumat.
Sebelumnya, Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Razarudin Husain mengonfirmasi bahwa 171 orang, termasuk pengurus, guru agama, dan ketua, ditangkap setelah penggerebekan tersebut.
“Penyelidikan mengungkap bahwa sebuah perusahaan yang menjual produk-produk Muslim terlibat dalam perdagangan manusia sebelum laporan polisi diajukan di Shah Alam, Selangor,” kata Razarudin dalam konferensi pers kemarin.
Penyelidikan awal menemukan bahwa anak-anak yang tinggal di sana tidak hanya mengalami pelecehan oleh para pengasuhnya, tetapi juga diajarkan melakukan tindakan serupa terhadap anak-anak lain.
Kasus ini sedang diselidiki berdasarkan beberapa undang-undang, termasuk Undang-Undang Anak tahun 2001 dan Undang-Undang Pelanggaran Seksual terhadap Anak tahun 2017.*