Hidayatullah.com— Menteri Agama Malaysia Mohd Na’im Mokhtar mengatakan tengah membentukan komite untuk menyelidi keyakinan dan ajaran menyimpang. Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim) juga mengaku akan membawa dugaan keterlibatan kelompok keagamaan dalam kasus panti asuhan yang sedang ramai ke Komite Muzakarah Dewan Nasional Urusan Agama Islam Malaysia (MKI).
“Panitia khusus ini ditempatkan di bawah pengawasan Kantor Menteri pada Departemen Perdana Menteri (Kementerian Agama) yang menjalankan fungsi membantu memberikan dukungan data dan penelitian kepada otoritas termasuk Panitia Muzakarah MKI,” ujar Mohd Na’im Mok kepada media massa.
Departemen Agama Islam Selangor (JAIS) juga dilaporkan sedang membentuk menyelidiki terkait adanya tuduhan mengenai sekolah agama yang terlibat dalam penyebaran ajaran sesat.
Exco Agama Islam dan Budaya Inovasi Selangor Dr Mohammad Fahmi Ngah mengatakan pembentukan tim khusus yang diketuai oleh Direktur JAIS Mohd Shahzihan Ahmad, menyusul pengungkapan polisi mengenai keterlibayan perusahaan lokal yang diyakini mengeksploitasi anak-anak dan agama.
Ia mengatakan, pemerintah negara bagian tidak segan-segan mencabut izin operasional dan menerapkan tindakan tegas lembaga mana pun yang kedapatan mengandung unsur sesat demi menjamin keselamatan para santri.
“JAIS telah diinstruksikan dan sedang melakukan pemantauan, peninjauan, dan penyaringan secara ketat terhadap pusat tahfiz dan pesantren di negara bagian yang terdaftar dan belum terdaftar di JAIS,” kata Dr Fahmi.
Pemerintah Selangor berkomitmen menjamin keamanan pusat tahfiz dan sekolah agama agar tidak menjadi pusat eksploitasi anak dan penyebaran ajaran yang bertentangan dengan Islam, tambahnya.
Dr Fahmi juga mengimbau masyarakat yang memiliki informasi tentang pesantren yang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam untuk melapor langsung ke JAIS.
Hari Rabu (11/9/2024), Kepolisian Diraja Malaysia mengklaim berhasil menyelamatkan 402 anak dari 20 panti asuhan yang dikaitkan dengan perusahaan di Selangor dan Negeri Sembilan.
Polisi menduga anak-anak ini mengalami penelantaran, penganiayaan, hingga pelecehan seksual.
Menteri Dalam Negeri Datuk Seri Saifuddin Nasution Ismail mengatakan, pihaknya sudah menyerahkan penyelidikan menyeluruh kepada polisi dan kasus ini akan memakan waktu lama karena melibatkan banyak korban.
Masyarakat diminta tetap tenang dan memberikan ruang kepada aparat untuk melakukan investigasi terhadap isu apakah hal ini benar melibatkan perusahaan Global Ikhwan Service and Business Holding (GISB).
“Perlu waktu yang lama untuk melakukan penyidikan (terkait GISB) karena penangkapannya cukup besar dan melibatkan pihak lain,” ujarnya dikutip Sinar Harian.
“Kami meminta masyarakat tetap tenang dan menyerahkan kepada pihak berwajib untuk melakukan penyelidikan, “ ujarnya usai menghadiri Malaysian Inspiration Program (I’M) hari Jumat.
Sementara PM Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim ingin penyidikan serius dan hati-hati terkait munculnya nama Global Ikhwan Service and Business Holdings (GISBH) dalam kasus ini.
Menurut Anwar Ibrahim, persoalan terkait keyakinan, penyalahgunaan agama, dan pelecehan adalah hal besar jika terbukti benar.
Karena itu ia meminta masyarakat memberi ruang polisi melakukan penyelidikian dan mengambil tindakan sesuai hukum, termasuk Departemen Agama Islam Selangor (JAIS) dan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM).
“Banyak yang bertanya kenapa ada penundaan, keterlambatan penindakan, makanya saya bawa masalah ini agar segera diambil tindakan (dalam) penyidikan dan pelaporan,” ujarnya saat ditemui usai menunaikan salat Jumat di Masjid Al-Iman di Kampung Desa Putra di sini, hari ini.
Membantah tuduhan
Polisi sebelumnya mengaku telah menyelamatkan 402 anak-anak dan remaja berusia antara satu dan 17 tahun diselamatkan dari 20 panti asuhan atau rumah penitipan anak di Selangor dan Negeri Sembilan.
Polisi menduga anak-anak ini yayasan ini dikelola kelompok Global Ikhwan Service and Business Holding (GISBH). Namun kelompok GISBH membantah sebagai pengelola yayasan panti asuhan yang dituduhkan.
“Kami membantah tuduhan ini karena panti asuhan ini jelas tidak dioperasikan oleh GISBH,” kata perusahaan itu dikutip Free Malaysia Today (FMT).
“Kami akan mengajukan laporan polisi untuk mendorong penyelidikan dan mereka yang terlibat akan dibawa ke pengadilan,” katanya dalam pernyataan tersebut.
GISBH juga menuduh “pihak tertentu” memiliki agenda tersembunyi yang bertujuan mencoreng reputasinya.
Perusahaan tersebut menyatakan tidak akan ragu untuk mengambil tindakan hukum terhadap mereka yang bertanggung jawab menyebarkan informasi palsu.
GISBH, yang mengoperasikan banyak bisnis di Malaysia dan luar negeri, mengatakan pihaknya telah meninggalkan hubungan masa lalunya dengan grup Al-Arqam, dan memposisikan dirinya sebagai perusahaan multinasional.
“Bukan kebijakan kami untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Islam dan hukum,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
GISB telah lama menjadi kontroversi karena hubungannya dengan kelompok Al-Arqam. Al-Arqam dilarang pihak berwenang pada tahun 1994 karena dianggap menyimpang, sementara anggota GISB pada tahun 2011 mendirikan “Klub Istri Taat”.
Menurut situs webnya, GISB menjalankan bisnis mulai dari supermarket hingga restoran, dan beroperasi di beberapa negara termasuk Indonesia, Prancis, dan Inggris.*