Hidayatullah.com– Para pekerja di lembaga penyiaran Voice of America (VOA) ditempatkan dalam status cuti seiring dengan pemangkasan dana yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat pimpinan Presiden Donald Trump. Radio Free Europe dan kawan-kawan dikabarkan juga mengalami pemotongan dana.
Surat elektronik yang diterima para pegawai VOA hari Sabtu (15/3/2025) mengatakan bahwa mereka ditempatkan dalam status cuti administratif berbayar sampai “pemberitahuan lebih lanjut” dan mereka diperintahkan untuk tidak memasuki kantor-kantor VOA atau mengakses sistem internalnya, lansir DW.
Sementara itu, Radio Free Europe/Radio Liberty dan Radio Free Asia, yang juga didanai oleh pemerintah Amerika Serikat, ikut merasakan pemangkasan dana. Ketiga media elektronik itu semuanya fokus menyiarkan informasi secara gratis kepada para pendengar dan pemirsanya di luar AS, termasuk di daerah konflik seperti Ukraina dan negara-negara “musuh” seperti China, Rusia dan Korea Utara.
Langkah tersebut mengikuti perintah eksekutif yang dikeluarkan Presiden Trump untuk merampingkan US Agency for Global Media (USAGM) hingga ke fungsi legal minimum. USAGM mengawasi Voice of America dan menyalurkan pendanaan bagi Radio Free Europe/Radio Liberty and Radio Free Asia.
“Presiden telah mengeluarkan Perintah Eksekutif yang berjudul Melanjutkan Pengurangan Birokrasi Federal,” kata Kari Lake secara daring. Lake adalah pimpinan USAGM yang merupakan sekutu politik Trump.
“Jika Anda adalah pegawai di instansi tersebut, harap segera memeriksa email Anda,” imbuhnya.Tidak jelas berapa banyak pegawai VOA yang sudah dirumahkan, tetapi organisasi pemantau Reporters Without Borders mengatakan semua pekerja VOA terdampak dengan kebijakan itu.
Pemangkasan dana ini dilakukan hanya sehari setelah Trump secara terbuka mencaci-maki media Amerika Serikat yang disebutnya “korup” dan “ilegal”.
Trump menuding media AS menerbitkan laporan bias tentang dirinya dan menuding stasiun penyiaran swasta CNN dan MCNBC sebagai corong politik Partai Demokrat.
Pada masa pemerintahan pertamanya, Trump berseteru dengan VOA dan memaksa dua direkturnya mengundurkan diri pada 2020. Kala itu Trump geram karena VOA mengabarkan tentang pembukaan kembali Wuhan, China, yang menjadi titik awal pandemi Covid-19. Trump menuding VOA sering berbicara yang menguntungkan musuh-musuh Amerika Serikat dan bukan warga negara AS, dan mereka menggaungkan propaganda Beijing.*