Hidayatullah.com– Enam orang warga Amerika Serikat ditangkap oleh aparat Korea Selatan saat berusaha mengirimkan 1.600 botol plastik berisi beras, uang dolar AS, serta Bibel ke Korea Utara lewat laut.
Mereka berusaha melemparkan botol-botol tersebut ke laut dari garis depan di Pulau Gwanghwa supaya terbawa arus ke pantai Korea Utara, kata petugas kepolisian yang berbicara tanpa ingin diketahui identitasnya karena tidak berwenang untuk berbicara kepada media seperti dilansir Associated Press hari Jumat (27/6/2025). Dia mengatakan orang-orang asing itu diperiksa dengan tuduhan melanggar peraturan berkaitan dengan manajemen keselamatan dan bencana.
Petugas kepolisian Korea Selatan kedua mengkonfirmasi perihal penahanan orang-orang Amerika tersebut.
Pihak kepolisian tidak memberikan penjelasan lebih lanjut, termasuk tentang apakah merek sebelumnya pernah melakukan hal serupa.
Melarung botol-botol plastik atau menerbangkan balon-balon berisi selebaran propaganda anti-Korea Utara sejak lama menjadi pemicu ketegangan antara kedua Korea.
Pihak Utara yang kesal membalasnya dengan menerbangkan balon pembawa sampah ke Korea Selatan, termasuk dua diantaranya jatuh di area Istana Presiden di Seoul tahun lalu.
Pada 2023, Mahkamah Konstitusi Korsel membatalkan sebuah UU tahun 2020 yang mempidanakan pengiriman selebaran dan lainnya ke Korea Utara, dengan alasan UU terlalu berlebihan membatasi kebebasan berbicara.
Sejak dilantik awal Juni, pemerintahan liberal pimpinan Presiden Lee Jae Myung giat melarang aksi-aksi yang memicu ketegangan dengan Utara, dan mempromosikan keselamatan penduduk Korea Selatan di garis depan perbatasan dengan Korea Utara.
Pada 14 Juni, polisi menahan seorang aktivis yang berusaha menerbangkan balon-balon ke Korea Utara dari Pulau Gwanghwa.
Salah satu janji kampanye Lee adalah menghidupkan kembali perundingan damai dengan Korea Utara yang sudah lama terhenti.
Pemerintahan Lee sudah menghentikan propaganda anti-Pyongyang yang rutin dikumandangkan lewat pengeras suara di garis depan perbatasan dengan Utara.
Sejauh ini belum jelas apakah pihak Utara akan menerima uluran Selatan untuk melakukan perundingan damai kembali.
Pembicaraan resmi antara keduanya terhenti sejak 2019 ketika diplomasi yang dipimpin Amerika Serikat terkait denuklirisasi Korea Utara bubar di tengah jalan.*