Hidayatullah.com–Berkembangnya isu Daulah Islamiyah Iraq wa Syam (ISIS/ISIL) saat ini, termasuk di Indonesia, berpotensi digunakan untuk membunuh perjuangan menegakkan syariat Islam. Hal ini terlihat dari selalu ditampilkannya karakter ISIS yang menyeramkan.
“Isu ISIS merupakan fitnah yang harus disikapi. Kita memang menolak apa yang dilakukan ISIS, tetapi kita tidak menolak penegakan daulah Islamiyah, apalagi khilafah,” kata Ust. M. Achwan, Amir Jamaah Ansharusy Syariah (JAS), dalam acara pengajian di Surabaya, Minggu (21/9/2014).
Ia mengatakan, sekarang ini simbol-simbol Islam mulai dianggap sebagai bahaya laten. Kalimat “Laa Ilaha Ilallah” harus disingkirkan. Demikian pula prinsip demokrasi dianggap sebagai yang terbaik, sementara Islam dianggap sebagai ideologi transnasional.
“Ini yang harus disikapi bahwa Islam itu untuk semua umat dan orang. Sedang kalau prinsip demokrasi yang terbaik, bagaimana dengan pernyataan di Al Quran yang banyak menyebut kalangan terbanyak sebagai orang jelek. Apakah kita harus mengikuti orang jelek?” katanya.
Ia menyebutkan, dalam menegakkan kehidupan kita harus menggunakan sudut pandang dien (agama), bukan politik. Sudut pandang agama sudah tentu merupakan terbaik. Sebaliknya kalau menggunakan sudut pandang politik, setiap orang dan partai politik akan memiliki sudut pandang berbeda-beda.
Ust. M. Achwan mengatakan, kita memang menolak cara-cara yang dilakukan ISIS, antara lain menyembelih orang dengan diperlihatkan kepada orang lain. Padahal kita menyembelih binatang saja disyariatkan tidak diperlihatkan kepada binatang lainnya.
Ia pun mempertanyakan keberadaan ISIS. Setiap wilayah yang dikuasai ISIS selalu terdapat kuburan massal. ISIS cenderung memusuhi Islam dan membunuhi orang-orang Islam, sebaliknya yang musyrik dibiarkan.
“Hal ini terlihat dari kecenderungannya yang tidak memusuhi Amerika Serikat. Juga tidak memusuhi rezim Bashar Al-Assad (Presiden Suriah). Pada korban ISIS yang tewas banyak ditemukan paspor Iran,” jelasnya, berdasarkan informasi yang diperolehnya dari pihak-pihak menyelidiki keberadaan ISIS.
Ia juga menyebutkan, kehadiran ISIS untuk menegakkan daulah Islamiyah tidak memenuhi syarat, apalagi menegakkan khilafah. Hal ini karena pimpinan ISIS masih diragukan bernasab sampai ke Quraisy. Kemudian masih belum memiliki wilayah, belum tegaknya syariat Islam, dan belum ada dukungan dari ulama.
“Ulama-ulama yang disebutkan mendukung ISIS, ada beberapa merupakan orang yang sama tetapi dengan nama berbeda. Di samping itu ISIS juga mencatut pengakuan ulama-ulama yang sedang berada di penjara,” sebut M. Achwan.
Ia mengatakan, kehadiran ISIS tampaknya hanya untuk memberi gambaran jelek terhadap Islam, serta memberi gambaran jelek penegakkan syariat dan daulah Islamiyah. “Kita memang menolak ISIS, tetapi kita tidak menolak ditegakkannya daulah Islamiyah dan khilafah,” katanya.*