Hidayatullah.com—Tokoh terkemuka Al-Ikhwan al-Muslimun Essam al-Erian hari Adad (31/3/2013) membantah pernyataan yang mengatakan bahwa Mesir bisa kemasukan Syiah jika kerjasama pariwisata dengan Iran diperluas, dan menegaskan identitas Sunni di negara piramid itu “lebih kuat.”
“Mesir lebih besar daripada penetrasi oleh pemikiran apapun atau sekarang … Mesir telah menolak semua bentuk sekularisme dan menerima nasionalisme yang dicampur dengan islamisme,” kata Al-Erian dalam laman Facebooknya yang dikutip Al-Ahram.
Menyusul dibukanya kerjasama dengan Iran dibidang pariwisata oleh pemerintahan Presiden Muhammad Mursy yang berasal dari Al-Ikhwan, warga Salafy mengkritik keras normalisasi hubungan diplomatik Kairo-Teheran, karena khawatir pengaruh Syiah akan meningkat di negara Islam (Sunni) itu.
“Al-Azhar Mesir, Al-Awkaf [kementerian wakaf], Salafy, Al-Ikhwan al-Muslimun dan Sufi akan menjaga Sunni Mesir …,” kata Erian lagi.
Pada hari Sabtu kemarin, penerbangan komersial pertama dari Kairo menuju Teheran, Iran, diluncurkan kembali untuk pertama kalinya dalam 34 tahun terakhir.
Kamis pekan lalu kepada Associated Press Menteri Pariwisata Hisham Zazou mengatakan, turis-turis dari Iran akan membantu membangkitkan industri pariwisata Mesir yang melemah dan mereka tidak akan membahayakan keamanan negara.
Sebagaimana diketahui, Mesir yang kaya dengan peninggalan arkeologi mengandalkan sebagian besar sumber pendapatan kas negaranya dari sektor pariwisata, tidak seperti negara-negara tetangganya yang kaya minyak dan gas bumi.
Di Teheran, kantor berita semi resmi Mehr hari Ahad kemarin melaporkan bahwa Presiden Mahmud Ahmadinejad telah menandatangani proyek yang akan menghapus persyaratan visa bagi turis-turis asal Mesir yang berkunjung ke negara Syiah tersebut, lapor Al-Arabiya.
Sementara itu di Libya, Mufti Besar Syaikh Sadiq al-Ghariani meminta agar pemerintah melarang para wanita negara itu menikah dengan pria asing, menyusul laporan keluhan dari warga akan penyusupan penganut Syiah dan Druze dari Iran dan Suriah, yang memanfaatkan kondisi Libya yang belum normal pasca digulingkannya rezim Muammar Qadhafi. Baca berita sebelumnya: Syiah Menyusup, Mufti Larang Wanita Libya Nikahi Pria Asing.*