Hidayatullah.com–Kepala Pengawas Nuklir PBB, Yukiya Amano mengatakan, sanksi baru atas Iran hanya akan mempersulit agen-agen penyelidiknya untuk bekerja.
“Iran sering menyatakan, mereka tidak ingin bertindak di bawah tekanan,” kata Amano kepada DPA.
Iran bersikukuh program nuklir yang dilakukannya hanyalah implementasi dari teknologi nuklir untuk keperluan rakyat sipil. Namun, negara-negara Barat menuding negara itu memanfaatkan program tersebut guna menutupi pembuatan bom atom.
Gedung Putih sekarang ini sedang berupaya keras menggolkan sanksi baru atas Iran, melalui tiga putaran resolusi sanksi Dewan Keamanan PBB.
The International Atomic Energy Agency (IAEA) telah memonitor aktivitas Iran selama beberapa tahun belakangan, dan mengatakan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa negara itu mengembangkan senjata nuklir.
Mesipun demikian, IAEA meminta Iran meningkatkan kerjasamanya guna menghentikan pertikaian seputar isu nuklir tersebut, dengan menandatangani Protokol Tambahan.
“Hingga saat ini, sebagian perjanjian keamanan yang komprehensif belum dilaksanakan,” ujar Amano.
Tahun 2003, Iran menandatangani protokol dan mematuhinya selama lebih dari dua tahun. Tapi, negara-negara besar di dunia terus berusaha membawa isu nuklir Iran ke Dewan Keamanan PBB, dengan tujuan agar Iran mendapatkan sanksi atas program nuklirnya.
Tentu saja Negeri Mullah itu tidak terima dengan tindakan semacam itu. Menteri Luar Negeri Iran Manoucher Mottaki mengatakan, hal tersebut “tidak menimbulkan kepercayaan” antara Teheran dengan dunia Barat. [di/ptv/www.hidaaytullah.com]