Hidayatullah.com–Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah menampik kesan bahwa Muhammadiyah berpolitik. Pernyataan ini disampaikan H. M. Muchlas Abror dan Prof. Dr Yunahar Ilyas. “Muhammadiyah tidak masuk arena pragmatisme politik,” kata Muchlas. Hal senada disampaikan Prof. Dr. Yunahar Ilyas. Muhammadiyah, ujar pak Yun, bersifat netral. Tapi tidak berarti antipolitik, asal politik yang baik dan profesional. Untuk masuk ke pengurusan Muhammadiyah mesti berhenti dari kepengurusan partai politik lainnya.
Adapun dengan diundangnya sejumlah tokoh politik dan pejabat tinggi, seperti H. Jusuf Kalla, Ketua MPR Taufik Kiemas, dan sejumlah anggota DPR lainnya dianggap hal yang wajar.
Selain beredar isu pragmatism politik, ada isu yang tak kalah menariknya, yaitu adannya dugaan calon ketua PP Muhammadiyah yang terindikasi liberal. Sayang, ketika hidayatullah.com menanyakan hal tersebut ke salah satu dari tiga kandidat ketua umum terkuat, enggan untuk menjawab. “Maaf, kalau untuk itu, saya tidak bisa menjawab. Cari yang lain saja,” kata sumber tersebut. Dugaan bahwa Muhammadiyah akan masuk dalam ranah pragmatisme
politik santer terdengar. Sebagaimana diketahui, 39 calon pengurus Muhammadiyah pusat
yang diumumkan pada Sidang Tanwir (2/7) lalu, termasuk sejumlah politisi, di antaranya Muchdi PR dari Partai Gerakan Indonesia Raya, Jefrry
Giovani dari Partai Golkar, AM Fatwa dari Partai Amanat Nasional
dan Imam Addaruqutni dari Partai Matahari Bangsa (PMB).
[ans/hidayatullah.com] foto: Muh. Abdus Syakur [hidayatullah.com]
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/