Hidayatullah.com–Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiah, Abidah Muflihati memprotes keras hasil sidang tanwir yang memutuskan 39 calon pengurus pusat Muhammadiyah. Pasalnya, dalam deretan nama tersebut, tidak ada wakil dari pihak perempuan. Karena itu, ia meminta pengurus pusat Muhammadiyah memasukkan unsur perempuan.
Permintaan itu tidak main-main. Abidah sendiri melalui lembaga yang dipimpinnya it, memiliki sejumlah alasan kuat. Ia mengatakan, Muhammadiyah merupakan persyarikatan, bukan saja milik laki-laki, melainkan termasuk di dalamnya perempuan.
Selain itu dengan tidak adanya keterwakilan perempuan di jajaran pusat, akan membuat keputusan yang sepihak dan cenderung diskriminatif terhadap kaum perempuan.
“Nanti kebijakan yang dihasilkan bisa tidak sensitif dengan masalah perempuan,” ujar Abidah ketika ditanya hidayatullah.com usai jumpa pers di Universitas Muhammadiyah Yogjakarta Ahad (4/7) sore.
Ia mengatakan, seperti kebijakan nikah siri dan poligami, perempuan seakan tidak dilibatkan. Meski menurutnya, Majelis Tarjih telah bekerja dengan baik. Namun lagi-lagi, Abidah katakan, jika perempuan tidak dilibatkan, maka seakan mendikotomiskan Muhammadiyah antar lelaki dan perempuan saja. Lelaki di Muhammadiyah, sedang perempuan di Aisyiah maupun di Nasyiatul Aisyiah.
Padahal KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah menganjurkan perempuan aktif dalam ranah publik. Sedang, kini peran perempuan di Muhammadiyah seolah dilokalisir dalam ranah domestik saja. “Kini, seakan perempuan hanya disuruh konsen di domestik saja,” katanya.
Abidah sendiri tidak mau berharap banyak jumlah perempuan di pusat. “Standar minimal 30 persen. Tapi, jika tidak bisa, minimal 10 persen saja,” harapnya.
Untuk memuluskan keinginannya itu, Abidah akan berusaha melobi pengurus pusat dengan melakukan pendekatan kultural.
Kelompok pro gender dan feminis menggeliat di Muhammadiyah? [ans/hidayatullah.com]