Hidayatullah.com–Musim haji adalah kesempatan emas bagi toko-toko suvenir untuk menghasilkan banyak uang. Sebelum dan sesudah 5 hari pelaksanaan ibadah haji, para jamaah yang datang dari seluruh penjuru dunia seringkali memburu cinderamata sebagai oleh-oleh bagi keluarga, teman dan kerabat mereka di kampung halaman.
Barang-barang dengan gambar dua masjid suci adalah yang paling diminati oleh para jamaah. Barang seperti itu menjadi kenangan indah akan pengalaman mereka saat berkunjung ke Arab Saudi untuk berhaji.
Kota Jeddah banyak dikunjungi jamaah sebelum dan sesudah pelaksanaan haji. Salah satu kawasan di pusat kota yang paling terkenal di kalangan wisatawan rohani adalah Distrik Balad. Kawasan tersebut juga dibanjiri oleh pedagang kaki lima yang tidak kalah sengitnya berusaha menarik pelanggan selama puncak keramaian satu tahun sekali itu.
Meskipun menjual barang dagangan di pinggir jalan dilarang oleh pemerintah setempat, para saudagar kaki lima berani mengambil resiko barang dagangannya disita petugas demi meraup uang dalam waktu cepat. Mereka biasanya membeli barang dalam jumlah banyak, lalu menjualnya kembali ke para jamaah dengan harga yang relatif murah. Barang yang dijual antara lain berupa peci, tasbih, sajadah dan pernak-pernik lainnya.
Muhammad Zanada, seorang pedagang asal Yaman bercerita tentang barang cinderamata spesial yang dijualnya tahun ini.
“Kami mempunyai barang unik. Kami punya sajadah dengan gambar Makkah dan Madinah, kaligrafi dan motif islami. Sajadah dengan tulisan islami adalah yang paling digemari jamaah,” kata Zanada.
“Kami membeli tiga macam sajadah. Kami punya jenis yang mahal buatan India. Buatan tangan dan dihiasi dengan tulisan islami warna-warni seperti sutra, harganya 100 riyal. Harganya aslinya 80 riyal.”
Namun kata Zanada, para jamaah biasanya lebih suka membeli sajadah biasa yang harganya lebih murah. “Mereka lebih suka yang lebih murah, harga satuannya berkisar 10-20 riyal.”
“Saya datang ke sini awal bulan bulan Dzulhijjah untuk menjual tasbih. Saya punya tasbih dengan jenis dan warna berbeda. Harganya macam-macam tergantung jenisnya. Sebagai contoh, yang paling bagus yang saya punya bisa dapat 80 riyal selusin. Jenis yang paling murah 50 riyal atau kadang-kadang 25 riyal selusin,” kata Zanada menjelaskan, seraya menambahkah, “Ini bukan pekerjaan tetap saya. Saya bekerja sebagai sopir, tapi saya ingin memanfaatkan musim haji dan mencari uang tambahan.”
Di antara keramaian pembeli dan penjual di kawasan Balad ada Mujahid Muhzer. Pedagang kaki lima asal Banglades.
“Saya hanya menjual peci selama musim haji. Banyak jamaah yang membeli peci untuk keluarganya di kampung halaman. Saya punya banyak peci dan orang-orang menyukainya. Saya punya buatan Turki, Iran dan Saudi. Harganya berbeda-beda tergantung jenis. Sebuah peci berkualitas tinggi harganya 30 riyal, sementara yang lebih murah berharga 10-25 riyal,” kata Muhzer menerangkan barang dagangannya.
“Saya berharap bisa dapat uang 400 riyal sehari. Di hari-hari biasa, untungnya tidak akan pernah lebih dari 100 riyal sehari,” imbuhnya.
Arab Saudi juga terkenal dengan wangi-wangiannya. Banyak jamaah yang memilih untuk membawa pulang parfum sebagai buah tangan.
“Kebanyakan jamaah tertarik untuk membeli minyak wangi. Tapi harganya terlalu mahal untuk sebagian besar orang,” kata Ammar Hassan, pedagang asal Yaman.
“Saya menjual minyak wangi dalam botol kecil dengan kualitas lebih rendah, tapi terjangkau oleh kebanyakan jamaah. Bakhour (wewangian bakar) dan henna juga populer di kalangan jamaah. Mereka membeli dalam jumlah besar tanpa melihat harganya,” tambah Ammar Hassan.
Cincin perak dengan batu palsu juga sangat digemari para jamaah.
“Kami punya bermacam-macam cincin. Kebanyakan perak dengan aneka batuan mulia. Kami punya tiga kualitas; Italia, Iran dan Yaman,” jelas Sameeh Arshad asal India.
“Para jamaah lebih suka membeli yang Italia meski harganya mahal. Harganya 60 riyal. Harga cincin Iran dan Yaman berkisar antara 20-45 riyal,” tambahnya.
Madu juga banyak dicari. Meskipun harganya mahal, para jamaah sepertinya tidak peduli. “Mereka yakin madu bisa digunakan untuk mengobati banyak macam penyakit,” ujar Hussain Radi, pemilik toko herbal keturunan Yaman.
“Mereka percaya bahwa madu yang dijual di kerajaan (Saudi) adalah asli, tidak seperti yang dijual di negara lain. Meskipun harganya tinggi, mereka tetap membelinya. Harga madu yang bagus harganya antara 300-600 riyal sekilo.”
Menurut Hussain Radi, para jamaah itu sudah mengetahui dan mencari madu tertentu yang diinginkan. “Mereka sangat paham aneka macam madu dan namanya,” tambahnya.
Kamera foto ternyata juga banyak diminati. Bedanya, kamera yang dijual memberikan bonus tas gratis dengan tulisan “Haji Mabrur” di atasnya.
“Kamera-kamera ini tersedia dengan harga khusus bagi para jamaah. Kami kedatangan banyak jamaah dari berbagai negara yang ingin membeli kamera. Mereka percaya merek-merek yang dijual di Arab Saudi,” kata Tariq Ali, dari sebuah toko populer yang menjual barang-barang elektronik.
Pemutar MP3 juga ada. Termasuk perangkat mungil yang berisi suara murottal Qur`an dalam 25 bahasa.
“Banyak jamaah yang membeli alat ini sebelum haji. Ini membantu mereka untuk membaca ayat-ayat Qur`an dalam bahasa yang mereka pahami. Mereka juga membelinya untuk teman dan kerabat sebagai oleh-oleh,” kata Umran Hassan, penjaga toko asal Pakistan.[di/an/hidayatullah.com]