SETELAH memantapkan niat untuk mengikuti Pernikahan Mubarakah Nasional Hidayatullah (PMNH) 2013, para calon pengantin sudah mempersiapkan diri masing-masing. Mulai pengisian formulir, pemenuhan syarat-syarat administratif, sampai pemeliharaan kesehatan. Dua hal penting yang harus dipersiapkan adalah fisik dan psikis.
Seperti halnya Masyhid, bukan nama sebenarnya. Lajang asal Balikpapan, Kalimantan Timur ini sudah sangat mantap ikut PMNH. Bahkan, jauh-jauh hari dia sudah berkoar-koar, terutama melalui jejaring sosial agar agenda tersebut segera digelar.
“Sejak tahun 2012 lalu udah menunggu-nunggu, tapi entah mengapa kok tahun ini baru ada kepastian akan digelar,” aku pria yang enggan menyebut nama aslinya ini kepada hidayatullah.com di Jakarta, Sabtu (11/5/2013).
Walau belum sepenuhnya siap secara materi, Masyhid setidaknya sudah siap secara mental dan spiritual. Baginya, kedua hal tersebut sangat penting dalam mengarungi rumah tangga.
“Dana tentunya juga penting. Saya pun akan menghadiri pembekalan selama 15 hari sebelum hari H,” ujar pria berusia 25 tahun ini.
“Kesehatan juga wajib dijaga, main futsalnya harus terkontrol,” tambahnya berpesan.
Sudah tahu calon istrinya?
“Bahkan namanya pun saya nggak tahu, apalagi paras dan kelakuannya. Tapi saya yakin panitia tidak asal pilih. Apalagi nanti peserta juga diberi pilihan dengan melihat beberapa foto santri putri yang disodorkan panitia. Setahu saya sih gitu sistemnya,” tukasnya polos.
Nova Tastaftian, calon peserta PMNH 2013 lainnya, juga mengaku semakin mantap lahir-batin menyongsong acara tersebut.
“Harus kita siapkan secara matang. Terutama mental kita ya. Kadang mental kita di-down-kan, kadang mental kita diangkat,” jelas Alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah Depok tahun 2011 ini saat bincang-bincang dengan media ini beberapa waktu lalu.
Ditanya soal modal nikahnya, Muhammad Deden, calon lainnya, mengaku sudah bermujahadah dan bertawakkal. Selain berdoa, dia menjalin silaturahim dengan para relasi dan saudara-saudaranya guna mendulang rezeki.
“Saya yakin Allah nggak akan membiarkan hambanya yang berniat baik. Apalagi untuk menyempurnakan agama-Nya. Tabungan ada juga,” jelas bujang berdarah Sunda ini.
Begitu pula Usman AW, calon pengantin putra kelahiran Flores. Ia bahkan punya persiapan “ekstrim” menyambut pernikahan massal tersebut.
“Asah ‘parang’ spiritual dan asah ‘parang’ fisik. Dan selalu tingkatkan ibadah dan persiapan lahir dan batin,” terang santri yang juga kontributor Hidayatullah.com di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini.
Bagaimana rasanya menunggu siapa gerangan wanita beruntung yang akan dipersuntingnya?
“Perasaan mendebar-debar. Apa mungkin ini yang dinamakan indahnya nikah massal. Insya Allah ana (saya) akan tulis buku ‘Indahnya Nikah Massal’,” ujar Usman AW bersemangat.
Selain Nova, Deden, dan Usman, ada pula Muttaqien. Anak muda asal Balikpapan kelahiran 23 Maret 1993 ini memilih nikah dini demi menjaga hatinya.
“Pengen menguatkan (diri), istiqomah dengan pendamping. Karena laki-laki lemah dengan wanita,” akunya dalam obrolan dengan hidayatullah.com via jejaring sosial belum lama ini.
Syarat Rp 2 Juta
Disinggung soal infaq senilai Rp 2 juta yang ditetapkan Panitia PNMH 2013, para calon pengantin putra tersebut mengaku siap berkonstribusi. Menurut mereka, nilai segitu bukanlah sesuatu yang mahal.
“Di luar (nikah barakah), kalau kita mesan gedung dan lain sebagainya (untuk) resepsi, itu memang kita membutuhkan biaya minimal Rp 100 juta,” ujar Nova.
“Bagi kami insya Allah tidak memberatkan dan semoga peserta yang lain juga tidak demikian,” aku Usman AW.
Deden sendiri menilai infaq tersebut sah-sah saja.
“Cukup meringankan,” tandasnya.
Bagi Masyhid, seharusnya para santri yang akan mengikuti pernikahan di Hidayatullah bersyukur. Sebab, hanya dengan Rp 2 juta mereka sudah mendapatkan “segalanya”.
“Bayangin aja, dengan uang segitu kita akan disiapkan baju, tempat acara plus konsumsinya, tempat tinggal juga urusan administrasi nikahnya. Tentunya, istri yang insya Allah sholehah, dan ini yang mahal, hehe…” seloroh pria berdarah Bugis yang mengaku sudah mengirimkan berkas-berkas persyaratan nikahnya nikah ke panitia.
Seperti diketahui, PMNH 2013 akan digelar pada 16 Juni mendatang. Sebelumnya, akan diadakan pembekalan bagi para calon peserta putra dan putri selama 15 hari.
“Pembekalan (karantina) peserta dimulai pada 1-15 Juni 2013 di kampus Hidayatullah, Gunung Tembak, Balikpapan (wajib diikuti sejak hari pertama hingga selesai),” jelas Sekretaris Panitia PMNH 2013 Masykur.
“Untuk kemaslahatan bersama, batas akhir pengumpulan berkas dan infak pada hari Senin, 20 Mei 2013. Berkas bisa dikirim via Tiki ke Masykur Suyuti d/a Pesantren Hidayatullah Jalan Mulawarman RT 25, Kel. Teritip, Kec. Balikpapan Timur, Balikpapan,” tambahnya mengingatkan.
Untuk infaqnya sendiri, jelas Masykur, peserta bisa mentransfernya ke rekening panitia yang telah disebarkan.*