Hidayatullah.com–Seorang tokoh Salafi yang berpengaruh di Aljazair mengeluarkan fatwa setebal 48 halaman tentang demokrasi.
“Sepanjang pemimpin negara adalah seorang Muslim, kalian harus mematuhi dan mendengarkannya. Orang yang menentangnya hanya mencari peluang untuk menggantikan posisinya, dan hal itu tidak dibenarkan,” demikian antara lain bunyi fatwa Syeikh Abdul Malik Ramdani yang kini tinggal di Arab Saudi.
Saat melakukan unjuk rasa, kata Syeikh Ramdani, pria dan wanita bercampur baur dan kondisi seperti itu dilarang menurut aturan Islam.
Syeikh Ramdani yang kabarnya memiliki ratusan ribu pengikut, hijrah ke Arab Saudi setelah mendapat ancaman dari kelompok lain. Negerinya Aljazair diguncang gelombang protes sejak bulan Januari, akibat melonjaknya harga-harga bahan pangan.
“Unjuk rasa adalah sebuah alat yang diciptakan sistem demokrasi yang bertentangan dengan Islam,” katanya, sebagaimana dikutip Gulf News dari Reuters (16/3)
Dalam menghadapi pemimpin Muslim yang tidak disukai, umat sebaiknya berdoa dan bersabar serta tidak melakukan pemberontakan.*