Hidayatullah.com — Polisi menyangkal jika dibilang lamban dalam penanganan rusuh Ambon yang mencuat sejak Ahad, 11 September lalu. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam mengatakan tidak ada pembiaran dalam menangani kasus Ambon.
“Kita sudah melakukan banyak upaya, kami juga sudah mengirimkan aparat keamanan dari sini, masa dibilang membiarkan. Dari Jawa Timur dikirim, dari Makassar dikirim,” kata Anton Bachrul ditemui hidayatullah.com di Mabes Polri, Senin (19/09/2011).
Anton menegaskan, di Ambon untuk saat ini, keadaan sudah kondusif.
“Penyidik yang kita kirim yang ada di sana untuk penegakan hukum masih terus menjalankan tugasnya terutama untuk menyakinkan pihak keluarga korban bahwa kasus tersebut adalah kasus kecelakaan murni. Ini harus kita yakinkan,” imbuhnya.
Ditanya tentang hasil otopsi Darpin Saiman, korban tewas pemicu kerusuhan, Anton mengatakan hal itu akan akan dijelaskan dulu oleh petugas kepada pihak keluarga. Jika nanti keluarga masih tidak yakin, bisa diotopsi.
“Akan kami sampaikan dari pihak Polda di sana kepada pihak keluarga di sana untuk menjelaskan saksi yang pertama kali menolong dia siapa. Saksi kedua yang menolong dia. Ada anggota kita juga yang menolong. Termasuk menjelaskan dokter yang memvisumnya,” terangnya.
Apakah memang belum ada hasil otopsi korban meninggal tersebut? “Otopsi waktu itu tidak, hanya visum. Di luarnya saja,” pungkasnya.
Seperti diberitakan hidayatullah.com sebelumnya, pernyataan pihak Mabes Polri soal penyebab tewasnya tukang ojek bernama Darpin Saiman yang memicu kerusuhan Ambon (9/11/2011) lalu masih sulit diterima pihak keluarga.
Hal itu diungkapkan oleh sepupu Darpin, Irfan Djokja, saat ditemui hidayatullah.com di rumah duka di daerah Waihaong, Ambon, Sabtu (17/09/2011), lalu.
“Kita tidak percaya dia (Darpin) tewas karena kecelakaan lalu-lintas,” kata Irfan.
Sebab, katanya, terdapat sejumlah kejanggalan pada tubuh korban. Seperti sebuah bekas luka tusuk yang dijahit di pundak dan juga di kaki kiri korban. Sobekan seperti tusukan juga terlihat di baju korban yang bersimbah darah.
“Padahal, sepedar motor dan helm dia tidak rusak,” ujar Irfan.
Irfan juga mengaku, sebenarnya pihak keluarga Pino (panggilan akrab korban), sudah enggan untuk menemui pihak-pihak yang ingin menanyakan kasus tersebut. Selain karena kecewa dengan keterangan Polri yang mengatakan Pino tewas karena kecelakaan murni, ternyata pihak Kepolisian juga telah mewanti-wanti keluarga mendiang agak tidak bercerita kepada siapa pun.
Irfan juga mengatakan, pihak keluarga juga tidak mau kematian Pino dinilai menjadi pemicu konflik. Tapi keluarga juga tidak bisa melarang masyarakat yang menunjukkan solidaritas akan kematian sepupunya itu.*