Hidayatullah.com– Koordinator Pasukan Parade Tauhid Indonesia (PTI) dari Al-Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) Bekasi, Muhsin mengatakan bahwa ada sekitar 300 santri dari Pondok Pesantren (Ponpes) Nuu Waar yang ikut memeriahkan acara parade.
“Ini kurang lebih sekitar 300-an santri. Dari pesantren tadi yang berangkat sekitar 400-an santri, cuma yang hadir ke sini sekitar 300-an santri,” kata Muhsin kepada hidayatullah.com di sela-sela gelaran PTI di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Ahad (16/08/2015).
Sebagaiman diketahui, Ponpes Nuu Waar, Bekasi, Jawa Barat merupakan salah satu lembaga pendidikan berbasis boarding school di bawah naungan AFKN yang dipimpin oleh seorang Dai Pedalaman Papua, Ustadz Fadhlan Rabbani Garamathan.
Menurut Muhsin gelaran parade tauhid sangat menarik, artinya dari awal hingga akhir pelepasan bisa dirasakan bersama bahwa pada prinsipnya para peserta parade senantiasa diarahkan kepada satu kalimat ‘laa illaaha illallah’.
“Mudah-mudahan dengan itu kita bisa satu atap sehingga tujuan kita bisa terlaksana dengan baik, khususnya umat Islam yang ada di Indonesia,” demikian Muhsin berharap.
Putra daerah asal Papua ini berharap yang namanya kemerdekaan itu pemerataan baik dari segi ekonomi, pendidikan, sosial budaya, maupun segi lainnya. Dan mudah-mudahan, lanjutnya, dengan moment kemerdekaan ke-70 tahun ini, Indonesia bisa melihat dari sisi bagian timur hingga barat sehingga pembangunan tidak hanya fokus kepada kota Jakarta ataupun kota-kota besar, tetapi di Papua juga perlu mengalami hal yang sama.
“Sudah seharusnya pemerintah itu memberikan perhatian khusus kepada Papua sehingga kelak tidak terjadi lagi makar-makar seperti yang sudah kita saksikan di media-media,” ujar Muhsin.
Tauhid, kata Muhsin, sesuai dengan konsep maknanya adalah laa illaaha illalllah muhammad rasulullah, yaitu artinya tidak ada tuhan selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam adalah utusan-Nya.
Jadi, lanjut Muhsin, pada prinsipnya kalimat tersebut mengajak seluruh umat Islam untuk senantiasa memurnikan ibadah serta semua amal kebaikan lainnya sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Artinya dengan tauhid InsyaAllah kita akan kembali kepada Allah dengan selamat dan menggapai surga-Nya,” pungkas Muhsin.*