Hidayatullah.com—Muslim haji ini ada berita gembira dan ada berita sedih. Kesedihan terutama berkaitan dengan korban meninggal tertimpa alat berat (crane) dan tragedi Mina.
Sementara berita gembira, datang dari Embarkasi Aceh. Jika biasanya setiap jamaah haji Indonesia dibekali living cost berupa uang tunai sebesar 1.500 riyal (sekitar Rp. 4,5 juta/ untuk kurs Rp 3000) yang diambil dari biaya perjalanan ibadah haji (BPIH), khusus jamaah haji yang berangkat dari Embarkasi Aceh (BTJ), setibanya di Makkah tahun ini justru mendapat tambahan 1.200 riyal (sekitar Rp 3,6 juta).
Tambahan ini berkat saudagar Aceh Habib Bugak Asyi yang telah mewakafkan rumahnya di dekat Masjidil Haram lebih dari 100 tahun yang lalu.
Rumah itu dikelola menjadi penginapan sehingga mendatangkan untung dan sebagian keuntungannya dikembalikan ke orang Aceh.
“1.200 Riyal ini manfaatkan sebaik-baiknya ya,” tutur Gubernur Aceh Zaini Abdullah saat menghadiri pembagian untuk kloter 8 embarkasi Aceh di penginapan 602, Makkah, Sabtu (19/09/2015), dikutip MCH.
Zaini Abdullah meminta jamaah Aceh tidak silau dengan uang tambahan ini. Dia meminta saat ini jamaah fokus ke haji dahulu, setelah selesai ibadah barulah berbelanja oleh-oleh atau hal lainnya.
Abdul Latif Balthu sebagai perwakilan pengelola wakaf lalu membagi-bagikan uang tunai dan beberapa buku bacaan kepada para jamaah. Sebelumnya dia berpesan agar jamaah memperbanyak ibadah dan zikir. Jangan banyak melakukan hal seperti bicara yang tak ada manfaatnya.
Dia juga meminta jamaah mendoakan Habib Bugak Asyi agar diterima amal ibadahnya dan dimasukkan ke dalam surga. Total uang yang dibagikan ke jamaah yang berangkat dari embarkasi BTJ sebesar 3.860.400 riyal (sekitar Rp. 12 M).
Setelah selesai membagi-bagikan uang tunai ke para jamaah, Abdul Latif Balthu menerangkan sudah membagi-bagikan uang ke jamaah Aceh sejak 13 tahun yang lalu. Sebenarnya wasiat Habib Bugak Asyi adalah memberikan rumahnya sebagai penginapan haji Aceh, namun karena terbentur regulasi haji, jamaah Aceh tidak bisa mendapatkan penginapannya sendiri dan sebagai kompensasinya adalah uang tunai itu.
Rumah Habib Bugak kala itu berada di samping Masjidil Haram. Karena ada perluasan Masjidil Haram maka hasil uang gusurannya dibelikan 4 penginapan baru yang letaknya masih di Makkah juga.
“Uangnya ditabung dulu dibawa pulang nanti baru dipikirkan mau dibuat apa,” tutur Wahidin asal Meulaboh.
“Saya mau beli mainan buat cucu. Tapi nanti habis puncak haji dulu,” tutur seorang jamaah perempuan.*