Alasan berulangnya pembakaran Al-Qur’an adalah disebabkan oleh beberapa factor. Yang pertama karena meningkatnya persentase penganut atheisme di Swedia, dimana kajian menunjukkan bahwa Swedia merupakan salah satu negara yang paling tidak religius karena memiliki tingkat ateisme tertinggi dalam negara.
Faktor kedua adalah meningkatnya jumlah pengungsi Muslim di Swedia; Hal ini karena Swedia merupakan salah satu negara yang membuka pintu bagi pengungsi politik dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan negara-negara Eropa lainnya.
Ini telah meningkatkan persentase warganegara Swedia yang bukan berasal dari Swedia, dan kajian membuktikan bahwa para imigran atau pengungsi tersebut tidak dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungan di Swedia. Menyebabkan partai-partai politik sayap kanan di Swedia yang menolak isu pengungsi, mempelopori kegiatan-kegiatan yang menjatuhkan Islam dan Muslim.
Selain itu, faktor ketiga adalah undang-undang Swedia secara eksplisit mengizinkan pembakaran kitab suci. Hal ini dalam pandangan mereka termasuk dalam kebebasan berpendapat yang dianggap seperti kitab suci bagi mereka di Swedia maupun di Barat.
Dan faktor yang terakhir adalah kemewahan yang berlebihan di Swedia. Hal ini turut berperanan dalam permasalahan ini, karena Allah SWT telah menyatakan dalam banyak ayat Al-Quran yang menghubungkan kemewahan dengan permusuhan agama, seperti dalam firman Allah:
ﵟوَٱتَّبَعَ ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ مَآ أُتۡرِفُواْ فِيهِ وَكَانُواْ مُجۡرِمِينَﵞ
“Dan orang-orang yang berbuat kezaliman itu memperhitungkan kemewahan yang diperolehnya, sehingga mereka menjadi orang-orang yang berdosa.” (QS: Hud: 116)
Dan Allah SWT pun berfirman:
ﵟوَقَالَ ٱلۡمَلَأُ مِن قَوۡمِهِ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَكَذَّبُواْ بِلِقَآءِ ٱلۡأٓخِرَةِ وَأَتۡرَفۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا مَا هَٰذَآ إِلَّا بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ يَأۡكُلُ مِمَّا تَأۡكُلُونَ مِنۡهُ وَيَشۡرَبُ مِمَّا تَشۡرَبُونَﵞ
Artinya: Dan para pemimpin kaumnya yang kafir dan mengingkari akhirat, dan yang Kami jadikan mereka kaya dalam kehidupan dunia, mereka berkata antara satu sama lain: “Orang ini hanyalah manusia seperti kamu, dia memakan apa yang kamu sekalian makan, dan dia juga minum dari apa yang kalian semua minum” (Mukminun: 33)
Adapun faktor bahwa Taurat dan Injil tidak dibakar seperti Al-Quran yang sering dan terus-menerus dibakar, penulis percaya bahwa hal itu disebabkan Taurat dan Injil yang ada di tangan Yahudi dan Nasrani saat ini tidak memberi kesan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, baik di Swedia ataupun di negara Eropa lainnya, hal ini karena orang Yahudi dan Nasrani pada zaman ini pada umumnya tidak mengamalkan syariatnya, dengan kata lain tidak mengamalkan hukum hukum yang terdapat pada kitab Taurat dan Injil, baik berupa hal-hal yang dituntut maupun yang dicegah.
Jadi kitab Taurat dan Injil yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang juga merupakan firman Tuhan, bahkan keduanya tidak diragui kebenarannya, namun kaum Yahudi dan Nasrani telah mengubahnya, menambah dan mengurangi isinya dari keduanya, dan mereka membuat beberapa versi salinan yang saling bertentangan, dari setiap satu kitab itu.
Oleh karena itu, kebenaran yang ditemukan dalam kedua buku tersebut telah tercampur dengan kepalsuan. Ini dapat dibedakan dengan Al-Quran yang terjaga dari segala perubahan dan modifikasi yang dibuktikan dengan firman Allah SWT:
ﵟإِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَﵞ
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran dan Kami pulalah yang menjaganya.” (QS: al-Hijr: 9)
Allah juga berfirman di ayat lain:
ﵟوَإِنَّهُۥ لَكِتَٰبٌ عَزِيزٞ ٤١ لَّا يَأۡتِيهِ ٱلۡبَٰطِلُ مِنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَلَا مِنۡ خَلۡفِهِۦۖ تَنزِيلٞ مِّنۡ حَكِيمٍ حَمِيدٖ ٤٢ﵞ
“Dan sesungguhnya Al-Quran adalah kitab suci yang tidak dapat disamakan, tidak dapat didekati dengan kepalsuan apapun dari segala aspek, ia adalah kitab yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (Surat al-Hijr: 41-42)
Di antara hal-hal yang membuktikan dengan jelas mengenai penyimpangan-penyimpangan yang terjadi terhadap kitab Taurat dan Injil adalah:
Pertama, Allah SWT telah memberitahukan hal ini dalam banyak ayat al-Qur’an, diantaranya adalah yang telah disebutkan sebentar tadi. Kedua, dalam kedua-dua kitab tersebut terdapat pembohongan yang jelas, seperti apa yang mereka katakan: “Sesungguhnya Nabi Luth AS, setelah kaumnya dibinasakan, dia menyetubuhi kedua putrinya setelah mereka berdua memberinya minuman arak”. Ketiga, perbedaan dan pertentangan yang terdapat dalam kedua kitab tersebut, walaupun sama-sama pernah diturunkan oleh Allah, namun isi kedua kitab tersebut tidak melambangkan bahwa keduanya diturunkan oleh Allah, karena Allah SWT telah berfirman:
ﵟوَلَوۡ كَانَ مِنۡ عِندِ غَيۡرِ ٱللَّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ ٱخۡتِلَٰفٗا كَثِيرٗاﵞ
“Seandainya datangnya dari selain Allah, niscaya mereka akan menemukan banyak pertentangan di dalamnya.” (QS: Nisa’: 82)
Kesimpulannya adalah umat Islam tidak boleh membakar kitab Taurat dan Injil karena kedua kitab tersebut telah diubah menurut kesepakatan para ulama, dan bagian-bagian yang mungkin tidak boleh diubah, tidak mempengaruhi kehidupan orang Yahudi dan Nasrani, oleh karena itu, tidak perlu membakarnya atau memperburuknya.
Berbeda dengan Al-Quran, Al-Quran mempunyai kesan ajaib terhadap umat Islam dan non-Muslim. Saat ini banyak diantara mereka yang telah dibimbing oleh Allah untuk beriman serta mereka yang telah dibuka hatinya oleh Allah untuk menerima Islam, mereka menyatakan dalam kisah perubahan mereka bahwa Al-Quran adalah faktor utama yang membuat mereka berubah, ketika mereka mempelajarinya, dan memperdalam maknanya dengan tekun, maka Allah memberikan petunjuk kepada hati dan jiwa mereka. Sesungguhnya Allah memberikan petunjuk cahaya-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki.
Selain itu, beberapa kajian neurologis yang menggunakan alat pengawasan elektronik yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Amerika telah menghasilkan penemuan mengenai pengaruh Al-Quran terhadap saraf pasien dan fungsi organnya.
Ia memberikan ketenangan yang jelas ketika Al-Quran dibacakan kepada mereka Ini jelas merupakan salah satu cara Al-Quran memberi gambaran kepada manusia.
Adapun pengaruh Al-Quran terhadap umat Islam secara umum, ia mencakup banyak aspek. Diantara aspek yang paling penting adalah pengaruh mendalam Al-Quran terhadap akhlak dan segala sesuatu yang berkaitan dengan penyucian perilaku manusia dan penyucian jiwa, bahkan penyebaran akhlak yang mulia.
Pengaruh Al-Quran terhadap akhlak merupakan salah satu dari banyak pengaruh lain dari pengaruh Al-Quran terhadap kehidupan mental dan intelektual manusia, karena tingkah laku dan akhlak sebenarnya didasarkan pada pikiran dan kepercayaan.
Al-Quran telah membebaskan pikiran dari mengikuti nafsu dan tradisi lama tanpa ilmu, dan juga dari mengikuti kerusakan di bumi, bahkan Al-Quran juga telah membebaskan pikiran dari kepercayaan pada ilmu-ilmu palsu seperti khurafat, astrologi, sihir dan meramal.
Hubungan antara laki-laki dan perempuan juga dapat dijaga dengan menjelaskan perbedaan antara mahram dan bukan mahram, mewajibkan berhijab bagi perempuan, menjadi wali untuk wanita dalam perkawinannya, menjelaskan batasan-batasan perkawinan yang sah, hak-hak suami dan istri.
Adab kehidupan berumah tangga, mendidik anak, memelihara hubungan keluarga, dan menolong orang-orang yang tidak mampu dalam masyarakat seperti anak yatim, fakir miskin, dan janda. Dan berbagai lagi tuntunan Al-Quran lainnya yang menggambarkan masyarakat muslim dengan gambarannya sendiri, menjadikannya seperti satu keluarga besar, seluruh anggota keluarga saling berhubungan erat melalui berbagai bentuk hak dan kewajiban yang memerlukan kasih sayang dan simpati.
Di antara aspek yang secara jelas menunjukkan pengaruh Al-Quran kepada umat Islam adalah membangkitkan kembali semangat ketekunan dalam syariat, dengan tujuan mencakup baik aspek kehidupan individu maupun kehidupan masyarakat sesuai dengan pertimbangan hukum dan akhlak. Maka itulah hasil dari apa yang dibawa oleh Al-Quran tentang pandangan yang menyeluruh terkait dengan asal hukum Islam seperti: Manusia akan selalu berada dalam keadaan dimana ia akan dimintai pertanggungjawaban berdasarkan hukum Allah Ta’ala, karena Allah telah berfirman:
ﵟأَيَحۡسَبُ ٱلۡإِنسَٰنُ أَن يُتۡرَكَ سُدًىﵞ
“Apakah manusia mengira bahwa dirinya akan dibiarkan dalam keadaan tidak dimintai pertanggung jawaban apa pun?” (QS:al-Qiyamah: 36). Dengan kata lain: tidak diperintahkan oleh suatu perintah dan tidak pula dicegah dari suatu larangan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Akhir sekali, dalam masa terjadinya pembakaran Al-Quran berulang kali di Swedia dan di tempat lain; penulis berpesan kepada seluruh umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan, untuk berpegang teguh kepada Al-Qur’an, berusaha keras mempelajarinya dan mengajarkannya, berusaha mentaati perintah-Nya, dan meninggalkan larangan-Nya.
Mengikuti Al-Quran dan sunnah Nabi ﷺ adalah cara terbaik menyikapi perbuatan mereka. Penulis juga menasihatkan agar pemerintah di seluruh negara Islam untuk tegas dalam menolak dan melawan masalah pembakaran Al-Quran yang telah terjadi berulang kali di beberapa negara Eropa, dimana hal itu terjadi atas persetujuan dan perlindungan pemerintah mereka dengan dalih “kebebasan bersuara”.
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan mempertanyakan pemerintah negara-negara Islam mengenai masalah ini di hari Kiamat. Penulis juga menasihatkan kepada pemerintah negara-negara Islam untuk mementingkan Al-Quran dan mengamalkannya dalam semua aspek kehidupan. Wallahualam.*
Assist. Professor, Jabatan Fiqh dan Usul Fiqh, Kuliyah Ilmu Wahyu dan Sains Kemanusiaan Universiti Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM)
Rujukan:
- Al Azhim Abadi, Abu Toyyib Muhammad Syams al Haq, Aun al Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, editor: Abd Rahman Uthman, (Madinah al Munawwarah: Dar al Maktabah as Salafiyah, cet. 2, 1388H/1968M).
- Muhammad Nasiruddin al Albani, Sohih Abi Daud, (Kuwait: Muassasah Ghiras, 1433H/2002M).
- Ibn Hajar, Ahmad bin Ali, Abu al Fadhl al Asqalani, Fathul Bari, (Beirut: Dar al Ma’rifah, cet. 2)
- Bukhari, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, al Jami’ as Sohih al Mukhtasor, editor: Mustofa Dibb al Bugha, (Beirut: Dar Ibn Kathir, al Yamamah, cet. 3, 1407H/1987M).
- Ibn Kathir, Abu al Fida’ Ismail bin Umar, al Bidayah wa an Nihayah, editor: Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin at Turki, (Giza: Dar Hijr, cet. 1, 1417H/1997M).
- Zulkerman, (2005). Cambridge university press, Atheism: Contemporary rates & Patterns phil.
- www.aljazeera.net 29-06-2023 حرق المصحف في السويد بأول أيام العيد
- BBC news 02-02-2023, إحراق علم السويد في أندونيسيا احتجاجا على حرق نسخة من القرآن
- BBC News EX- soldier jailed for burning Koran in Carlisle, 18 April 2011.
- ويكيبيديا الموسوعة الحرة، “إحراق القرآن في السويد” 10 يوليو 2023
- 12) Anadolu Agency website, Turkey, 28-06-2023
- Ibn Juzay, Abu al-Qasim Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah (1995/1416H). Al-Tashil li ulum al-Tanzil. Tahqiq: Dr Abdullah al Khalidi. Beirut, Lubnan: Dar al Arqam bin Abi al Arqam, cet. 1.